Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Darah Garuda?

16 Agustus 2010   04:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu lalu saya membaca resensi sebuah film di harian nasional yang dibuat dalam rangka peringatan Kemerdekaan Indonesia. Film yang berjudul "Darah Garuda" tersebut merupakan kelanjutan dari proyek  film pengusaha Hasyim Djojohadikusumo tahun lalu yang berjudul "Merah Putih".

Sebenarnya tidak ada yang aneh dari film tersebut. Yang ada malah kebanggaan bahwa masih ada anak bangsa yang peduli akan bangsanya dan bersedia menghabiskan miliaran uang demi film itu. Tapi saya agak tergelitik dengan pengambilan judul "Darah Garuda". Bagaimana tidak, setting antara peristiwa di film dengan judul tidak masuk akal.

Menurut skenario, film tersebut berkisah tentang para prajurit yang berasal dari latar belakang suku dan agama yang berbeda. Latar film diambil pada tahun 1947 ketika bangsa ini masih berada dalam revolusi fisik padahal penamaan judul mengambil nama "garuda" yang menurut bayangan kita adalah lambang Negara Republik Indonesia.

Lambang Negara sendiri baru diresmikan  beberapa tahun setelah tahun kejadian pada film yaitu pada tahun 1951 dan dirancang oleh Sultan Abdul Hamid II seperti bisa dilihat di sini. Lambang tersebut tidak bisa dikatakan baru sebab sudah ada sejak zaman Hindu-Budha yang diabadikan dalam bentuk gambar pada prasasti atau candi. Artinya, sebagaimana Pancasila yang juga digali Bung Karno dari peradaban masa lalu, penggunaan secara resmi baru ada setelah Indonesia merdeka.

Entah apa gerangan yang mendasari sutradara atau produser dalam pemilihan judul di atas. Tapi saya pikir sekuat apapun rasa Nasionalisme di dada, tidaklah itu mengunci akal sehat pikiran kita. Dari judulnya memang seolah menampilkan kesan "garuda-garuda" bangsa yang siap sedia mengorbankan darahnya bagi Ibu Pertiwi. Namun - jika benar dugaan saya ini - pemakaian itu mengesampingkan sama sekali sudut pandang yang ada di tahun tersebut.

Apakah masyarakat Indonesia tahun 1947  yang belum mengenal sama sekali lambang Garuda akan menggunakan kata yang sama untuk mengandaikan apa yang menurut masyarakat zaman sekarang layak disebut "darah garuda"? Tentu pemakaian kata tersebut adalah subyektif dari sudut pandang orang-orang zaman sekarang yang sudah tahu lambang Negara dan menggunakannya sebagai personifikasi yang berbau nasionalistik.

Adalah baik memang niat pembuatan film itu dan memang kalaupun hanya kesalahan judul saja yang terjadi tidaklah akan mengurangi makna dari film tersebut. Tapi sebagai bangsa, kita yang esok akan memperingati 65 Tahun Kemerdekaan-nya, haruslah benar-benar bebas dari segala kungkungan yang menjerat kita dahulu, tidak hanya Kolonialisme asing, melainkan juga pola pikir sempit, tahayul, feodalistik, dan sentimental. Tetap akal sehat perlu dipakai. Selamat menyaksikan film yang akan diputar menjelang lebaran tersebut. Merdeka!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun