Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kongres “HMI”

30 April 2010   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:29 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kongres Partai Demokrat yang rencanyanya digelar bulan Mei mendatang memiliki banyak sekali dimensi yang bisa  membuat kita tertarik mengikutinya. Salah satu agenda kongres ialah memilih ketua umum untuk 5 tahun mendatang. Sejauh ini, terdapat 3 calon yang hendak maju, dan 2 di antaranya sudah mendeklarasikan diri.

Para pengamat politik, politisi mungkin punya pendapat dan kepentingan di balik pemilihan nahkoda partai pemenang pemilu tersebut. Siapakah calon yang mendapat restui SBY, kader-kader yang bakal mengisi kabinet sang ketua umum terpilih hingga lobi-lobi politik yang bakal terjadi di arena kongres. Tapi, bagi dunia mahasiswa khususnya pergerakan mahasiswa, kongres Partai Demokrat bisa memberikan angin segar tersendiri. Ya, ketiga calon terkuat itu adalah mantan aktivis mahasiswa yang dulu aktif di salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).

Jamak diketahui kalau dunia pergerakan mahasiwa sekarang sudah agak mandek dibandingkan puluhan tahun yang lalu. Organisasi ekstrakampus yang dulunya sangat kuat dan mampu menanarik minat para mahasiswa sekarang nyaris tidak terdengar lagi.  Kini, mahasiswa lebih mencurahkan waktunya untuk belajar -dan memang itu yang seharusnya dilakukan mahasiswa - maupun aktif di himpunan yang lebih bersifat menejerial ketimbang organisasi ekstra yang selain menejerial juga sering mengadakan diskusi-diskusi masalah-masalah kekinian.

Dulu, ketika organisasi kemahasiswaan masih onderbouw partai politik, semangat ideologi masih kerasa. GMNI dengan Marhaenisme-nya, PMII dengan Islam tradisionalnya, CGMI dengan Komunis-nya dan HMI dekat dengan Islam modernis yang condong ke Masyumi. Namun, pasca peleburan partai-partai di awal orde baru, beberapa organisasi kemahasiswaan itupun memisahkan diri secara de jure dengan partai yang dulu mendirikannya.

Puncak dari itu adalah aturan NKK/BKK tahun 1978 di masa menteri pendidikan Daud Jusuf yang membatasi organisasi kemahasiswaan ektrakampus untuk beraktifitas di lingkungan kampus. Akibatnya, suasana kampus memang relatif adem ayem seperti yang diharapkan pemerintah otoriter Soeharto. Dan dunia pergerakan tidak bisa lagi tampil garang mengkritik pemerintah karena mereka tidak punya tempat dan juga massa.

Walau bagaimana pun, organisasi kemahasiswaan tetap bisa hidup. Buktinya ketiga calon ketua umum Partai Demokrat itu 2 di antaranya aktif di saat NKK/BKK sudah diberlakukan. Walau tidak seradikal 20 tahun sebelumnya mereka termasuk orang-orang "terpilih" yang terjun di dunia pergerakan. Pengalaman mereka semenjak mahasiswa itu tidak bisa tidak turut menempa diri mereka hingga terjun ke dunia politik praktis dan sekarang berpeluang menjadi ketua partai yang paling banyak dipilih rakyat Indonesia.

Khusus Anas Urbaningrum-yang pernah jadi ketua umum PB HMI periode 1997-1999-bisa kita lihat kematangan yang dimiliki olehnya. Lulusan FISIP Unair ini mirip dengan SBY yang santun dan respek terhadap orang lain yang berbeda pandangan dengannya. Jika melihat dirinya dan perjalanan politiknya saya mambayangkan sosoknya mirip dengan Akbar Tanjung.  Sama-sama pernah memimpin HMI dan kemudian bergabung dengan partai penguasa. Mereka juga sama-sama pernah jadi anggota DPR.

Akbar akhirnya memimpin partai itu-meski tidak lagi sebagai partai penguasa-dan kemudian menjadi Ketua DPR. Akbar menjadi ketua Golkar ketika umurnya 54 tahun. Jika kita bandingkan dengan Anas, mungkin-andai dia terpilih-umur Anas terlalu muda. Sekarang dia baru berusia 41 tahun dan Demokrat masih merupakan partai penguasa. Partai yang sangat menggantungkan kekuatannya pada sosok SBY itu butuh pemimpin yang kelak tetap membawa Partai Demokrat sebagai partai besar.

Tentu Demokrat berharap kepemimpinan negeri ini kembali jatuh ke tangan kader mereka. Dan banyak yang menilai sosok itu adalah Anas Urbaningrum. Seperti Akbar yang berhasil memenangkan Golkar ketika dianggap sudah tak mampu lagi menjadi partai besar, Anas juga diharapkan setidaknya mampu membawa Demokrat menjadi partai modern dan bisa mempertahankan posisinya sebagai partai terbesar. Tapi, apakah dia juga bakal mengikuti seniornya itu yang gagal menjadi presiden? Semoga saja tidak. Umur Anas masih muda dan perjalanannya masih panjang-berbeda dengan Akbar kala memimpin Golkar.

Di tengah sulitnya organisasi mahasiswa ekstrakampus merekrut kader baru, mereka butuh panutan. Tampilnya Anas ,menjadi ketua umum partai bisa menjadi bukti bahwa masuk pergerakan sejak mahasiswa tidaklah sia-sia dan sama sekali bukan penghalang bagi masa depan mereka. Apalagi jika kemudian Anas menjadi presiden/wapres, maka tak heran itu menambah nilai plus tersendiri. Kita bisa lihat, dari 5 presiden Indonesia pascakemerdekaan, hanya Megawati yang sejak mahasiswa aktif di dunia pergerakan yang berhasil menjadi presiden. Maka harapan besar sekarang berada di tangan Anas Urbaningrum.

Teringat celetukan Taufik Kiemas sewaktu kongres KAHMI beberapa bulan yang lalu. " Baru dari GMNI yang bisa jadi presiden. HMI cuma wapres.." Mungkin Taufik benar untuk saat ini. Tapi, mungkin beberapa tahun ke depan kader dari  HMI bisa menyusul. Bagi dunia pergerakan mahasiswa, tentu sangat berharap pemimpin Indonesia mendatang berasal dari PMII, GMNI, PMKRI, GMKI, IMM, HMI, dll yang sedari awal sudah memberi bekal kepada kadernya untuk menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Semoga....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun