Pasca tayangan ILC "OTT Romy, Ketua Umum PPP: Pukulan Bagi Kubu 01?", seorang teman yang pendukung Prabowo mengirimi saya meme. Jika OTT Romy jadi pukulan buat Jokowi, memang betul. Tidak bisa dibantah. Tetapi jika menggerus elektabilitas Jokowi, belum tentu. Loh kok?
Ya tentu saja yang paling terdampak ya PPP itu sendiri. Partai yang dipimpin Romahurmuzy ditengah perjuangannya meloloskan partai melewati ambang batas parlemen malah tersandung korupsi. Kasihan para caleg PPP.
OTT Romy adalah aib politik. Ini berpengaruh banyak ke kehidupan demokrasi kita. Di saat banyak masyarakat berharap kepada politisi, bisa saja harapan itu semakin berkurang. Apa lagi ini dilakukan oleh pimpinan partai yang berideologi agama.
Ini adalah kerugian bagi partai yang berbasis agama pada umumnya. Bukan hanya PPP, partai lain juga terkena imbasnya. Bisa-bisa masyarakat semakin berkurang minatnya terhadap partai berbasis agama. Sebelum kasus ini saja partai berbasis agama elektabilitasnya sudah kecil, maka akan semakin tertinggal dari partai-partai nasionalis.
Kasus Romy akhirnya membawa ingatan masyarakat pada kasus lama semisal Lutfi Hasan Ishak mantan presiden PKS, Taufik Kurniawan dari PAN, Suryadarma Ali seniornya Romy di PPP. Ada pula yang melibatkan partai nasionalis yaitu Setya Novanto mantan ketua umum Golkar.
Yang ditakutkan terutama untuk partai berbasis agama adalah terjadi pergeseran preferensi dan kejenuhan masyarakat terhadap partai agama. Tokoh santri seperti Romy, ulama seperti LHI yang notabene dari partai berasaskan islam yang terjerat kasus korupsi sangat memalukan nalar publik.Â
Hal ini akan berimbas pada penurunan elektabilitas partai agama pada diri PAN, PPP dan PKS. Itulah kenapa PAN, PKS tidak menggoreng isu yang sangat lezat ini. Karena jika itu dilakukan maka akan menjadi bumerang bagi mereka. Itu juga yang jadi alasan seorang Fahri Hamzah tidak lantang bicara padahal selama ini menjadi yang paling lantang bicara jika ada OTT KPK.
Satu hal positif yang bisa diambil dari Jokowi adalah Jokowi memberantas korupsi tidak pandang bulu. Jokowi tidak pernah melindungi koruptor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H