Wabah pandemi di Indonesia hingga kini masih masif penyebarannya. Wabah ini mampu memporak-porandakan segala sendi kehidupan. Masyarakat kecil terutama, dibuatnya tidak berkutik.
Semua mengeluh dan menggerutu. Ojol misalnya, yang hari biasa umumya narik sampai berkali-kali hingga terkadang ditolak atau dicancel dengan alasan tidak mau membawa penumpang jarak jauh.
Para ojol sebelum musim pandemi rata-rata dalam sehari mampu narik penumpang hingga puluhan kali. Namun kini dimasa pandemi ini hanya mampu narik penumpang satu kali.Â
Hidup mereka sangat menggantungkan dari ojol. Mereka punya istri, mereka juga punya anak. Semua harus dinafkahi kalau tidak anak istri mau makan apa?.
Hidup dalam rumah tangga sebelumnya sejahtera dan bahagia. Namun kini seolah musnah hilang sudah kebahagiaan tersebut pada keluarga erik. Pandemi covid-19 telah merenggut kebahagiaan tukang ojol ini.
Erik adalah salah satu dari sekian banyak orang yang berprofesi sebagai ojol. Ia terlihat letih dan lesu. Dalam sehari yakni narik ojol dari pagi sampai malam cuma dikasih satu penumpang. Itupun dapat dari kantor ojolnya katanya.
"Kalau tidak dikasih penumpang dari kantor ojol ya sama sekali gak narik dan semua para ojol mendapat giliran seperti itu dari kantornya" ujar erik sang penarik ojol grab.
"Sabar kondisi seperti ini pasti berlalu, nanti pada saatnya juga kembali normal" kata saya yang berusaha menghiburnya.
Erik semejak dua tahun lalu berprofesi sebagai ojol grab didaerah jakarta utara. Ia juga seorang penjual pulsa kecil-kecilan di konternya. Dijalan plumpang semper kampung mangga koja jakut.
"Udah narik sepi, jualan juga sepi mau usaha apa lagi ya bang sam ya?" Lanjut erik.Â
"Ya sudah sabar aja dulu, jalani saja dulu nanti juga pandemi ilang sendiri kok om" kata saya.