Tifosi seantero jagat sedang dalam euforia atas kemenangan pembalap mereka Charles Lecrerc di Monza Italia.Â
Kemenangan ini sangat berarti khususnya bagi seluruh fans Scuderia Ferrari diseluruh dunia, karena sudah sembilan tahun tim yang bermarkas di Maranello ini tidak pernah memenangkan lomba di kandangnya sendiri.Â
Terakhir kali mereka merebut kemenangan dikandang bersama pembalap asal spanyol Fenando Alonso tahun 2010 silam.
Alonso dan Lecrerc sama -- sama memenangkan race Grand Prix Italia pada tahun pertama debut mereka bersama Scuderia Ferrari.Â
Ada perbedaan yang sangat mendalam untuk kedua pembalap tersebut, karena tifosi seluruh dunia pasti sempat membenci Alonso.
Pada saat itu dia berada di Renault dan merebut gelar dari legenda hidup Ferrari, Michael Schumacher tahun 2005 dan 2006, yang mana pada tahun ini pembalap asal Jerman tersebut memutuskan untuk pensiun sebelum akhirnya comeback bersama tim senegaranya Mercedez.
Berbeda dengan Alonso, Charles Leclerc berasal dari akademi Ferrari sendiri. Pria asal Monte Carlo, Monaco yang lahir pada 16 Oktober 1997 ini menjalankan debut F1 pertamanya di tim Alfa Romeo Sauber, yang mana merupakan tim B Ferrari.Â
Debutnya bersama Alfa Romeo Sauber berjalan dengan baik dengan mengungguli rekan satu timnya Marcus Erickson. Tahun 2019 impiannya menunggangi si kuda jingkrak akhirnya terwujud, yang mana pada saat itu Principal Ferrari Maurizio Arrivabene memberi tawaran untuk bergabung dengan geng dari Maranello sampai tahun 2022.
Kemampuan Leclerc dalam balapan pun sudah diasah semenjak kecil yang mana ia  memenangkan kejuaran balapan pertamannya pada usia 10 tahun. Dia menjajal dunia balapan karting dengan perusahaan manajemen ARM yang dipimpin oleh Nicolas Todt, bersama temannya almarhum Jules Bianchi yang mana adalah ayah baptisnya
Sukses pada balap karting, Leclerc menjajal kemampuanya pada balap mobil formula dengan bergabung bersama tim Inggris Fortec Motorsport, pada ajang Formula Reanult 2.0 ALPS. Dia sukses meraih 7 kali podium, yang mana dia berhasil menang di Autodrome Monza dan berhasil menduduki posisi runner up dibelakang Nick de Vries.
Pada bulan Desember Tahun 2015 Leclerc mengikuti tes akhir musim dengan Tim ART Grand Prix dan Arden Internasional. Leclerc akhirnya bergabung dengan ART pada tahun 2016 dan memenangkan Seri GP3 dengan meraih tiga kemenangan.Â
Perjalanan karir Leclerc untuk berlaga di ajang balap Formula 1 Â tinggal selangkah lagi, yang mana dia dikonfirmasikan oleh tim Prema Powerteam, untuk berlaga pada ajang formula 2.Â
Leclerc menjadi juara termuda pada ajang Formula 2 bersamaan dengan Lewis Hamilton, Nico Rosberg, dan Nico Hulkenberg. Dengan Torehan itu akhirnya pada tahun 2018 ia berhasil mewujudkan mimpinya untuk balapan pada ajang tertinggi Formula 1.
Dengan torehan prestasi yang luar biasa ini Leclerc menjalani hidup yang bahagia sekaligus menyedihkan baginya. Jules Bianchi teman masa kecil sekaligus ayah baptisnya meninggalkannya karena sebuah kecelakaan pada Gran Prix Jepang.Â
Tahun 2017 Harvey yang merupakan ayah Leclerc juga pergi untuk selamanya dan tidak bisa menemaninya merayakan gelar juara dunia F2.
Kehilangan kedua sosok yang paling dicintai lantas tidak membuat Leclerc larut dalam keterpurukan, dia membuktikannya dengan dirinya sekarang menjadi seorang gladiator dari tim asal Italia Scuderia Ferrari, yang mana merupakan impiannya sejak kecil.Â
Dia menggantikan juara dunia terakhir Ferrari Kimi Raikonen dan menjadi tandem pembalap asal Bavaria Sebastian Vettel.
Debutnya bersama scuderia Ferrari bisa dibilang luar biasa, dengan rekan setimnya yang merupakan juara dunia 4x Sebastian Vettel tidak membuat dirinya rendah diri yang mana sebaliknya, dia berhasil membuktikan pada publik bahwa dia bisa mengalahkan juara dunia 4x Sebastian Vettel dalam beberapa race.Â
Pada Grand Prix Austria jika tidak di overtake Max Verstappen pada 2 lap terakhir, dia hampir saja memenangkan balapan pertamanya bersama Ferrari dan menjadi kemenagan perdana tim Marranelo pada F1 2019.
Kekecewaan itu membuat Leclerc mengambil pelajaran dan berjanji akan mengubah gaya membalapnya agar lebih agresif lagi. Tepatnya pada Grand Prix Belgia dia akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya dengan memenangkan balapan di sirkuit yang legendaris Spa Francorchamp.Â
Kemenangan perdana Leclerc lagi-lagi berakhir dengan perasaan yang bercampur aduk, yang mana dia larut dalam euforia tetapi juga larut dalam kesedihan karena Antoine Hubbert teman masa kecilnya pergi untuk selamanya sehari sebelumnya. Dia mempersembahkan kemenangan pertamanya kepada temanya itu.
Seminggu setelah itu Leclerc berhasil menggegerkan publik dengan memenangkan balapan yang menegangkan di Monza Italia, kandang si kuda jingkrak dan berpesta berama tifosi yang sudah lama mendambakan tim asal Italia itu berhasil meraih kemenangan yang sudah lama dinanti.Â
Kemenangan itu sekaligus membantah kepada khalayak ramai bahwa dirinya hanya dijadikan alat pertukarannya dengan Cristiano Ronaldo yang pindah ke Juventus, yang mana merupakan tim yang sama dibawah naungan FIAT.
Leclerc berhasil menepis keraguan publik yang sempat meremhkannya dengan berhasil memenangkan 2 seri, sekaligus mengalahkan rekan setimnya yang merupakan juara dunia 4x Sebastian Vettel.Â
Ini merupakan kabar gembira untuk tifosi karena telah lahir Gladiator yang menunggangi si kuda jingkrak , dengan penuh passion dan agresif yang mengikatkan pada legenda mereka Michael Schumacher.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H