Setiap kesuksesan pasti butuh perjuangan panjang dan jalan terjal berliku. Tidak ada kesuksesan instan di dunia ini. Sukses, sebagaimana dijabarkan dalam buku ini, adalah ketika kita tidak gampang menyerah dengan keadaan, dan berusaha untuk selalu fokus pada tujuan yang akan dicapai.
Buku ini sangat inspiratif dan dapat menjadi pompa semangat, khususnya bagi anak-anak muda yang tengah berjuang mengejar impiannya. Buku yang disusun oleh Billy Boen, anak muda yang telah meraih sukses di usia muda ini berisi perjalanan 30 tokoh inspiratif dalam mengejar impian mereka yang tentu saja sarat dengan perjuangan dan semangat pantang menyerah.
Ahmad Fuadi, adalah termasuk tokoh muda sukses yang ada dalam buku ini. Berasal dari keluarga pas-pasan tak menjadi alasan untuk meraih impian besar. Nyatanya, ia berhasil menamatkan pendidikan di Singapura, London, hingga Kanada. Novel perdananya, Negeri 5 Menara, menjadi salah satu novel ‘bestseller’ yang sukses diangkat ke layar lebar. Bagi alumnus santri Darussalam Gontor ini, menjadi penulis adalah sebuah wadah untuk menebar manfaat seluas mungkin kepada banyak orang.
Jika merunut masa lalunya, ia tak pernah membayangkan bisa menempuh pendidikan ke luar negeri. Kali pertama yang membuatnya tertarik adalah ketika salah seorang anggota keluarganya meraih beasiswa ke Swedia dan mengirimkan post card bergambar salju. Saat melihat gambar tersebut, ia bertekad ingin melihat salju yang asli suatu hari nanti. Beruntung, ia memiliki orangtua yang selalu membekalinya dengan ilmu. Sejak kecil ayahnya terbiasa membawakan koran dan buku ke rumah. Meski hidup serba pas-pasan, ayah tidak pelit mengenai hal-hal yang bisa menambah wawasan seluruh anggota keluarganya.
Ibu lantas berinisiatif memasukkan putranya ke pesantren. Setelah menamatkan pendidikan di pesantren, ia bercita-cita kuliah di luar negeri. Meski hanya menargetkan 1 negara, tapi pada akhirnya ia berhasil menempuh pendidikan di 3 negara sekaligus. Pulang ke Indonesia, ia sempat bekerja sebagai wartawan di majalah Tempo. Jabatan terakhirnya sebelum memutuskan menjadi penulis adalah Direktur Komunikasi The Nature Conservasy (TNC).
Saat menulis novel ‘Negeri 5 Menara’, ia masih berstatus sebagai karyawan. Ia meluangkan waktu 1,5 jam setiap pagi sebelum berangkat kerja untuk menulis novel. Menurutnya, dalam menulis karya inspiratif, ia harus mengandalkan hatinya. Alasannya, sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati pembaca. Karya yang baik ditentukan oleh niat dan pesan yang ingin disampaikan (hal 9-15).
Dolly Lesmana, selama ini dikenal sebagai salah satu CEO ternama yang super-humble di negeri ini. Background pendidikan dan pengalaman kerjanya sangat menginspirasi, juga keputusan-keputusan penting dalam hidupnya layak menjadi cermin bagi kita. Ia merupakan CEO PT Arka Mahesa Pratama (Arka Media).
Selulus SMP, banyak yang mempertanyakan alasannya memilih sekolah menengah di Amerika. Kala itu orangtuanya menginginkan putranya belajar di sekolah bisnis. Mereka lantas mengirim Dolly ke Amerika. Tantangan pertama yang dihadapinya adalah masalah bahasa. Akibatnya, ia tak lolos dalam saringan ujian masuk di sebuah sekolah bisnis.
Ia pun berpindah haluan, sekolah penerbangan di Florida Air Academy meski tak bercita-cita menjadi pilot. Selulus SMA, baru ia dapat memenuhi keinginan orangtua. Ia melanjutkan di Bachelor of Science of Business Administration di Bentley College dengan Major Finance, major yang sama dia pilih saat mengambil M.B.A. di Suffolk University. Lulus program master, ia sempat bekerja di sebuah bank di Amerika.
Usai berkarier di Amerika selama 6 tahun, ia pulang ke Indonesia tahun 2006. dia merangkak dari nol dengan bergabung di Capital Manger Asia sebagai Fund Manager. Ada perbedaan mencolok kerja di luar negeri dan dalam negeri. Di luar negeri, ia bebas mengkritik atasan, tanpa harus memanggil dengan sebutan Pak atau Bu, cukup sebut nama. Jika ada pertanyaan, kita bisa langsung masuk ruangannya dan berdiskusi dengan mereka.
Etika kerja Dolly sehingga mendapat tempat di Amerika adalah kerja esktra keras dibanding para pekerja asli di sana. Di sana berlaku stereotype bahwa pekerja dari Asia terkenal lebih ulet dan workaholic. Ia pun berusaha menunjukkan bahwa ia punya value dalam bekerja. Konsekuensinya, ia berusaha untuk lebih dalam segala hal.
Beberapa kali pindah tempat kerja hingga akhirnya ia berusaha menekuni bisnis sendiri, tepatnya tahun 2009. Berlatar keluarga bisnis, tidak sulit baginya untuk merintis sebuah usaha sendiri. Usaha yang dia rintis adalah media, bidang yang sama sekali baru dibanding pengalaman kuliah dan kerjanya. Pengalamannya bekerja di beberapa perusahaan menjadi pengalaman berharga baginya untuk belajar proses adaptasi.
Bagi siapa saja yang ingin menekuni dunia bisnis, ia memberikan kiat bahwa modal pertama yang harus disiapkan adalah mental. Lalu, serius dan fokus menekuni bisnis tersebut. Networking adalah poin penting dalam memulai usaha. Kiat selanjutnya adalah attitude. Baginya, attitude adalah hal penting karena berkaitan erat dengan kedisiplinan. Jika attitude kita malas-malasan, hasilnya pasti tidak maksimal. Yang terpenting, untuk meraih sukses, pasti membutuhkan proses yang tidak singkat. Intinya, nikmati saja proses tersebut (hal 35-41).
Tokoh-tokoh sukses lainnya yang menginspirasi pembaca dalam buku ini antara lain: Ken Dean Lawadinata (CEO Kaskus Networks), Wandy Wauran (Founder Big Fish Indonesia), Prabu Revolusi (Former Anchor Program “8-11” Metro TV), Sashi Mulani (President Director PT Quantum Select Indonesia), dan lain-lain.
***
Judul Buku: Top Words 2
Penulis : Billy Boen.
Penerbit : B-first
Cetakan : I, Juni 2013
Tebal: xii + 200 halaman
ISBN: 978-602-8864-80-0
*Cover buku koleksi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H