Mantan Ibu Negara Kristiani Herrawati alias Ani Yudhoyono pastilah sangat akrab dengan Pancasila sejak masa muda.
Ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo, adalah Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ketika meletus peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965. Sudah lazim disebut bahwa tujuan komplotan itu tak hanya membunuh para petinggi TNI AD, tetapi juga hendak mengganti Pancasila dengan ideologi Komunisme.
Karena itu, tanggal 1 Oktober yang merupakan hari gugurnya enam jenderal dan satu perwira TNI AD diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Itulah hari resmi peringatan Pancasila di masa Orde Baru.
RPKAD yang dipimpin oleh Sarwo Edhie segera menumpas gerombolan G30S di Jakarta. Gedung Radio Republik Indonesia hingga Bandara Halim Perdanakusuma direbut kembali dari penguasaan pasukan G30S.
Selain itu, RPKAD dikirim ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali sepanjang akhir 1965 untuk menumpas para pendukung G30S yang tak lain adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Tujuan operasi tersebut adalah demi mempertahankan Pancasila.
Atas jasanya itu , atau karena tujuan lain, Presiden Soeharto pun mengangkat Sarwo Edhie sebagai Kepala Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) pada 1984.
Seturut dengan penugasan ayahnya, Kristiani Herrawati mengakrabkan masa remaja, pemudi, hingga dewasanya dengan Pancasila. Kelak dia pun bersuamikan dan beranakkan perwira TNI AD yang bersumpah untuk setia kepada Pancasila.
Hari ini, 1 Juni 2019, pada Hari Lahir Pancasila, Kristiani Herrawati meninggal di Singapura menjelang usia ke-67 tahun. Istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut kembali ke hadirat Tuhan setelah beberapa bulan berusaha melawan penyakit kanker darah.
Semoga tenang di alam sana Bu Ani Yudhoyono. Semoga Pancasila pun abadi di negeri ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H