Sebelum masuk ke inti persoalan, beberapa minggu yang lalu selewat saya membaca tulisan "seberapa penting tulisan di Kompasiana".... Saya pernah 2 kali memposting keluhan di Kompasiana dengan nama asli saya.... Keluhan kepada Tunas Daihatsu bandung,, ditanggapi dalam waktu 3 minggu setelah tulisan.. Satu lagi keluhan saya kepada CIMB Niaga yang tidak pernah ditanggapi sampai sekarang waktu itu tulisan saya diberi judul "Bank Niaga Riwayatmu Dulu". Dari dua artikel ini saya merasa Tulisan di Kompasiana cukup dibaca orang dan menyebar dari mulut ke mulut... Mungkin Tunas Daihatsu menanggapi karena kebijakan di sektor otomotif dari motor hingga mobil bila ada keluhan tidak ditanggapi akan dikenakan denda keperusahaan dengan cukup besar... Sedangkan di Bank tidak ada kebijakan denda seperti itu sehingga Bank tidak perduli dengan keluhan kecuali dimasukan ke media cetak yang dibaca luas sedangkan Kompasiana dibaca oleh orang terbatas......Mungkin itu pengalaman saya mengenai manfaat dari tulisan di Kompasiana Kembali ke Inti masalah.....
Tahun 80 an Indonesia membuat serangkaian Pakto ( paket kebijakan ekonomi)... Pakto ini banyak dijadikan bahan sekripsi di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum... Cuman kalau di Fak Hukum begitu membuat istilah Pakto akan langsung di coret dan kena marah... Karena istilah Pakto merupakan penjajahan Fak ekonomi kepada Fak Hukum... Kenapa begitu Di Fak Hukum harus di tulis SKB (Surat Keputusan Bersama) atau SK Mentri No.... supaya jelas dasar hukumnya tapi kalau digunakan istilah Pakto muatan ekonomi lebih berat ketimbang bobot dasar Hukumnya. Setelah Pakto ini terbit yang terasa adalah masuknya modal asing, eksport yang mendapat fasilitas, dan tumbuhnya sektor perbankan... Pada waktu itu Sarjana menjadikan Perbankan tujuan kerjanya,, saya pikir lulusan terbaik perbankan mendapat pekerjaan di Bank...
Krisis tahun 1997 membuat banyak Bank tutup dan PHK banyak terjadi itu sangat mempengaruhi Imige Perbankan.. Saya tidak tahu apakah semenjak itu Perbankan mendapat SDM terbaik atau tidak ?  CUman yang saya rasakan Perbankan sekarang Miskin Rasionalitas atau tidak menggunakan akal sehat dalam berbagai kebijakannya.... Berikut kebijakan Perbankan yang tidak menggunakan akal sehat ?
1. Biaya administrasi pada tabungan,,, coba bayangkan biaya adm tabungan di Bank Rp. 10.000,- /bulan kelihatannya kecil.. Rata-rata Bank 10 besar di Indonesia memiliki 2 juta nasabah.... kalau dihitung Rp 10.000,- X 2.000.000= Rp. 20.000.000.000- Ya 20 Miliar /bulan X 12 bulan = 240 M/ tahun dari biaya adm.... Makanya jangan heran kalau Bank 10 besar labanya selangit.... Sebetulnya Bank sangat sadar akan hal ini makanya ada bank Mencuri celah dengan menghilankan Biaya ADM ini... Tapi apa daya Bank udah terlanjur enak sih...dan peran pemerintah yang lemah membiarkan ini terjadi. Saya samar-samar teringat sekitar tahun 2000 DBS (Development Bank Of Singapore) bikin heboh karena menggenakan biaya adm di banknya Kasus ini sampai disidangkan di parlemen Singapore dan DBS mendapat kecaman. Di US tahun 2010 akhir dibuat Paul Volker rule (kalau tidak salah) nama senator amerika yang mengagas aturan ini untuk merubah secara mendasar aturan perbankan dan financial di US agar melindungi nasabah dari praktik curang dalam bunga dan biaya tersembunyi... termasuk kartu kredit.. Aturan ini merubah dunia perbankan Amerika.. DI Indonesia ada program Ayo menabung yang semangkin kecil suaranya dan Bank tidak mempromosikannya karena takut hilang biaya adm nya....
