Dinami kapolitik di Kota Depok mulai memanas mendekati penyelenggaraan PIlkada serentak pada Desember mendatang. Sejumlah calon terus kasak-kusuk mencari tumpangan perahu agar bisa berkontestasi.
Satu nama yang agak mengejutkan adalah Rama Pratama. Mantan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tiba-tiba merapat kekubu "banteng" PDI Perjuangan.
Sebagaimana diberitakan beberapa media, Rama mengaku mencari jalan 'bypass' via DPP PDI Perjuangan untuk mencari panggung. Dia langsung 'nembak' keSekjen PDI Perjuangan, HastoKristiyanto.
Merapatnya Rama kebarisan banteng inicukup mengejutkan. Karena selama ini, PKS adalah 'penguasa' Depok. Hampir 15 tahun kota ini dikuasai oleh kader-kader tarbiyah pengusung ideologi Ikhwanul Muslimin.Â
Kalau sekadar mencari partai, kenapa Rama tidak menggunakan perahu PKS saja yang digdaya di Depok? Atau, jangan-jangan ini sebenarnya taktik pengusung ideologi islam-politik (baca: PKS) yang berusaha menghegemoni semua kekuatan politik di Depok dengan memasukkan Rama ke PDI Perjuangan?
Kedua opsi tersebut masih masuk akal. Karena lompatnya Rama Pratama ini sangat ekstrem. Kita tahu, kedua partai ini berseberangan, baik dari segi ideologi maupun posisi politik.
PDI Perjuangan mengusung ideologi nasionalisme. Partai ini juga cenderung sekuler dengan tidak berafiliasi pada satu agama tertentu. Cita-citanya mewujudkan Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan, PKS jelas adalah partai Islam yang memiliki ideologi mirip Ikhwanul Muslimin. Cita-cita mereka adalah mewujudkan kehidupan masyarakat berdasarkan agama tertentu (baca: negara Islam).
Rama Pratama adalah anak kandung dari PKS. Dia dididik dalam proses liqo' berjenjang di kampus UI. Kita tahu, kampus kuning ini adalah salah satu tempat penggodokan dan basis terbesar PKS di Indonesia.
Rama juga pernah menjadi Ketua BEM UI. Jabatan politik ini menjadi ajang pembelajaran bagi kader-kader PKS yang disiapkan menjadi pemimpin masa depan. Â biasanya diberikan kepada kader yang setia dan ideologis.