Bagi pecinta karya fiksi bernuansa horor atau misteri, buku ini dapat dijadikan sebagai pilihan untuk dimiliki. Berisi 15 cerita pendek dari para pemenang “Fantasteen Hunt and Haunting” yang ditulis oleh para penulis muda di negeri ini seperti Sina Khairana, Nathalia Theodora, Fauzi Maulana Hakim, Richa Miskiyya, Nurul Fikrah, Febry Reyzky, dan masih banyak yang lain.
Jangan Tertawa pada Malam Hari, judul cerpen karya Sina Khairana berkisah tentang mitos di sebuah asrama. Mitos yang mengatakan dilarang tertawa terbahak-bahak pada malam hari atau kamu akan menemukan mayatmu sendiri. Mitos ini bermula ketika zaman dulu ada seorang gadis yang mendiami asrama nomor delapan dan dikucilkan serta ditertawakan oleh orang-orang sekitarnya. Lantas, gadis itu mengutuk semua penghuni asrama yang berani tertawa di malam hari.
Sejak saat itulah, banyak kejadian aneh dan mengerikan yang dialami para penghuni asrama yang nekat tertawa di malam hari. Misalnya kasus kesurupan dan tragedi bunuh diri yang dialami mereka setelah nekat tertawa di malam hari. Namun, ada beberapa penghuni asrama yang berusaha mengabaikan mitos itu. Salah satunya adalah Adia, gadis SMA yang kebetulan menghuni kamar nomor delapan.
Namun, ketika satu per satu teman-teman asrama Adia meninggal dunia, ia mulai dilanda rasa cemas dan ketakutan. Takut dengan mitos yang bermula dari kutukan itu. Dan, betapa kagetnya Adia ketika misteri itu mulai terkuak. Ternyata, Hana, gadis teman satu kamarnya sendirilah pangkal dari semua misteri itu (hal 150-160).
Selendang Tayub Merah, cerpen bernuansa lokalitas karya Richa Miskiyya cukup menarik. Berkisah tentang pengalaman misterius yang dialami oleh Ratri, gadis kota yang tengah berlibur ke rumah neneknya di kampung halaman ibunya. Betapa Ratri merasa sangat penasaran ketika pada suatu malam mendengar tetabuhan gending yang berasal dari pertunjukan tayub di kampung sebelah. Ia ingin sekali menyaksikan pertunjukan itu namun dilarang keras oleh neneknya.
Menurut cerita yang dipaparkan neneknya, dulu pernah ada ledhek atau penari tayub cantik jelita bernama Lasmini yang menjadi idola di kampung tersebut. Namun, suatu malam Lasmini menghilang dan tak ada kabar beritanya hingga kini. Konon, ia diculik dan diperkosa oleh Juragan Kardun. Kabar tersebut merebak ketika setiap ada pertunjukan tayub, ada anak buah Juragan Kardun yang tewas secara misterius dan mengenaskan.
Saat nenek menyodorkan foto Lasmini, Ratri ternganga. Kaget bukan main. Sebab, wajah perempuan cantik yang gemar mengenakan selendang merah itulah yang hadir menemuui dirinya melalui mimpinya semalam. Melalui Ratri-lah kelak semua misteri pembunuhan Lasmini akhirnya terungkap (hal 128-137).
Masih banyak cerpen-cerpen bernuansa misteri yang cukup menegangkan yang dapat pembaca temukan di buku ini, antara lain cerpen “From Another Planet” karya Nathalia Theodora yang berkisah tentang sosok alien yang berusaha menjadi manusia biasa, cerpen “Wanita Bergaun Putih dan Pembunuhan Berdarah” karya Nurul Fikrah yang berkisah tentang pembunuhan berantai yang ditujukan kepada para siswa berprestasi, dan lain-lain.
Cerita-cerita pendek yang terangkum dalam buku setebal 172 halaman ini hanyalah karya fiksi semata, hanya sebatas rekaan untuk tujuan hiburan belaka. Jadi, jika ada mitos yang ditampilkan dalam cerita tersebut, tidak usah diyakini alias diabaikan saja. (Sam Edy Yuswanto).
***
Judul Buku: Jangan Tertawa pada Malam Hari
Penulis: Sina Khairana, dkk.
Penerbit: Dar! Mizan
Genre: Fiksi Remaja (horor/misteri)
Cetakan: I, Agustus 2014
Tebal: 172 halaman
ISBN: 978-602-242-459-8
*cover buku koleksi saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H