Mohon tunggu...
Salzhabilla KusAriani
Salzhabilla KusAriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo semua!! Saya Salzhabilla, 19 Tahun. Saya merupakan Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2020 Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media Massa Konvensional di Masa Pandemi

10 Desember 2021   00:42 Diperbarui: 10 Desember 2021   00:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Wabah virus Covid-19 menyebar secara cepat hingga ke seluruh dunia. Istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya saja. 

Merebaknya pandemi yang berasal dari virus Covid-19 ini menimbulkan dampak yang sangat besar di kehidupan kita. Salah satunya adalah terbatasnya segala aktivitas yang dapat dilakukan pada saat pandemi.

Media massa merupakan media yang dapat menyebarkan segala berita atau informasi dengan sangat cepat dan tidak ada batasannya. Hal ini tentunya memberikan dampak yang baik dalam komunikasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari. 

Semua orang bisa menyampaikan dan menerima segala berita dan informasi dengan hanya menonton televisi, mendengarkan radio, membaca surat kabar, bahkan hanya dengan membuka handphone kita bisa mendapatkan berbagai berita dan informasi.

Di masa pandemi seperti saat ini, media massa memiliki peran yang penting dalam mengubah perilaku publik. Satgas Covid-19 juga diminta untuk melakukan kerja sama dengan media, salah satunya dengan melibatkan media massa dalam menangani pandemi.

 Contohnya seperti menyebarkan informasi terpercaya tentang bahaya virus Covid-19, tips agar tetap terhindar dari virus Covid-19, dan meyakinkan kepada publik bahwa kita semua bisa melawan dan menumpas pandemi ini. 

Tetapi, media massa tidak hanya diminta untuk mengedukasi masyakarat, media massa juga diminta untuk memberikan kritik tentang kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Tetapi dalam praktiknya, banyak hambatan yang dialami oleh para praktisi media selama memberikan berita dan informasi mengenai pandemi. Seperi terbatasnya aktivitas dan akses, krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 serta disrupsi digital. Disrupsi digital sendiri merupakan sebuah perubahan atau peralihan yang terjadi karena adanya teknologi digital yang dapat mengubah sistem secara global. 

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa masyarakat saat ini lebih memilih untuk menggunakan smartphone untuk mencari informasi dibandingkan dengan menonton televisi, membaca koran, dan mendengarkan radio. Lalu ditambah lagi dengan munculnya pandemi di Indonesia. Pandemi dan disrupsi digital seakan-akan menjadi dua mata pisau yang tidak ada tutupnya bagi industri media.

Namun dengan terjadinya pandemi dan disrupsi digital, seharusnya malah memunculkan inovasi-inovasi baru dan ide-ide kreatif bagi industri media saat ini. Seperti mengikuti tren-tren terkini, hadir di berbagai platform online, dan membuat suasana membaca berita menjadi lebih asik, tetapi tetap harus konsisten mempertahankan berita atau informasinya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun