Mohon tunggu...
Salwa Mayliana
Salwa Mayliana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Identitas: Ancaman atau Peluang dalam Pemilu 2024?

28 November 2023   15:28 Diperbarui: 28 November 2023   15:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik identitas, yang melibatkan pembagian identitas politik berdasarkan arah politik warga negara, menciptakan dinamika kompleks dalam demokrasi Indonesia menjelang Pemilu 2024. Dalam pandangan antropologi politik, politik identitas dipahami sebagai kegiatan berpolitik yang berasal dari identitas yang sama.

Dalam konteks pemilu 2024, politik identitas menjadi isu krusial yang dapat mempengaruhi pilihan pemilih. Meskipun dapat menjadi peluang bagi partai politik untuk mendapatkan dukungan, identitas politik juga memiliki potensi menjadi ancaman bagi demokrasi jika digunakan untuk memecah belah masyarakat. Ancaman muncul karena politik identitas ini membentuk aspirasi politik dalam kelompok tertentu, seperti partai politik atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang terasosiasi dengan identitas tertentu, memungkinkan terjadinya polarisasi dalam masyarakat.

Namun terdapat pandangan tentang apakah identitas politik masih relevan dalam kampanye pemilu 2024 terutama di media sosial, karena media sosial menjadi tempat yang kuat untuk berkampanye pada Pemilu 2024 karena memiliki cakupan yang luas dan dapat menjangkau banyak orang dalam waktu yang singkat. Beberapa pihak beranggapan bahwa politik identitas sudah tidak berlaku, sementara yang lain menilai bahwa politik identitas masih memiliki nuansa yang berbeda dalam konteks saat ini

Wawan Mas'udi, dalam diskusi publik oleh Universitas Islam Indonesia (UII) dan The Conversation Indonesia (TCID), menjelaskan bahwa penggunaan politik identitas kini memiliki nuansa berbeda, bukan lagi sebagai alat perjuangan, melainkan sebagai alat untuk merebut dan mencari kekuasaan, yang dianggapnya berpotensi membahayakan. Acara tersebut diadakan di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII pada Kamis (11/5).

Politik identitas semakin terlihat menjelang Pemilu 2024, di mana persaingan politik mencapai puncaknya. Menurut pakar politik Donald L Morowitz, politik identitas dapat didefinisikan sebagai pemberian garis yang tegas untuk menentukan partisipasi dan penolakan dalam pertarungan politik. Fenomena ini memunculkan berbagai identitas dalam masyarakat, yang dapat menimbulkan konflik akibat perbedaan.

Isu politik identitas tidak hanya memengaruhi pemilihan pemilih, tetapi juga memunculkan risiko populisme yang dapat mengancam persatuan masyarakat Indonesia. Adanya beragam identitas di berbagai lingkungan menciptakan situasi yang berpotensi menimbulkan konflik, terutama terkait dengan perbedaan-perbedaan. Ini sering terjadi di Indonesia, keadaan ini menekankan pentingnya konsep dalam menghadapi sekitar evolusi politik identitas. Interaksi yang bersifat saling berinteraksi untuk mengatasi perbedaan antar golongan atau kelompok, termasuk antar etnis, suku, agama, dan ras, menjadi kunci untuk membentuk sikap toleransi yang dapat diungkapkan dalam konteks ini.

Untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, penting bagi Indonesia untuk menghilangkan praktek politik identitas menjelang Pemilu 2024. Tindakan pencegahan, seperti melarang kampanye politik identitas di media massa dan sosial media, menjadi langkah penting yang harus diambil oleh pemerintah. Selain itu, partai politik perlu memperhatikan aspirasi masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya kelompok identitas tertentu, agar pemilu dapat berlangsung dengan kondusif dan demokratis.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat menghadapi Pemilu 2024 tanpa terjerat dalam politik identitas yang berpotensi merugikan keberagaman dan stabilitas demokrasi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun