Mohon tunggu...
Sam Edy Yuswanto
Sam Edy Yuswanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Hobi membaca dan menulis

Mukim di Kebumen. Karya tulisnya tersebar di berbagai media cetak dan online, lokal hingga nasional seperti Kompas Anak, Republika, Jawa Pos, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Radar Bromo, Radar Banyumas, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Merapi, Minggu Pagi, Lampung Post, Analisa, Bangka Pos, Kartini, Nova, dll.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Negeri yang Berhasil Bangkit dari Kemiskinan

26 September 2014   09:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:28 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima puluh tahun silam, Korea Selatan (Korsel) adalah negeri miskin yang tak diperhitungkan dunia. Peperangan dan beragam konflik membuat negeri ginseng ini terpuruk, seakan tak punya harapan untuk bangkit menjadi negeri yang berkembang. Tapi lihat kini, ia telah berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara yang diperhitungkan dunia. Produk-produknya merajai pasar global. Invasi budayanya menyebar luas ke berbagai penjuru dunia. Kemajuan teknologinya sejajar dengan negara-negara maju.

Buku ini menguak seberapa banyak rahasia keberhasilan bangsa Korsel yang tak diketahui khalayak. Sebenarnya, sebagian besar rahasia mereka bukanlah hal yang hebat. Sebab hal itu telah menjadi adat dan budaya yang dijalankan mereka secara turun-temurun. Seandainya kebiasaan-kebiasan positif mereka dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka setiap bangsa tentu bisa meraih keberhasilan seperti yang telah dicapai mereka.

Korsel, pada dasarnya tak memiliki latar belakang sejarah yang terkenal. Tetapi itu tak menghalangi mereka untuk meraih sukses dalam tiap bidang yang digeluti. Kondisi geografis yang kurang menguntungkan juga bukan penghalang untuk mencapai kemajuan. Justru segala kesulitan, keterbatasan, dan kekurangan, dijadikan sebagai pendorong untuk meraih prestasi (hal ix).

Salah satu kelebihan Korsel adalah mereka mampu mengubah keadaan yang tak menguntungkan menjadi menguntungkan. Siapa mengira, dari bangsa yang nyaris hancur dan bercitra buruk, Korsel berhasil menjadi salah satu bangsa yang berkembang pesat dan termaju di dunia.

Menurut catatan sejarah, Korsel merdeka pada 15 Agustus 1948, berpenduduk lebih dari 48 juta jiwa. Negara tersebut memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi, sekitar 487,7 jiwa/km. Jumlah ini sepuluh kali lebih banyak dari rata-rata dunia. Kebanyakan penduduk hidup di daerah perkotaan karena migrasi besar-besaran dari pedesaan selama ekspansi ekonomi yang pesat tahun 1970, 1980, dan 1990 (hal 4).

Korsel memiliki sekitar 3 ribu pulau. Sebagian besar adalah pulau kecil tak berpenghuni. Korsel berbatasan dengan Korea Utara yang dikuasai pihak komunis. Korea terpecah menjadi 2 bagian sejak terjadinya perang saudara yang dipicu 2 blok; blok komunis di bawah Rusia dan blok kapitalis-demokrat di bawah Amerika Serikat beserta sekutunya.

Korsel jauh lebih maju dibandingkan Korea Utara. Politik ekonomi bebas yang dianut menyebabkan keadaan ekonominya berkembang pesat. Jika Jepang mampu bangkit dari kehancuran Perang Dunia Kedua, Korsel juga berhasil bangkit dari perang saudara yang nyaris menghancurkannya di masa lampau (hal 5).

Bermula dari negara pertanian dan peternakan yang menghasilkan padi, gandum, sayur-mayur, buah-buahan, ayam, susu, telur dan ikan, Korsel lalu tumbuh sebagai negara perindustrian terkemuka dalam pembuatan kapal, pembangunan jembatan, petrokimia, kendaran bermotor, perangkat listrik dan elektronik, sepatu, kain tekstil hingga mainan anak-anak. Produk hasil Korea Selatan kian mendapat perhatian dan menjadi bahan perbincangan di mana-mana.

Merek dagang seperti Hyundai, Samsung-Daewoo, dan LG, begitu populer di mata para konsumen dunia. Bahkan, penjualan Samsung mampu menyaingi Apple pada 2012. Ya, pada akhirnya, produk buatan Korsel dianggap sebanding dengan produk keluaran negara-negara maju lainnya. Bahkan teknologi konstruksinya diakui terbaik di seluruh dunia. Keahlian mereka lantas digunakan Malaysia dalam membangun jembatan Pulau Pinang yang merupakan jembatan terpanjang di Asia Tenggara (hal 6-7).

Dalam urusan bisnis, Korsel tak pernah menuruti kehendak pasar. Mereka justru mencari, membuka, dan menciptakan pasar baru dalam memasarkan produk yang dianggap terlalu banyak pesaingnya. Kecintaan mereka terhadap produk negaranya sendiri lebih tinggi ketimbang bangsa lainnya. Mereka bangga dengan produk buatan sendiri dan menjadi konsumen setia. Ini patut ditiru oleh bangsa-bangsa lain seperti Indonesia.

Korsel adalah bangsa yang gigih, tahan uji dan berani menghadapi risiko. Mereka memiliki cita-cita tinggi, bukan untuk keberhasilan diri sendiri, tapi untuk mengangkat martabat dan kehormatan bangsa dan negara. Mereka percaya tak ada jalan singkat untuk mencapai sukses. Segala sesuatu harus dimulai dari nol. Siapa pun yang hendak berbisnis, harus memiliki semangat baja dan tekad kuat. Tanpa itu, usaha yang dilakukan tak akan berjalan sama sekali (hal 101).

Ya, Korsel berkembang pesat seperti sekarang karena mampu menghadapi beragam masalah. Semakin banyak masalah yang dihadapi, menjadikannya semakin kuat dan kokoh. Salah satu faktor keberhasilan mereka adalah kesigapan dalam menerima perubahan dan mengikuti perkembangan zaman.

***

Judul Buku: Rahasia Bisnis Orang Korea

Penulis : Ann Wan Seng

Penerbit : Noura Books

Cetakan : I, 2013

Tebal: 247 halaman

ISBN: 978-602-7816-83-1

*cover buku koleksi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun