Di dalam suasana pondok Pesantren Gedang yang tenang dan tenteram yang diasuh oleh Kiai Usman, suami Nyai Layinah, bayi yang bernama Hasyim Asy’ari itu tinggal dan tumbuh berkembang menjadi anak-anak.Â
Saat Hasyim mulai bisa merangkak, ia sering dititipkan bapaknya kepada santri yang sedang menghafal surat demi surat kitab suci Al-Qur’an. Ya, masa kecil Hasyim memang begitu akrab dengan lingkungan yang sangat agamis.
Ketika Hasyim berusia 6 tahun, ia harus pindah ke daerah Keras, mengikuti ayahnya yang mendirikan pesantren di sana. Jadi ceritanya, ayahnya Hasyim diberi tanah oleh sang kepala desa, yang kemudian digunakan untuk membangun rumah, masjid, dan pesantren. Di sinilah Hasyim kecil dididik dasar-dasar ilmu agama oleh orangtuanya (halaman 54).
Kisah perjalanan Kiai Hasyim dalam novel inspiratif ini masih panjang dan berliku. Banyak sekali pesan-pesan atau hikmah yang dapat dipetik dari sosok Kiai Hasyim yang dalam perjalanan hidupnya berhasil mendirikan NU.Â
Di antara inspirasi yang bisa dipetik dari sosok Kiai Hasyim dan layak diteladani oleh para pembaca adalah tentang sikap dermawan terhadap sesama, pentingnya bersikap jujur, serta larangan berbuat curang.
Dalam hidup ini, jangan sekali-kali kita berlaku curang. Sekali saja kita berani berbuat curang, maka kita akan merasa ketagihan dan kemudian berani melakukan kecurangan-kecurangan yang lainnya.
***
Judul Buku    : Penakluk Badai
Penulis       : Aguk Irawan MN
Penerbit      : Republika
Cetakan      : I, 2018
Tebal        : xxx + 562 halaman
ISBN Â Â Â Â Â Â Â : 978-602-573-175
Peresensi     : Sam Edy Yuswanto*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI