Bom yang diledakkan oleh teroris di Hotel Ritz Charlton dan J W Marriot pada jumat pagi tanggal 17 Juli lalu sungguh menyesakkan dada. Tindakan pengecut yang tidak berkemanusiaan. 7 orang tak berdosa (minus 2 pelaku) meninggal dunia dan puluhan lainnya mengalami luka serius dan ringan. Semua bangsa mengutuk peristiwa biadab tersebut.
Sampai sekarang pihak kepolisian masih menyelidiki siapa pelaku dan dalang peristiwa bom kuningan III itu (yang pertama JW Marriot 2003 dan kedua Kedubes Australia 2004). Tapi, melihat modus dan target pengeboman, dapat diduga pelakunya tak lain adalah orangnya Nurdin M. Top. Si Malaysia perusak bangsa Indonesia.
Tapi, di balik peristiwa tersebut ada satu hal yang membuat saya kecewa. Yaitu pidato tanggapan Presiden SBY beberapa jam pasca peledakan. Ia, seperti halnya kita geram dan mengutuk keras aksi tersebut. Dan Ia juga mengatakan akan menghukum keras para pelaku dan dalang pengeboman.
Lalu.......? Ini yang membuat saya agak bertanya - tanya. Pak SBY, presiden yang saya dukung sejak tahun 2004 hingga pilpres 8 juli lalu malah memaparkan temuan intelijen yang menurut saya tidak ada sangkut pautnya dengan pengeboman 17 juli itu. Bahwa ia direncanakan target penembakan teroris, rencana pendudukan KPU, isu revolusi jika terpilih, dan usaha untuk membatalkan pelantikannya sebagai presiden kelak.
Kalaulah semua yang dikatakan itu benar, seharusnya Pak SBY tidak perlu memaparkan temuan intelijen tersebut di depan umum. Biarlah itu dijadikan bahan bagi pihak Kepolisian untuk menyelidiki dan mencegah agar jangan sampai terjadi peristiwa yang disebutkan itu, tanpa perlu dijadikan konsumsi publik. Situasi tambah runyam manakala isi pidato malah disangkut - pautkan dengan politik yang sekarang cukup panas berkaitan isu DPT dan pelanggaran pilpres.
Pihak Mega - Pro dan JK - WIN langsung menanggapi pernyataan presiden itu sore dan malam harinya. Dan kali ini, saya mendukung pernyataan mereka agar terorisme jangan dikaitkan dengan politik. Terutama pernyataan Pak Prabowo sangat saya apresiasi. Di konferensi pers dia berulang kali menyatakan akan selalu berada dibelakang presiden dan pemerintahan sekarang manakala berhubungan dengan pertahanan keamanan. Bahkan ia siap sowan ke presiden jika dibutuhkan. Sungguh sikap kesatria!
Untuk apa pernyataan itu dikeluarkan? Toh beliau sudah memenangi pilpres (walau masih harus menunggu hasil KPU). Dan juga , masalah keamanan tidak perlu dijadikan komoditas politik karena itu urusan kepolisian. Selama kampanye Pak SBY tidak pernah memaparkan banyak keberhasilan di bidang keamanan berkaitan dengan pemberantasan terorisme dalam kampanyenya. Padahal zaman Pak SBY gembong teroris Dr. Azhari tewas, Trio pengebom bali dihukum mati dan pengungkapan jaringan teroris banyak dilakukan. Ini toh bisa saja dijadikan alat kampanye seperti halnya BLT, PNPM mandiri, Peningkatan Gaji aparatur Negara,dll. Tapi buktinya tidak pernah disinggung - singgung selama kampanye?
Alasannya mungkin hanya Tuhan dan Pak SBY yang tahu. Tapi saya tetap kecewa dengan sikap Pak SBY. Inilah pertama kalinya sejak pilpres berakhir saya kecewa dengan sikap beliau. Tidak seperti biasanya, Pak SBY yang suka berhati - hati mengeluarkan statemen, kemarin malah tanpa pikir panjang bertindak cepat ala JK.
Mudah - mudahan dikemudian hari Pak SBY tidak lagi mengecewakan saya dan pendukungnya yang lain. Kami akan tetap mendukung anda sebagai Presiden RI, bukan sebagai presidennya kami sebagai pendukung anda saja, melainkan presidennya pendukung JK dan pendukung Megawati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H