Oleh: Sam Edy Yuswanto
Membaca buku merupakan sebuah upaya bagi setiap orang untuk belajar tanpa henti sepanjang hayat. Ya, karena tugas belajar (mencari ilmu) itu berlaku sepanjang hidup, tepatnya sejak masih kecil hingga kelak bersua ajal. Artinya, setiap orang tidak boleh berhenti belajar sepanjang usianya, baik belajar ilmu pengetahuan umum (seperti ilmu sains, psikologi, dll) lebih-lebih yang menyangkut ilmu agama (misalnya yang menyangkut amal ibadah serta perilaku yang kita kerjakan sehari-hari). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ilmu agama merupakan ilmu pokok yang semestinya menjadi prioritas, karena melalui ilmu tersebut kita dapat meraih kebahagiaan abadi kelak di akhirat.
Membaca buku mungkin akan terasa sangat mudah bagi orang yang telah terbiasa melakukannya. Sementara bagi orang-orang yang tidak terbiasa membaca buku, saya yakin mereka akan mengalami kesulitan dan kemalasan yang luar biasa ketika diminta untuk membaca buku, majalah, atau koran, meskipun hanya beberapa baris atau paragraf saja (apalagi sampai berpuluh-puluh halaman). Oleh karena itu, membaca buku perlu untuk dibiasakan atau dilatih sedini mungkin. Â Â
Agar aktivitas membaca dapat menjadi sebuah kebiasaan, kita perlu membuat jadwal atau waktu khusus untuk membaca. Misalnya, pada waktu pagi hari, malam menjelang tidur, dan pada waktu-waktu lainnya yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi setiap orang. Bahkan di tengah aktivitas pun sebisa mungkin kita berupaya menyelinginya dengan membaca.
Ketika sedang bepergian saya selalu berusaha untuk membawa buku bacaan dan kumpulan bacaan lainnya yang sudah saya save melalui smartphone. Hal ini untuk mengantisipasi ketika saya sedang menunggu seseorang, saya tidak diserbu rasa bosan menunggu. Sebagaimana kita ketahui, menunggu adalah hal yang sangat membosankan tapi sulit dihindari. Nah, agar tidak membosankan dan waktu yang ada tidak terbuang sia-sia saat menunggu atau ketika sedang berada di tempat antrean, maka gunakanlah waktu tersebut untuk membaca.
Sejak Usia Dini
Idealnya, kebiasaan membaca memang harus dipraktikkan sejak usia dini ketika anak sudah mulai masuk Sekolah Dasar. Seorang anak kelak memiliki kebiasaan membaca ataukah tidak, tentu sangat bergantung dari bagaimana cara orangtua mendidiknya. Mendidik di sini tentu bukan hanya sekadar menyuruh anak agar rajin membaca lalu selesai, tetapi mendidik yang paling efektif adalah dengan menggunakan keteladanan. Artinya, orangtua juga harus memiliki kebiasaan membaca, sehingga dengan begitu kebiasaan tersebut akan menular dan ditiru oleh anak-anaknya.
Begitu juga dengan para guru di sekolah. Bila ingin melihat murid-muridnya memiliki kebiasaan membaca maka cara paling efektif adalah dengan memberikan keteladanan kepada murid-muridnya. Ketika setiap guru di sekolah memiliki rasa cinta terhadap buku (hal ini dibuktikan dengan kebiasaannya membaca) maka saya yakin hal tersebut juga akan ditiru oleh murid-muridnya. Bukankah pepatah mengatakan guru adalah sosok yang selalu digugu dan ditiru?Â
Jadi, bagi para guru, terlebih guru Sekolah Dasar, yang ingin menumbuhkan minat baca pada murid-muridnya, mulailah dari sekarang untuk menumbuhkan minat baca terhadap diri sendiri terlebih dahulu. Bila sudah memiliki minat dan kebiasaan membaca buku, selanjutnya tularkan kepada anak-anak didiknya. Karena akan menjadi sebuah kesia-siaan ketika seorang guru selalu mengajarkan pentingnya membaca buku kepada murid-muridnya tetapi ia sendiri justru tidak gemar, bahkan tidak ada minat sedikit pun untuk membaca beragam jenis buku.
Jadwal Khusus Membaca di Sekolah
Selain keteladanan, ada hal lain yang perlu diperhatikan oleh setiap guru untuk menumbuhkan dan mengajarkan anak agar gemar membaca, yakni membuat jadwal khusus membaca di sekolah setiap harinya. Untuk memulainya, tidak usah lama-lama, misalnya membaca buku 15 menit sebelum aktivitas belajar dimulai. Terkait buku-buku yang akan dibaca, berdiskusilah pada murid-murid, kira-kira jenis buku apa yang paling disukai, fiksi atau nonfiksi.