Mohon tunggu...
Bagus Kusuma
Bagus Kusuma Mohon Tunggu... -

Ayah dari 3 orang Anak. Mengelola web pribadi di http://samarakita.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengasuhan Anak Sebuah Tanggung Jawab Dunia Akhirat

24 November 2011   08:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengasuhan atau parenting adalah sesuatu yang harus menjadi perhatian para orang tua karena tanggung jawab pengasuhan adalah bagian dari konsekuensi berumah tangga di antara banyak konsekuensi lainya.

pengasuhan anak

Orang tua seharusnya menyadari bahwa anak adalah sebuah titipan dan bukan hadiah. Allah memberikan titipan ini sebagai amanah yang harus dijalankan. Allah menganugerahkan instrumen yang bernama “kasih sayang” kepada setiap orang tua yang diberi amanah untuk merawat titipannya. Persepsi ini penting karena akan mempengaruhi cara orang tua dalam melakukan pengasuhan anak-anaknya. Saya ingin mengutip sebuah kisah dari sebuah buku sederhana yang mengajarkan cinta dalam sebuah rumah tangga Islami. Kisah-kisah ini membuat saya terkagum sekaligus tersadar akan efek dari sebuah pengasuhan. Ini kisah yang pertama : “Siapa yang menjaminmu hidup sampai setelah waktu zuhur?” pertanyaan itu terlontar dari mulut seorang pemuda kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz, tokoh pemimpin bergelar khulafa rasyidin yang kelima. Ketika itu, khalifah yang terkenal keadilannya itu sangat tersentak dengan perkataan sang pemuda. Terlebih saat itu, ia tengah merebahkan diri beristirahat usai menguburkan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Malik. Tapi baru saja ia merebahkan badannya, seorang pemuda berusia tujuh belasan tahun datang menghampirinya dan mengatakan, “Apa yang ingin engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?” Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Biarkan aku tidur barang sejenak. Aku sangat lelah dan capai sehingga nyaris tak ada kekuatan yang tersisa.“ Namun pemuda itu tampak tak puas dengan jawaban tersebut. Ia bertanya lagi, “Apakah engkau akan tidur sebelum mengembalikan barang yang diambil secara paksa kepada pemiliknya, wahai Amirul Mukminin? Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Jika tiba waktu zuhur, saya bersama orang-orang akan mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemiliknya.” Jawaban itulah yang kemudian ditanggapi oleh sang pemuda, “Siapa yang menjaminmu hidup sampai setelah zuhur, wahai Amirul Mukminun?” Pemuda itu bernama Abdul Aziz. Ia adalah putera Amirul Mukminun sendiri, Umar bin Abdul Aziz, seorang Khalifah yang tercatat dalam sejarah dengan tinta emas. Dan ini kisah kedua : Seorang lelaki datang menghadap Amirul Mukminun, Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Ia melaporkan kepada Rasulullah tentang kedurhakaan anaknya. Khalifah Umar lantas memanggil anak yang dikatakan durhaka itu dan mengingatkannya terhadap bahaya durhaka pada orang tua. Saat ditanya sebab kedurhakaannya, anak itu mengatakan “Wahai Amirul Mukminin tidakkah seorang anak mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya?” “Ya” jawab Khalifah. “Apakah itu?” tanya anak itu. Khalifah menjawab. “Ayah wajib memilihkan ibu yang baik buat anak-anaknya, memberi nama yang baik dan mengajarinya Al Qur’an.” Lantas sang anak menjawab, “Wahai Amirul Mukminin. Tidak satupun dari tiga perkara itu yang ditunaikan ayahku. Ibuku Majusi, namaku Ja’lan, dan aku tidak pernah diajarkan membaca Al Qur’an. Umar bin Khatab menoleh kepada ayah dari anak itu dan mengatakan, “Anda datang mengadukan kedurhakaan anakmu, ternyata Anda telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Anda telah berlaku tidak  baik terhadapnya sebelum ia berlaku tidak baik terhadap Anda.” Kisah di atas menyadarkan saya bahwa kehidupan anak-anak saya sangat tergantung dari pengasuhan saya sebagai orang tua mereka. Salah asuh anak alamat bencana bagi saya dan juga bagi anak saya. Ya…bencana, dan ini di dunia akhirat. Muncul rasa keingintahuan untuk menguak rahasia pengasuhan anak sehingga menghasilkan produk-produk unggul yang membanggakan. Apa kiranya yang dilakukan oleh mereka yang memiliki anak-anak dengan karakter luar biasa? Ilmu psikologi macam apa yang mereka terapkan dan dari mana mereka belajar? Kenapa di jaman ini jarang kita temukan putra-putri dengan kualitas yang sedemikian ? Kenapa kita harus bersikukuh untuk memberikan pengasuhan yang baik kepada anak-anak? Firman Allah dalam An Nissa:9 saya yakini bisa memahamkan Anda. Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.(Q.S. An Nissa:9) Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S. At Tahrim:6) Maka jelas bagi kita bahwa mengasuh anak sehingga mereka menjadi generasi yang kuat adalah perintah Allah yang tidak boleh diabaikan. Maka bersiaplah para orang tua untuk menjadi pengasuh terbaik bagi anak-anaknya. Pernah dengar kisah pengasuhan yang diberikan oleh ibundanya Imam Syafi’i ? Beliau adalah seseorang yang dikenal amat sangat menjaga kehalalan makanan yang masuk ke dalam perut anaknya. Suatu saat beliau pernah memuntahkan kembali ASI yang diminum anaknya dari wanita lain karena khawatir akan kehalalannya. Imam an-Nawawi pun menegaskan bahwa ibunda Imam Syafi‘i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia pun seseorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath. Atau pernah dengar lagi kisah “Amazing Child” dari Iran? Sayid Muhammad Husein Thabathaba’i. Prestasinya telah diakui karena mampu menghafal Al-Qur’an pada usia 5,5 tahun. Sesungguhnya yang lebih luar biasa adalah orang yang mendidiknya menjadi sedemikian, yaitu orang tuanya.   Mereka berdua pun adalah para hafidz dan memilih tinggal di lingkungan yang kondusif untuk mendidik seorang hafidz. Mudah-mudahan cukup jelas bagi kita bahwa untuk bisa memberikan pengasuhan yang berkualitas maka hal pertama yang harus disiapkan adalah menyiapkan pendidikan untuk diri sendiri. Transformasi diri kita menjadi orangtua yang melek akan pengasuhan, visioner melihat masa depan anak, dan memiliki ketakwaan kepada Allah sebagai modal utama seperti disampaikan pada ayat di atas. Bukan hal yang mudah menjadi orang tua yang baik, oleh karena itu Allah akan mengganjar setiap usaha para orang tua untuk mengasuh anak mereka dengan sebaik-baiknya serta mengikuti aturan Allah. Selamat belajar, selamat beribadah dan selamat berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun