Adikku menanyakan itu kepada saya. katanya "bang Aqu... itu kok bisa sih bertahan sampai 1 tahun? air putih itu kan?, jangan jangan aqu.... beracun!". saya yang tidak terbiasa dengan pertanyaan yang tiba-tiba, sejenak tersadar, aku bertanya dalam hati "gimana jawabnya ya? aku kan orang perencanaan, bukan lingkungan, mana tau yang gitu-gituan". yah akhirnya, aku diplomatis menjawabnya. kataku "kan adek lihat sendiri di televisi, aqu... itu merupakan kemasan air yang berkualitas tinggi, lihat aja yang kasih rekomendasi di iklannya, profesor loh, dari Universitas Kenamaan lagi!, jadi aqu... itu baik untuk tubuh karena betul-betul dari air yang berkualitas dan diolah dengan berkualitas juga". Adikku yang bernama Rizki kemudian menantangku secara spontan, katanya "jadi kalau ku ambil air bersih dari gunung, ku masak di atas Lahar gunung berapi, setelah dingin, abang mau minum itu air?", jawabku setelahnya "kalau lahar gunung berapi digunakan untuk memasak air saja, yah abang berani!!", tantangnya lagi "jadi kalau air yang ku masak tadi, kudiamkan di botol Aqu... selama 6 sampai 9 bulan, abang mau minum gak air itu. sejenak terfikir dalam hati "mampus aku... gimana jawabnya ini????", lalu ku jawab dengan diplomatis layaknya orang batak "Udah deh, jangan ganggu abang, abang lagi sibuk nih, pergi sana, tanyak sama bapak aja, mau aqu... itu beracun atau kagak, kalau adek kehausan harus belik aqu... juga kan??? nanyak tapi minum jugak... sana pergi".
sialan gak biasanya aku pakai cara seperti ini. Memalukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H