Mohon tunggu...
Samanta
Samanta Mohon Tunggu... -

Bukan aku yang menulis puisiku... Puisikulah yang menulisku...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Derana

1 Februari 2017   04:13 Diperbarui: 1 Februari 2017   05:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Kurindu hadirmu setegar Pak Tani menanti-nanti kemuning padinya tanpa lena
s’panjang waktu gigih menyongsong rezeki dan risiko di dangau fatamorgana
harus tetap tulus walau esok mungkin panen bencana senihil fortuna
di kian ganasnya wereng birokrasi, neoliberalisme dimana-mana
kar’na cintaku dan cintamu adalah raimuna renjana
manunggal abadi hingga peterana nirwana
meski pasti dihadang laguna gulana

Kudamba tibamu seteguh ibu penyu mengerami ratusan telurnya di tepi bena
ikhlas mengubur diri demi kelangsungan yuwana-yuwana waruna
di padmasana mega fauna dunia yang terus menyerana
dalam sadisnya cakar rezim-rezim sok santun pemusnah buana
dikomandoi taring-taring neokolonialisme peronce ikebana durjana
kar’na cinta paripurna hanya bermakna jika diukir dengan tata laksana
bukan sekadar wacana-wacana pena perlina

Aku setabah waranggana yang nyinden semalaman tanpa lenggana
menanti akhir tutur hingga ki dalang hengkang dari sasana
akulah anak-anak pejuang Palestina
kukuh berkhayal merdeka meski jiwa-jiwa gugur dalam bahana milyaran Rabbana merebana
entah sampai bilamana
nyawaku adalah raung-raung pilu jutaan rakyat Rohingya yang terusir dari janabijana
terus berzikir dalam mimpi-mimpi secuil korona yang makin sirna

Makin kukuh kuhasrati kasih sayangmu yang berlimpah fenomena memesona
kendati kutak pernah tahu kapan engkau sudi muncul memecah hana
di atrium penantian panggilan-Nya kusetia bertahana
dalam angkernya savana derana

Bumi Allah, 9 Februari 2016

KOSAKATA:
>> dangau = gubuk utk penjaga di sawah atau ladang
>> raimuna = pertemuan akbar (kegiatan pramuka)
>> peterana = tempat duduk utk orang-orang terhomat (presiden, raja), atau tempat duduk mempelai
>> bena = ombak; pasang; banjir
>> yuwana = muda; anak-anak
>> waruna = dewa laut
>> padmasana = (1) takhta; singgasana; kursi kerajaan; (2) bangunan dl pura (di Bali) utk bersembahyang; (3) tempat duduk yg berupa bunga teratai; (4) sikap duduk dng cara menyilangkan kedua kaki di atas paha (bersila)
>> mega fauna = kelompok hewan dalam jumlah sangat besar yg tersebar dalam habitat yg luas
>> menyerana = (1) merana (makin lama makin kurus); (2) termenung
>> perlina = hilang; tdk kelihatan
>> waranggana = penyanyi perempuan dalam seni karawitan atau wayang; pesinden
>> lenggana = segan; enggan; tdk sudi
>> Rabbana = Tuhan kami; Tuhan kita (digunakan dalam doa)
>> janabijana = tanah kelahiran
>> korona = (1) cahaya semu di sekitar matahari, bulan, atau sumber cahaya yg terjadi krn penyebaran cahaya oleh titik-titik atau bagian kecil benda di atmosfer; (2) lingkaran sinar yg mengelilingi matahari; (3) lapisan gas tipis di bagian luar matahari; (4) mahkota; (5) struktur spt mahkota
>> hana = luas dan sunyi (tt rimba, laut, dll); kosong (tdk berpenghuni, tdk berpenduduk)
>> bertahana = bersemayam; duduk
>> savana = sabana; padang rumput yg ada pepohonannya, terdapat di padang pasir atau gurun pasir
>> derana = tahan dan tabah menderita sesuatu (tdk lekas patah hati, putus asa, dll)

Puisi ini juga ditulis di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun