Mohon tunggu...
Salwa Denta Salsabila
Salwa Denta Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 Jakarta - XI MIPA 2

Salwa Denta Salsabila (33)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paman Berkacamata Hitam yang Misterius

1 Desember 2020   13:35 Diperbarui: 1 Desember 2020   13:39 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, Dimas, Tisha, dan Andi yang merupakan 3 sepupu sedang dalam perjalanan untuk liburan. Mereka sangat senang karena liburan yang sudah mereka rencanakan sejak lama akhirnya terlaksana juga. Mereka pergi ke sebuah desa yang masih asri, terletak di balik perbukitan. Nama desa tersebut adalah Desa Sukajaya. Sebenarnya, ini bukan kali pertama mereka mengunjungi desa tersebut. Mereka pernah mengunjungi desa tersebut bersama orang tua mereka masing masing untuk mengunjungi Paman Yudi.

Mereka pergi menaiki bus antarkota. Perjalanan yang dilalui cukup jauh,sehingga satu persatu mereka mulai terlelap. Tiba tiba, Andi terbangun karena merasa tidak nyaman. Ia terkejut saat menengok kesamping, ada seorang laki laki yang mengenakan kacamata hitam sedang menatap mereka bertiga. Tiba tiba ia berkata "Jangan naik kendaraan warna hijau saat kalian turun nanti" ujar paman tersebut. Andi yang merasa aneh dan bingung, namun tidak ingin dianggap tidak sopan hanya tersenyum lalu kembali membalikkan badannya untuk tidur kembali. Tak lama kemudian, Andi dibangunkan oleh Tisha karena mereka hampir sampai ke tujuan. Refleks, Andi langsung menengok kearah samping untuk melihat paman tersebut, namun tidak ada siapa siapa di deret kursi sebelah mereka. "Ah, mungkin paman tadi sedang ke kamar mandi,"pikirnya. Namun, hingga sampai ke terminal bus dekat Desa Sukajaya, Paman tersebut belum kembali ke tempat duduknya. Dimas menyarankan mereka untuk naik kendaraan umum saja agar bisa sampai ke Desa Sukajaya, dan Tisha menyetujuinya. Tiba tiba Andi teringat oleh apa yang dikatakan paman tadi. Sebenarnya Andi tidak ingin percaya, namun entah kenapa ia merasa gelisah saat itu. Ia berkata "Hmm.. gimana kalau kita naik ojek saja? Aku rasa itu lebih aman dan kita bisa diantar sampai depan rumah Paman Yudi." lalu Dimas berkata "Tapi ongkos ojek kan lebih mahal, gapapa lah kita jalan kaki sedikit dari jalan raya sampai ke rumah Paman Yudi." jawabnya sambil melambaikan tangan kepada angkot yang hampir sampai kedepan mereka. "JANGAN!" teriak  Andi. "Aduhh, kamu kenapa sih ndi? yaudah lah kita naik ini aja" ujar Tisha. "Kita naik ojek aja yaa gatau nih kaki aku tiba tiba sakit kayanya gabisa jalan hehe." elak Andi. Saat melihat kendaraan umum tersebut melintas di depan mereka, Andi melihat dari kaca jendela kendaraan tersebut Paman berkacamata hitam yang tadi sedang duduk. Andi berusaha mengabaikannya sambil berjalan mengikuti Tisha dan Dimas yang sedang mencari ojek. Saat sedang dalam perjalanan, mereka melihat banyak orang yang sedang berkumpul di tengah jalan dan akhirnya memutuskan untuk menepi sebentar. Mereka melihat kendaraan umum yang hampir ingin mereka naiki terlibat kecelakaan dengan sebuah truk pengangkut bahan makanan. Mereka semua saling berpandangan saat melihat bagaimana keadaan kedua kendaraan tersebut dan mengucap syukur dalam hati. Andi mendengar seseorang berkata bahwa terdapat 3 orang yang terlibat kecelakaan, yaitu supir truk dan penggantinya, serta supir kendaraan umum tersebut. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa, hanya ada korban yang terluka pada kecelakaan tersebut. "Untunglah paman tadi sudah turun dari angkot, kalau tidak apa yang bisa terjadi?" ucapnya pada Dimas dan Tisha. Tisha yang bingung mendengarnya kemudian berkata "Hah? Maksud kamu paman apa sih? Tadi kan angkotnya kosong gaada siapa siapa." Andi hanya bingung menatap Tisha lalu menjawab " Itu loh Sha! Paman yang pakai jaket hitam dan kacamata hitam. Masa kamu gak lihat sih?" Lalu Dimas menimpali "Paman apa sih Ndi? Tadi jelas gaada siapa siapa di angkotnya, cuman supir angkot itu aja.". Andi yang bingung hanya diam lalu menyarankan mereka untuk kembali meneruskan perjalanan. 

Sesampainya di rumah tujuan, mereka disambut dengan baik oleh keluarga Paman Yudi. Tisha asik mengobrol bersama anak Paman Yudi, dan Dimas serta Andi duduk di balkon sambil menikmati camilan yang disiapkan oleh Bibi Sinta. Saat sedang asik mengobrol, Andi melihat paman dengan kacamata hitam yang sedang masuk ke sebuah rumah. Andi menebak bahwa itu adalah rumah paman tersebut, dan berniat untuk mengunjunginya dan mengobrol dengan paman tersebut. Keesokan harinya, Andi meminta tolong pada Bibi Sinta untuk menyiapkan camilan yang ia nikmati kemarin bersama Paman Yudi dan Dimas untuk diberikan kepada seseorang. Bibi Sinta bertanya "Untuk siapa camilan ini?" dan dijawab oleh Andi "Untuk paman yang tinggal di rumah dekat warung itu bi, kemarin saya satu bis dengan paman itu." Bibi Sinta mengernyit heran, "Rumah dekat warung? Maksud kamu warungnya Pak Dodo?" Andi mengangguk mengiyakan. "Rumah apa sih maksud kamu? Di sebelah warung Pak Dodo tidak ada rumah, hanya ada lahan kebun yang luas" ujar Bibi Sinta. Andi pun terkaget dan langsung keluar rumah untuk mengecek, dan ternyata benar bahwa tidak ada rumah disitu, hanya ada kebun berisi berbagai tanaman di sana. "Loh kok tidak ada apa apa? Kemarin jelas jelas aku ingat disitu ada rumah dan paman berkacamata hitam itu masuk ke dalam rumah di sebelah warung Pak Dodo."batinnya. Andi hanya mengernyit lalu kembali masuk ke dalam rumah Paman Yudi, berusaha melupakan hal aneh yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun