Mohon tunggu...
orderto farma samboga
orderto farma samboga Mohon Tunggu... -

muda, desa, apa adanya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jarwati

8 Desember 2010   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12917777341776447305

Rumahku dangdut banget karena ia sedang-sedang saja, jauh dari kota namun ga desa-desa amat.Agar tak di katakana bahwa rumput tetangga jauh lebih hijau, maka ku syukuri..dan i love my village.

Di rumah sebagai sampingan dan sebagai kegiatan aku buka sekedar loket pembayaran listrik..bahasa kerennya PPOB.Full hanya untuk iseng seneng-seneng, pelanggan listrik yang setia bayar ke rumah pun walau tak sedikit namun tidak juga banyak, ya sekitar 50 nomer tagihan lah naik turun.Dan unik, karena ada yg 30 hari mencari terang di bawah pelita PLN tagihan hanya berbunyi sembilan ribu sepuluh ribu, dan jangan kaget….rekor terendah adalah Rp. 6.000, itu sudah termasuk jasa admin PPOBnya, yang artinya pemakaian hanya berkisar Rp. 4.500,-.Rumah tak bertuan..? Bertuanlah.

Memang aku sendiri takjub akan gaya hidup beberapa tetanggaku ini, bangun pagi-pagi beribadah dan bikin kopi ala kadarnya pakai tungku kayu..lalu ke sawah, pulang-pulang siang sholat dhuhur dan istirahat, puas istirahat kembali ke lading pencaharian dan pulang saat adzan ashar berkumandang, dan tidur tanpa perlu menunggu tengah malam datang..dengan hanya tiga lampu lima watt menyala; teras depan…ruang tengah, dan sumur.

Hasil dari jual jasa tagihan ini ga sampai ratusan ribu kok, namun alhamdulillah cukup untuk membayar tagihan internet satu bulan on line.

Lalu ngapain sih susah-susah kalau memang tidak menghasilkan…??

Tunggu dulu….ini semua sangat romantik, satu bulan sekali bertemu dengan para tetangga yang datang ke rumah..ngobrol ini itu…nyaaaaaman sekali.

Mbah Kasan Musdi misalnya ya, beliau ini kalau datang menyempatkan diri membayar listrik bisa di bilang selalu…kalau tidak hari rabu ya hari sabtu, karena dua hari itu adalah hari pasaran pasar kemiri, sekitar 1 km dari rumah.Beliau berdalih sekalian pergi ke pasar beli tembakau dan klembak menyan bumbu lintingan khasnya.Simbah Kasan Musdi ini perlente..ia bukan pensiunan pegawai pada masanya..namun ia bisa tampil rapi, untuk sekedar bayar listrik dan ke pasar..ia berbusana batik terbaiknya..lengkap dengan peci hitam dan pantalon warna gelap; wajahnya selalu ceria.

Kenapa menarik…? Yaa obrolan itu tadi, hidup ini menjadi indah karena berbahasa..pun walau itu bahasa hati sekalipun.Ketemu di rumah sebulan sekali selalu ku sempatkan bertanya..”Mbah..pripun wayahe mpun saged mbrangkang dereng Mbah..? dari bulan ku bulan ku tanyakan kabar cucunya dengan tingkat kebisaaan yang selalu meningkat..dan terakhir katanya sang cucu mulai bisa ngoceh…lagi seneng-senengnya ngomong sebisanya.O ya pakdhe jadi ingat…. Saat cucunya baru lahir pakdhe menanyakan mau di kasih nama siapa cucunya…? Beliau dengan lantang penuh percaya diri dan penuh harapan berkata…”putuku meh tak jenengke JARWATI mas mBogo”.Hahahaha…kami berdua tertawa dan lupa problema tuk sesaat, lupa kalau punya utang dan sebagainya.

Sobat…Kakeknya dik Jarwati ini pendengarannya mulai berkurang secara signifikan….jadi kalau ngobrol dengan beliau harus lantang dan sesekali menegaskan dengan isyarat, serta pelan agar gerak bibir kita terbaca.Kalau pakdhe tidak berhasil menjadi mitra bicara yang baik ia dengan setia bangkit dari tempat duduknya dan mendekatkan telinganya.

Pernah suatu kali pakdhe persilakan duduk..beliau beranjak duduk…tapi belum sampai duduk pakdhe sudah Tanya..e beliau ga jadi duduk malah mendekat…dan dalam satu waktu bangkit-duduk bangkit duduk ini terjadi hamper tiga kali sampai akhirnya pakdhe menyadari keganjilan ini.Hahahaha…Mbah..pun mangga lenggah riyin..mpun mangke kula ingkang mriku.

Ah…Mbah Kasan Musdi, I Miss You selalu…semoga umur kita berdua panjang…aku masih ingin ngobrol denganmu bertahun-tahun lagi.Salam tuk dik Jarwati ya Mbah….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun