Mohon tunggu...
Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Hobi membaca dan menulis

Mukim di Kebumen. Karya tulisnya tersebar di berbagai media cetak dan online, lokal hingga nasional seperti Kompas Anak, Republika, Jawa Pos, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Radar Bromo, Radar Banyumas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Lampung Post, Analisa, Bangka Pos, Kartini, Nova, dll.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perjalanan Panjang Timnas U-19

17 September 2014   00:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:29 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta Tanah Air merupakan salah satu kunci dalam kehidupan Timnas U-19. Dalam beberapa kali wawancara dengan berbagai media, salah satu rahasia Indra Sjafri sebagai pelatih Timnas U-19, untuk menyalakan semangat perjuangan anak-anak didiknya adalah dengan membangkitkan rasa cinta Tanah Air dalam diri tiap-tiap anggota Timnas U-19. Kemenangan demi kemenangan yang pernah ditorehkan Timnas U-19 merupakan hasil nyata dari menggeloranya rasa cinta pada Tanah Air.

Kota Batu, Malang, Jatim, akhirnya terpilih sebagai lokasi training center Timnas U-19. Terpilihnya kota tersebut tentu setelah melalui berbagai pertimbangan yang matang. “Daerah dingin di dataran tinggi seperti ini sangat bagus untuk latihan fisik dan meningkatkan stamina,” papar Coach Indra dalam buku terbitan Bentang Pustaka ini.

Menempa kekuatan seraya terus meningkatkan ketahanan fisik merupakan prioritas penting bagi Coach Indra. Semua anggota Timnas U-19 tanpakecuali harus mampu menempa diri untuk terus meningkatkan kekuatan dan ketahanan fisik mereka. Sebagaimana pepatah mengatakan, “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. No pain no gain. Secara gamblang, sepak bola merupakan bukti nyata dari kebenaran pepatah tersebut. Tak ada pemain yang bisa hebat tanpa dedikasi, disiplin, kerja keras dan perjuangan.

Menempatkan diri secara tepat sesuai predikat tim nasional harus menjadi dasar karakter setiap pemain. Tim nasional, sesuai namanya, adalah tim yang menjadi wakil negara di dunia sepak bola. Kemana saja mereka berlaga, predikat itu akan melekat. Mereka adalah termasuk putra-putra terbaik bangsa yang harus paham bagaimana cara menjaga sikap, perilaku, dan watak sebagai wakil negara.

Pada dasarnya, olahraga secara umum, dan sepak bola khususnya, mengajarkan kepada para pemain tentang kemampuan mengatasi masalah, menghadapi pressure, mengatasi kekuatan lawan, kerja sama antar tim, sportivitas, bahkan integritas dalam suatu pendidikan mental yang dapat membentuk karakter kuat.

Semua pelatih Timnas U-19 memiliki perjuangan pahit yang menjadikan mereka terus berusaha sepenuh hati mendedikasikan dirinya untuk Timnas U-19. Sebagaimana banyak diberitakan di media massa, bahwa persoalan besar yang dihadapi para olahragawan antara lain persoalan ketidakpastian finansial atau ketidakjelasan nasib. Banyak atlet dari cabang-cabang olahraga, seperti angkat besi, sepeda, tinju, dan atletik, yang telah berjasa mengharumkan nama bangsa di kancah dunia, tetapi hidupnya dalam kemiskinan karena tak ada kejelasan program pemerintah untuk mengantisipasi keadaan tersebut.

Itulah di antara kenyataan pahit yang ada di negeri ini. Di sisi lain, hal ini juga terkait dengan kondisi persepakbolaan Indonesia yang seakan selalu tenggelam dalam berbagai kemelut. Dan, karena semua kemelut itu telah berlangsung sedemikian lama, persoalan ini menjadi sebuah lingkaran setan yang sulit terputus.

“Pelatih berbeda dengan pemain. Belum tentu mereka mendapatkan hadiah finansial setelah berhasil melahirkan prestasi hebat tim yang dilatihnya. Hal ini tak banyak diketahui khalayak,” papar Coach Guntur.

Bahkan, pemain pun tidak seketika mendapatkan bonus berlimpah. Hal ini pernah dialami Fathurrochman. Setelah meraih kemenangan di Hongkong, ia sempat kebingungan saat perjalanan pulang ke kampung halaman. Pasalnya, keluarganya mengabari bahwa mereka berniat membeli seekor kambing dan mengadakan syukuran atas kemenangan Timnas. Sementara Fathur belum punya uang. Ia hanya punya uang saku pas-pasan untuk pulang kampung. Sama sekali belum ada bonus. Belum ada uang ratusan juta di koceknya.

Hal senada juga dialami Sahrul. Ia hanya punya Rp 900.000,00 saat perjalanan pulang kampung. Padahal di rumahnya, sanak saudara, tetangga beserta masyarakat sekitar sudah memasang tenda untuk merayakan prestasi Timnas di Hongkong.

Buku ‘Semangat Membatu’ ini merangkum jejak perjalanan panjang para pelatih beserta pemain timnas U-19 yang diwarnai liku-liku dan suka-duka. Bagi pencinta sepak bola, buku ini bagus dijadikan bacaan inspiratif.

***

Judul Buku: Semangat Membatu: Official Story Timnas U-19

Penulis: F.X. Rudy Gunawan & Guntur Cahyo Utomo

Penerbit: Bentang Pustaka

Cetakan: II, April 2014

Tebal: x + 226 halaman

ISBN: 978-602-291-012-1

*cover buku koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun