Mohon tunggu...
Salwa Jinan Azzahra
Salwa Jinan Azzahra Mohon Tunggu... Administrasi - Siswa

Salwa Jinan Azzahra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Avoidant Attachment: Pendekatan dan Trauma dalam Hubungan

14 Juni 2024   14:39 Diperbarui: 19 Juni 2024   20:18 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Seseorang pastinya memiliki hasrat untuk bisa membangun sebuah hubungan dengan orang lain. Hubungan dibuat berdasarkan pendekatan dari tiap individu yang memiliki keinginan serupa. Cara pendekatan seseorang dalam membangun hubungan dan melakukan pendekatan tentunya berbeda. Saat ini terdapat dua pengelompokan gaya pendekatan seseorang yaitu secure dan insecure attachment style. Avoidant attachment style masuk ke dalam insecure attachment style bersama dengan dua lainnya yaitu anxious dan disorganized. Pembahasan kali ini mengenai avoidant attachment.

Avoidant attachment atau bisa disebut sebagai ketertarikan untuk menghindar. Pendekatan ini bisa dikategorikan masuk ke dalam gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian adalah pola persepsi, hubungan, dan pemikiran yang menetap  tentang  lingkungan dan diri sendiri yang dapat memengaruhi berbagai situasi sosial  dan pribadi, ketidak fleksibelan atau maladaptasi, gangguan fungsional atau subjektif yang signifikan. Definisi lebih lengkapnya adalah suatu sikap dari seseorang untuk selalu menghindari akibat adanya pemikiran ataupun pandangan negatif terhadap orang lain. Biasanya ditemukan adanya perilaku cemas atau takut, meliputi gangguan kepribadian menghindar, dependen, obsesif-kompulsif yang termasuk dalam gangguan kepribadian klaster atau kelompok C.( Durand dan Barlow, 2007).

Mengapa demikian? Orang dengan avoidant attachment style ini bisa mengalami demikian dikarenakan memiliki trauma dan pengalaman di masa lalu. Bisa terjadi sejak kecil ketika membutuhkan orang lain atau tidak mendapatkan kenyamanan serta kasih sayang dari orang tua atau bahkan pengasuhnya. Mereka yang mempunyai gaya pendekatan seperti ini merasa takut untuk mengawali sebuah hubungan karena takut akan disakiti dan menyakiti orang lain. 

Terdapat 23% orang dewasa yang mempunyai avoidant attachment style ini (Bakermans-Kranenburg, 2009). Saat dewasa, mereka tidak dapat merasakan dan mengidentifikasikan perasaan mereka sendiri. Mereka tidak memiliki ketertarikan dalam mencari sebuah kenyaman dengan orang lain. Sehingga mereka mengalihkannya dengan lebih banyak bekerja dan melakukan sesuatu lainnya. Tak jarang mereka juga akan terkesan cuek dan tidak mengerti untuk membangun sebuah hubungan dan kenyamanan dengan orang lain. 

Bagi orang yang memiliki pendekatan avoidant ini cenderung lebih fokus dalam berpikir sehingga tidak melibatkan perasaan saat memilih suatu keputusan. Hal ini bisa berdampak baik, tak jarang orang dengan pendekatan ini juga orang yang workaholic sebagai bentuk dari coping mechanism dalam invalidasi perasaannya sendiri. Mereka merasa ketakutan akan penolakan dari lingkungannya terhadap keberadaan mereka. Spesifiknya, mereka menganggap dirinya adalah hal yang salah dan cenderung berfikir negatif kepada dirinya sendiri. 

Terdapat beberapa contoh kasus dari gangguan personality ini. Siswa dari salah satu MTs mengalami avoidant attachment yang menyebabkan dirinya merasa inferiority. Keluhan lainnya yang menyertai adalah adanya kesulitan dalam berbicara, kurang percaya diri, dan kurang bisa untuk bersosialisasi dengan sekitar. Setelah diteliti lebih lanjut, dia mengalami trauma dan masa lalu dari orang tuanya. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya menikah lagi yang menyebabkan kasih sayang ayahnya terbagi dengan adik-adik tirinya. Perlakuan kasar juga kerap ia dapatkan dari ibu tirinya, bahkan kerap menampilkan kekerasan di depan dia dan adik-adiknya. Namun, dibalik semua itu ayahnya adalah sosok yang bertanggung jawab dan cukup overprotective terhadap pertemanan anak-anaknya. Hal ini jika terus dibiarkan, kedepannya akan lebih sulit lagi. Ketika dewasa, anak tersebut berpotensi tidak bisa membangun hubungan interpersonal dengan baik dengan orang lain maupun pasangannya sendiri. 

Contoh Avoidant Attachment dari perilaku seseorang adalah sering menghilang dan menghindar dari orang lain, cenderung suka berdiam diri, pemikiran negatif terhadap hubungan dengan orang lain, dan lebih senang melakukan sesuatu sendiri dan mandiri tanpa orang lain. Menghindari aktivitas pekerjaan yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan, karena takut akan kritik, ketidaksetujuan, atau penolakan, ketakutan menerima kritik atau teguran dalam situasi sosial, menganggap diri lebih rendah dari orang lain, tidak kompeten secara sosial, atau secara pribadi tidak menarik, enggan mengambil resiko pribadi atau terlibat dalam aktivitas baru apapun karena hal itu mungkin terbukti merugikan. 

Dampak dari seseorang yang mempunyai pendekatan seperti ini bisa mempengaruhi hubungan kedepannya bersama dengan pasangannya. Perilaku ini dapat merusak kesehatan dan stabilitas hubungan serta membuat orang yang dicintai merasa bingung dan kecewa. Orang yang menghindar juga dicegah untuk merasakan manfaat keintiman dan kegembiraan berbagi ikatan mendalam dengan orang lain.Seseorang akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mengutarakan perasaannya. Sehingga tak jarang akan menimbulkan kesalahpahaman, kekerasan akibat emosi yang tidak stabil, dan kehancuran dalam pernikahan. Hal ini jika memang sudah mengganggu kualitas hidup, disarankan untuk berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater untuk penanganan lebih lanjut. 

Penulis

Nama : Salwa Jinan Azzahra

Kelas : PDB 102

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun