Mohon tunggu...
salwa naja
salwa naja Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman wahid Pekalongan. Prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menggali Fenomena Kenakalan Remaja serta Peran Keluarga, Sekolah, dan Teman dalam Menciptakan Lingkungan yang Positif

31 Desember 2024   19:08 Diperbarui: 31 Desember 2024   19:08 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Fenomena kenakalan remaja masih menjadi pembahasan yang tidak ada selesainya terlebih bagi sekolah dan rumah-rumah. Tampaknya fenomena ini selalu berhasil berada dipermukaan masyarakat dan menjadi sorotan karena dianggap sebagai penyebab beberapa masalah lingkungan sosial. Remaja sendiri merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa yang pada perjalananya terdapat banyak sekali perubahan mental, fisik emosional bahkan lingkungan. Dari situ banyak timbul rasa ingin tau dan penasaran terhadap segala hal yang belum pernah ia coba dan yang menurutnya keren. Rasa penasaran itu seringkali membuat remaja keilangan hakikatnya sebagai seorang siswa yang seharusnya fokus pada sekolanya. Namun, sampai sekarang pembahasan soal penyebab terjadinya fenomena kenakalan remaja belum rampung juga. 

 Kenakalan remaja memang memiliki banyak sekali konteksnya mulai dari ringan sampai tindakan yang sudah disebut kekerasan fatal. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah bolos sekolah, arak-arakan geng motor, pencurian, menonton video porno, pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba, bahkan melakukan pembunuhan semua itu menjadi hal yang mempriatinkan. Bukan hanya pada dirinya sendiri kenakalan remaja juga memengaruhi keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan. Kenakalan dapat mengganggu pendidikan, mengganggu hubungan interpersonal, dan bahkan memiliki konsekuensi hukum yang serius. Akan tetapi, tidak ada penyebab pasti terhadap fenomena ini karena memang masa-masa transisi ini adala masa dimana remaja perlu eksplore terhadap dunia lebih luas lagi. 

 Pada beberapa penelitian menemukan bahwa peran orang tua dapat berkontribusi pada kenakalan remaja. Agen sosialisasi utama kelurga memainkan peran yang sangat signifikan dalam pembentukan tindakan anak. Ini sebabnya banyak sekali opini soal kenakalan remaja selalu datang dari anak-anak broken home atau anak-anak yang orang tuanya tidak berhasil dan anak-anak yang kurang kasi sayangnya. Opini ini selalu berhasil menggiring masyarakat bahwa anak-anak yang seperti itu akan menjadi anak-anak yang nakal nantinya. Situasi keluarga seperti cara berkomunikasi, konflik, memenuhi kebutuhan, dan penerapan yang dipengaruhi oleh bagaimana status status sosial mereka atau malah persepsinya terhadap diri sendiri yang cenderung berbeda dari teman-temannya.  

 Selain itu media sosial juga berkontribusi pada tekanan sosial di kalangan remaja saat ini. Banyak remaja yang percaya bahwa mereka harus memiliki kehidupan yang sempurna, yang kemudian pemikiran itu dapat menggiring opini yang menyebabkan  stres dan kecemasan. Tekanan ini seringkali mendorong remaja untuk melakukan perilaku yang tidak sehat, seperti mengonsumsi obat-obatan terlarang untuk meningkatkan penampilan fisik atau melakukan tindakan ekstrem demi mendapatkan perhatian dan "likes". Maka dari itu pada konsep kenakalan remaja yang dibahas disini peran orang tua, teman sekolah dan lingkungan harus selalu diperhatikan bagaimana nantinya pengaru dan peran mereka berhasil membawa remaja menjadi sadar dan aware terhadap dirinya sendiri.

 Fase remaja adalah masa dimana remaja mulai dihadiahi perasaan penuh gairah, semangat, energi dan perubahab yang tidak hanya pada fisiknya saja tetapi juga pada psikisnya. semua perubahan ini tanpa sadar membuat suatu kebanggaan tersendiri bagi remaja sehingga menimbulkan banyak pertanyaan seperti "aku harus menjadi dewasa yang seperti apa ya?" atau "aku ingin menjelajah kemana untuk bersenang-senang?". Bukan hanya pertanyaan, di usia seperti ini remaja juga akan menemukan dirinya yang kebingungan, kegelisahan, kegalauan dikarenakan perubahan hormonal sehingga membuat pertarungan identitas mereka sendiri. Maka dari itu, jawaban yang dicari remaja ini tergantung pada positif dan negatifnya lingkungan mereka. Seperti keluarga, lingkungan sekolah, cricle pertemanan yang mengiringi pencarian mereka. Sebab, tanpa disadari lingkungan itu menjadi tolak ukur yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja.

Faktor Fenomena Kenakalan Remaja disekitar Kita

 Secara garis besar berserta persepsi masyarakat yang seringkali dibicarakan fenomena kenakakalan ini faktornya tidak jauh dari pergaulan dan aspek keluarga. Akan tetapi jika menilik lagi dari kejadian-kejadian diluaran sana ada 2 faktor yang mempengaruhi adanya fenomena ini, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari diri remaja itu sendiri yang kurang memahami cara kerja pergaulan dunia luar sehingga kurang cakap dalam menemukan solusi permasalaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya diluar kepribadian remaja itu melainkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kalo ditelisik lagi faktor ini memang benar terjadi. Akan tetapi apakah selalu faktor ini yang menjadi penyebabnya?. Nyatanya masih banyak ditemukan remaja yang berasal dari keluarga baik namun yang dia lakukan seolah orang tuanya tidak memberikan yang dia mau. Jadi apaka segala faktor yang sering dibicarakan akan selalu kembali pada faktor internal?

 Kenakalan ini memang ditemukan disemua tempat dan bisa jadi berbeda-beda kasus meski sebagian besar sama. Faktor yang datang dari keluarga dan pergaulan disekolah seharusnya sudah bisa diatasi melihat kasusnya tidak berbeda jauh. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Anak belajar nilai-nilai dasar seperti sopan santun, tanggung jawab, dan cara berinteraksi dengan orang lain dari orang tuanya. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang suportif dan penuh kasih sayang, kemungkinan besar akan mengembangkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang lebih baik. Sedangkan sekolah merupakan tempat terpenting kedua setelah rumah bagi perkembangan kepribadian anak. Di sekolah, anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya, menghormati otoritas (guru), dan bertanggung jawab terhadap tugas akademik dan non-akademik. Namun interaksi sosial di sekolah juga dapat dipengaruhi secara negatif oleh teman sekelas yang tidak diinginkan, seperti perundungan, pergaulan bebas, dan perilaku menyimpang lainnya.

Mari menilik tujuan remaja bersekolah, mengapa tempat yang seharusnya menjadi datangnya seluruh ilmu malah menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya fenomena ini. Bersekolah ternyata menjadi tujuan langsung untuk mencapai kesuksesan di bidang ekonomi. Ketika orang bersekolah, mereka melihat pendidikan sebagai cara yang sah untuk mencapai tujuan mereka. Cara berpikir seperti ini dipengaruhi oleh hasil internalisasi budaya masyarakat sekitar. Mereka beranggapan bahwa keberhasilan di sekolah dan pendidikan mempengaruhi keberhasilan ekonomi, dan sebaliknya, kegagalan dalam pendidikan dan sekolah mempengaruhi kegagalan ekonomi. Tujuan ini cukup mempengaruhi remaja yang datangnya dari keluarga yang berada, mereka menjadi remaja yang kemudian tidak mementingkan pendidikan dan mengganggap segala hal bisa ia bayar dengan uang. Sedangkan untuk remaja yang tidak mampu kemudian menjadi salah satu sasaran dari mereka. Dalam hal ini bukan berarti semua remaja yang datang dari keluarga berada menjadi subjek utama karena yang dari keluarga sederana pun tidak selalu mempunyai tujuan yang baik. 

Anak kurang mendapat perhatian, kasih sayang, dan bimbingan pendidikan dari orang tuanya, terutama ayahnya. Sebab ayah dan ibu sibuk mengurusi permasalahan dan konflik batinnya masing-masing. Karena mereka kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari ibunya. Para orang tua, yang sebenarnya dibutuhkannya adalah terpaksa mencarinya di luar rumah, misalnya di dalam kelompok teman. Kebutuhan fisik dan psikologis anak yang sedang tumbuh tidak terpenuhi, dan keinginan serta keinginan mereka tidak dikomunikasikan atau diberi kompensasi secara memuaskan. Anak-anak tidak pernah menerima latihan fisik dan mental yang mereka perlukan dalam hidup Itu normal, mereka kurang baik terbiasa disiplin dan pengendalian diri. Oleh karena itu perhatian orang tua dan kasih sayang menjadi dorongan yang mempengaruhi pikiran remaja serta membentuk kepribadian dan sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain perhatian dan kasih sayang orang tua merupakan faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja.

Diluar faktor keluarga, sekolah, dan teman beberapa faktor lain adalah betapa hebatnya gadget mempengaruhi jalan pikiran para remaja yang notebenya masih dikuasai ole rasa penasaran yang tinggi. Sedamgkan dalam gadget itu sendiri kita dapat menemukan segala hal mulai dari yang positif sampe yang negatif. Salah satunya adalah dahsatnya serbuan budaya barat sanggup menjauhkan para remaja menurut masjid & majelis pengajian. Dampaknya pada negara kita dibanjiri remaja yg kehilangan hati dan dirinya sendiri, yang kemudian menyebabkan yang bukan hanya pada pemikiran akan tetapi pula konduite, maka muncullah ritual semacam dugem, party, weekend & sejenisnya, nir hanya itu praktek kekerasan & kriminalitas pula menggejala.Fenomena tadi melahirkan persoalansosial yg kadang meresahkan rakyat sebagai akibatnya terbitlah sebutan remaja nakal atau bahkan sampahrakyat. Pengaruh budaya barat dan pergaulan menggunakan sahabat sebayanya yg tak jarang mempengaruhinya buatmencoba & akhirnya malah terjerumus ke dalamnya.Lingkungan . Nah, disinilah peran sekolah dan keluarga yang perlu dipertanyaan. Apaka sarana yang disediakan keduanya mampu mencegah hal-hal yang dilakukan oleh remaja?. Apakah tugas keduanya mumpuni sehingga dapat menyadarkan remaja akan kewajibannya sebagai seorang siswa?. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun