Kumenyapamu dalam rintih-rintih seriosa
tataplah mata sembapku dengan segenap tenagamu yang masih tersisa
meski dirimu kian terengah-engah sekarat di sudut titimangsa
dan tubuh rapuhmu yang makin rengsa
nelangsa
dari warsa ke warsa
namun, dahsyatnya, kau tak pernah mati rasa
apalagi putus asa
Engkau tak henti berdansa-dansa
ditingkahi riuhnya metrum-metrum musik binasa
dalam hedonisme tujuh milyar manusia yang kian perkasa
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!