Mohon tunggu...
Syamsiah
Syamsiah Mohon Tunggu... Insinyur - Trainer

Instruktur TIK Kemenaker RI Love Purple and Eat Purple \r\nwww.syamthing.blogspot.com, \r\nwww.syamhais.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suka Duka Tinggal di Bekasi

6 Januari 2015   17:43 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 3960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1420515673266776160

Bekasi banyak dibully. Tidak seperti Yogya dan Bandung yang langsung ditindak walikota/gubernurnya. Bully-bully kepada bekasi justru disikapi santai pak walikota. Walikota Bekasi juga menyadari masih banyaknya kekurangan di Bekasi, terutama masalah infrastruktur. Kesadaran inilah yang membuat Bekasi mudah tumbuh. Bahkan salah satu Hotel yang cukup ternama, yaitu Hotel Haris yang terbesar ada di Bekasi.

“Kalo lo nemuin jalan rusak, berarti lo uda sampe Bekasi”, kira-kira gitu bunyi salah satu meme yang yang cukup sadis ngebully Bekasi. Jalan-jalan Bekasi memang banyak yang rusak. Tinggal di Bekasi serasa tinggal di planet lain padahal dekat dari Jakarta.

Apalagi di daerah Pd.Ungu, banyak pabrik yang berhadapan langsung dengan sungai. Sungainya sih ga masalah. Yang masalah jalan di pabrik yang menghadap sungai.  Distribusi barang-barang atau perangkat pabrik dilakukan menggunakan truk barang yang sangat besar yang sangat memakan badan jalan. Padahal jalanan kecil itu diperuntukkan untuk dua jalur. Walhasil, cuma lewatin depan pabrik di sekitar Pd.Ungu bisa sampai satu jam !

Jangan coba-coba berada di ruang-ruang terbuka Bekasi pas siang hari kalo ga kuat dengan panasnya. Ruang-ruang terbuka hijau di Bekasi masih jarang. Banyak wilayah di Bekasi yang hanya berupa kumpulan perumahan penduduk tanpa mengindahkan pentingnya ruang-ruang terbuka hijau. Padatnya permukiman penduduk di Bekasi bisa dibilang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Bekasi tidak ada, kecuali untuk daerah-daerah tertentu. Selain itu, jalan-jalan di bekasi masih jarang jarang yang ditumbuhi tanaman penyejuk jalan.

Coba sebut daerah di Bekasi yang khusus dijadikan area wisata kuliner di siang hari, ga ada ! Jangan coba-coba cari makanan di pinggiran jalan atau tendaan di Bekasi siang hari, ga bakal ketemu. Kecuali rumah makan dan warteg, makanan di Bekasi dijualinnya cuma pagi dan malam hari. Entahlah, mungkin yang jual juga pada males ngadepin panasnya Bekasi. Jadi kalo lapernya siang, nyari makannya musti ke warteg, rumah makan, atau ke mall. Ya memang ada siiihh, tapi jalannya kan jauuhhh L

Bekasi belum punya pusat grosir sekelas ITC Cempaka Mas atau ITC Ambassador yang mampu menjual barang-barang kualitas mall dengan harga grosir. Padahal ITC yang model kayak begini nih yang dicari. Kita juga ga musti pusing dengan banyaknya item yang dijual seperti di Pasar Tana Abang. Sekali nemu model ITC di Bekasi persis di depan Mall Metropolitan, isinya ga teratur banget. Ga ada spesifikasi tiap lantai khusus menjual apa. Semua saling membaur di tiap lantainya. Model begitu ga masalah kalo model ITC-nya kayak ITC ambassador yang ga terlalu besar. Lah ini ukurannya besar banget. Udah gitu belum tentu kualitasnya bagus-bagus. Jadi kalau saya ingin cari pakaian atau perlengkapan sehari-hari yang lumayan bagus ya musti balik lagi ke Jakarta L

Tapi……

Bekasi Dilihat Dari Atas

Cobalah untuk merasakan mandi pagi di Bekasi. Airnya dingin, serasa di puncak. Tinggal di Bekasi memang serasa tinggal di puncak, bukan karena sekedar airnya, tapi suasananya memang dapet banget. Perumahan yang masih kental suasana daerahnya itu bikin bekasi 11-12 sama puncak. Hehe..

Biar siang susah nyari makanan, tapi kalo makanan uda pada buka rasanya kayak di Bandung. Bukannya lebay, soalnya di Bekasi banyak banget kuliner khas Bandung yang bertebaran di jalanan seperti martabak dan siomay khas Bandung. Penjualnya juga menyapa kita dengan sapaan dan logat khas orang Jawa Barat. Rasanya seperti di Bandung, tapi di pedesaannya. Justru saya lebih suka Bandung di pedesaannya karena masih asri. Jadi ga mesti jauh-jauh ke Bandung kalo cuma pengen dapetin suasana desanya.