2. Bank tidak mampu menyalurkan kredit.... Orang akan bilang kata siapa ? Mari lihat ini, Banyak Bank memiliki Finance Company ( perusahaan leasing),,, ini satu tanda bank menngunakan tangan pihak ketiga untuk menyalurkan kredit... akibatnya Biaya menjadi tinggi... sekarang biaya kredit motor tidak masuk akal karena Bank kita lemah dan yang menjadi sapi perah adalah masyarakat bawah..... Makanya ada pihak yang melawan dengan nama LSM untuk tidak membayar.... Sebetulnya kata yang lebih tepat bukan tidak mampu melainkan tidak mau,, Bank sudah terlanjur enak tidak mau susah.
3. Bank menikmati keuntungan dari selisih bunga yang tidak masuk akal..... Bunga tabungan mungkin sekarang 2% bunga deposito bank besar 5-6% kecuali anda nasabah super kaya.... mari kita lihat bunga kreditnya 11-14% wow makanya mereka senang akan penabung karena ini adalah korban yang paling empuk..... selisih bisa di bayangkan... Jangan di tanya kalau kartu kredit.... Itumah kredit dengan bunga rentenir,,, Kayaknya masyarakat kecil dan menegah di buat sapi perah dibandingkan diuntungkan oleh Bank.
Tiga hal ini menyangkut inti bisnis perbankan dan menyangkut pemasukan dan pengeluaran Bank.. mari kita lihat tidak digunakanya akal sehat di sisi lain perbankan....
1. Sisi Pelayanan atau CS,
Kalau tabungan anda cukup lumayan 5 juta lah anda akan di telp berulang-ulang oleh bank atau pihak ke 3 agar membuat kartu kredit... Bahkan pengamat perbankan di harian kompas menggunakan istilah tidak tahu malu.. Bank demi pemasukan demi fee base income sudah melupakan CS, Kata Arwin Rasyid seorang Bankir mengatasan CS itu mengharuskan Bank melihat the way of live dari nasabahnya.... Bijak sekali tapi sayang Bank di Indonesia terlalu bodoh untuk menyadarinya.... Masih ingat kasus SMS,  KTA ini juga contoh akal yang dibutakan uang dari Bank..... Penulis alami dan Bank itu malas untuk sekedar memberi konfirmasi sekalipun kecamannya udah saya sampaikan.....
2. Bank Tidak Peduli,,Mau nyaman atau tidak.
Memang banyak Bank yang sudah nyaman dan baik tapi banyak yang sangat tidak manusiawi,, dan sekali lagi nasabah tidak memiliki pilihan... ini contoh yang saya hadapi di beberapa Bank di sekitar rumah saya.. Rumah saya di TKI- Bandung, kebetulan daerah yang bertumbuh dan banyak bermunculan Bank di kompleks ini.... Kalau anda Ke Bank Mandiri jangan harap anda bisa menunggu sambil duduk,, antrian panjang dan tempat sumpek dan kecil....Antrian ATM BCA sangat luar biasa,,, dan sitem pelayanan BCA belum standard seberti cabang yang lain. Dengan Laba yang besar sebenarnya mereka dengan mudah dapat memperbaiki layanan. Saya ingin membahas terkait komplain saya pada CIMB niaga,, seperti janji saya, saya akan menutup rek tabungan saya di bulan Mei,,, Saya sih mengharapkan ada moment of truth yang baru dalam menghadapi Bank CIMB agar saya tidak terlalu kecewa dengan Bank ini ??? ternyata begitu saya datang saya kaget bank ini biasanya sepi sekarang menjadi rame luar biasa,,, setelah ditanya ada cabang yang ditutup sehingga disatukan pada tgl 25 april yang lalu berarti 1 minggu yang lalu... saya berdiri karena tidak ada tempat duduk,,, antrian masih 20 nomer lagi,,,, setelah dilihat ternyata nasabah yang banyak itu adalah yang mau bayar uang sekolah,, bukan nasabah inti CIMB...  disinilah tidak perdulinya karyawan CIMB terhadap nasabah,,, tidak perduli sbb :