Manusia hidup di dunia ini pasti akan bersua dengan berbagai masalah atau ujian. Tidak ada satu manusia pun yang bisa melepaskan diri dari masalah yang datang menghadang.Orang yang berusaha lari ketika tertimpa masalah, justru akan membuat masalah yang dihadapinya akan semakin bertambah pelik dan membuat hidup yang dijalaninya jauh dari ketenangan dan kebahagiaan.
Pepatah bijak mengatakan, “Lari dari masalah adalah sebuah lomba yang pasti bukan Anda sang juara. Hadapilah, maka Anda akan menjadi pribadi yang lebih dewasa”. Mengubah ‘cara pandang’ ketika berhadapan dengan masalah adalah hal yang semestinya dilakukan. Jika kita melihat masalah sebagai sumber musibah, maka jiwa kita tentu akan jauh dari rasa tenang dan selalu didera kecemasan. Namun, jika kita menganggap masalah sebagai inspirasi atau guru kehidupan yang akan menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik, maka jiwa kita akan menjadi tenteram. Oleh karenanya, sudah saatnya kita berusaha menjadikan masalah sebagai sahabat, bukan sebagai musuh yang harus diperangi (hal 5-6).
Dalam menjalani kehidupan ini, menjadi pribadi tangguh merupakan keniscayaan. Tanpa ketangguhan, sangat mustahil kita mampu menjalani kehidupan yang keras dan sarat rintangan ini. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara agar kita menjadi pribadi tangguh? Jawabannya adalah dengan ‘masalah’. Berbagai masalah yang mendera hidup kita, secara tidak langsunng akan menempa kita menjadi pribadi tangguh dalam menjalani kehidupan ini.
Jika dianalogikan dengan sebuah baja, tentu kita tahu bahwa agar menjadi baja yang kuat dan bagus, maka ia harus ditempa dan dipanaskan hingga berulangkali. Begitu pun diri kita, agar bisa menjadi sosok pribadi yang tangguh dan bijaksana, maka perlu mendapat ujian berkali-kali. Tanpa ujian atau masalah, kita akan tumbuh menjadi pribadi lembek dan mudah berputus asa (hal 15).
Setiap masalah yang hadir dalam kehidupan kita, seharusnya dapat dijadikan sebagai ladang untuk introspeksi diri. Sebab, terkadang datangnya masalah merupakan pertanda bahwa kita telah melakukan sebuah kesalahan atau dosa. Introspeksi tentu tidak sekadar berhenti pada titik memikirkan dan merenungi kesalahan di masa lalu. Introspeksi yang dimaksudkan di sini harus dibarengi dengan mengubah tindakan tersebut agar kita menjadi sosok pribadi yang lebih baik lagi (hal 32-36).
Hadirnya masalah merupakan salah satu cara Tuhan untuk mengajak kita agar lebih dekat kepada-Nya. Tetapi bukan berarti kita hanya akan mendekatkan diri kepada-Nya saat tertimpa masalah saja. Karena bagaimanapun kondisi kita, baik di saat senang maupun susah, sudah seyogianya kita berusaha lebih mendekatkan diri pada-Nya (hal 59).
Sesungguhnya, berbagai masalah yang datang menyambangi kehidupan ini, dapat melatih kita untuk bersikap lebih sabar dan dewasa. Sabar, menjadi tanda-tanda orang yang beriman. Sabar, merupakan seni dalam menjalani kehidupan ini. Seseorang yang mampu menghadapi masalah dengan sabar, maka ia akan dapat menemukan jalan keluar terbaik. Sebaliknya, ketika kesabaran ditanggalkan, maka alih-alih masalah terselesaikan dengan baik, justru masalah yang dihadapi akan semakin bertambah keruh dan melelahkan (hal 100-101).
Kesabaran menjadi ‘alat berteduh’ sekaligus oase di tengah peliknya masalah yang terkadang datang bertubi. Kesabaran menjadikan masalah yang rumit menjadi terurai dan menjadikan kesusahan berubah kenikmatan. Terkait hal ini, Mario Teguh pernah berujar, “Bersabar bukan berarti lemah. Sabar adalah bukti ketegaranmu dalam menghadapi segala permasalahan” (hal 147-148).
Tak dipungkiri, saat masalah menimpa kehidupan ini, ada saja orang yang kurang suka dengan kita. Dalam menghadapi hal ini, kita harus fokus dan tetap percaya diri dan tidak usah mendengar ucapan negatif orang lain. Biarkan saja orang lain membicarakan permasalahan kita. Jangan terpancing emosi sebab hal ini akan memperburuk keadaan. Yang harus segera kita lakukan adalah segera menyelesaikan masalah tersebut seraya memohon petunjuk-Nya.
Buku ini mengajarkan kita untuk menjadikan masalah sebagai sahabat atau teman hidup. Sehingga apa pun masalah yang datang, kita mampu menghadapinya dengan tenang, sabar, dan bijak. (Sam Edy Y).
***
Judul Buku: Masalahmu Sahabat Terbaikmu
Penulis: Mukhamad Yusuf
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, September 2014
Tebal: 187 halaman
ISBN: 978-602-255-661-9
*sumber gambar koleksi pribadi. Resensi ini juga dimuat di Wisata-Buku.Com:
http://www.wisata-buku.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2554&Itemid=2701
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H