Yang bilang Bebek Maisah paling enak coba deh ke Kranji. Di sini ada warung tenda Madura yang ngejualin Bebek. Rasanya dapet banget karena bumbunya pas banget sama bebeknya. Ini warung tenda dari sejak buka pasti ga berhenti ngelayanin pembeli. Ada warung yang jualin Ubi Cilembu dan telor asin khas Brebes yang bisa dibakar ditempat. Masih di sekitar kranji, ada warung tenda Soto Ayam dan Rujak Serut/Uleg yang antrinya juga ga berhenti dari pagi sampai habis.

Bekasi punya pusat kuliner malam di Galaxi. Ini pusat kuliner asli makanannya enak-enak. Pantes kalo pusat kuliner Galaxy penuh terus. Bukan cuma harganya yang murah, tapi rasanya juga lebih enak dibanding makanan rumah makan sekitar Galaxy. Kebersihannya juga terjamin. Penjualnya ga segan ngasi tisu di manapun pembelinya duduk. Coba bandingin dengan Blok S yang ada di Jakarta.  Rasanya standar-standar aja, tisu juga ga ada di meja-mejanya. Saya benar-benar kurang nyaman dengan cara penyajian di Blok S yang rasanya standar dan ga meletakkan tisu di meja-meja pelanggannya.

Di Jakarta, kalo mau cari sesuatu pasti mesti ke mall atau pasar-pasar. Makanya jalanan Jakarta banyak yang macet karena aktivitas warganya terkonsentrasi di titik-titik tertentu. Walhasil, nyari satu item aja di Jakarta bakal kekuras banget energi karena macet dan mesti keliling mall-mall di Jakarta yang besar-besar itu.

Itu ga berlaku di Bekasi karena di Bekasi banyak toko yang khusus menjual segala peralatan yang kita butuhkan. Ada toko kecantikan khusus yang juga menjual soft lense. Toko-toko kado, toko-toko perlengkapan bayi, dan beragam toko/butik busana muslim lengkap, toko-toko listrik, sampai toko perabotan rumah tangga lengkap dari halaman depan sampai area bersih-bersih (MCK). Makanya warga Bekasi ga perlu jauh-jauh kalau hanya untuk mencari barang yang ternyata di dekat rumahnya banyak yang menjual. Ini juga mengurangi konsentrasi aktivitas di titik tertentu. Sehingga kemacetan pun bisa dikurangi.

Sayangnya, ga semua barang yang kita cari di Bekasi ada. Apalagi yang berkaitan dengan asesoris kamera. Nah ini pengalaman saya yang nyari asesoris kamera di Bekasi sampe stress. Ga ada toko khusus yang menjual kamera dan segala asesorisnya. Saya coba ke Bekasi Cyber Park (BCP) yang khusus menjual peralatan elektronik. Tetep ga ada, malah ketemunya baju dan perlengkapan rumah tangga. Satpamnya pas saya tanyain ada atau tidaknya counter merk asesoris kamera yang saya cari malah kebingungan, disangkanya itu merk hape. Hadeuuhhh….aura gaptek eh daerah masih berasa banget yaaa.

Penduduk Bekasi multietnis karena para pendatang yang gagal tinggal di Jakarta saking mahalnya. Tapi tetangga di Jakarta banyak yang kepo sama urusan orang. Tetangga di Bekasi selain tidak suka kepo, mereka mau saling peduli sama kesulitan tetangganya. Mungkin karena orang-orang Bekasi masih memegang teguh nilai-nilai luhur kearifan lokalnya sehingga kekeluargaan masih besar dan saling menghormati satu sama lain.

Dengan UMP yang lebih tinggi dari Jakarta, biaya hidup di Bekasi tetap lebih murah dari Jakarta. Beli baso/mie ayam rata-rata harganya cuma 10 ribu. Nasi padang rata-rata cuma 15 ribu. Dengan budget yang sama, wisata kuliner di bekasi bisa beli makanan yang lebh banyak dan banyak yang khas Bandung. Kontrakan seharga 700 ribu per bulan udah sebesar rumah tipe 21. Coba, yang segitu di Jakarta berapa? Di Jakarta, uang cepet banget abisnya. Jadi uang itu relatif, tergantung di mana ngabisinnya. Bisa mendadak serba berkelebihan kalo tinggal di bekasi. Hehe..

Soal banjir dan macet, 11-12 sama Jakarta. Tapi sepanjang saya tinggal di bekasi, alhamdulillah keduanya sama sekali ga saya alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun