Mohon tunggu...
salwacantika
salwacantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

semoga banyak membantu!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Perilaku Bullying di Sekolah Dasar

26 Juli 2023   11:05 Diperbarui: 26 Juli 2023   11:09 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan tertinggi dasar pendidikan formal di Indonesia yang berperan kelangsungan proses Pendidikan. Selain itu Itu tepat Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 23 Tahun 2006, yang berbunyi bahwa pendidikan dasar memiliki tujuan meletakkan dasar kecerdasan, Pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan untuk hidup mandiri, dan mendidik diri sendiri. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan dasar bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Ini harus membantu menciptakan dasar yang kuat untuk karakter dan kepribadian anak-anak, terutama siswa. Namun jika landasan pendidikan yang mempengaruhi karakter dan kepribadian anak tidak kuat, maka anak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif nantinya.

Bullying merupakan sebuah kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa lebih kuat. Bullying tidak hanya terjadi di sekitar masyarakat dan dilakukan oleh remaja, akan tetapi saat ini bullying dilakukan oleh anak sekolah dasar. Perilaku bullying ini merupakan tindak perilaku yang tidak menyenangkan bahkan dapat menyakiti korbannya. Terdapat 3 unsur bullying diantaranya memiliki sifat agresif atau menyerang, dilakukan berulang -- ulang, dan dilakukan oleh orang yang lebih kuat. Secara umum bullying ada tiga bentuk yaitu bullying fisik yang terdiri dari kekerasan fisik (memukul, menendang). Bullying verbal (ejekan, hinaan, fitnah), bullying mental/psikologis (diam, mengucilkan, mempermalukan, meneror, terkesan sinis).

Perilaku menyimpang pada anak sekolah dasar tidak hanya kekerasan yang merupakan salah satu bentuk perilaku agresif. Faktanya, hal -- hal yang seringkali kita temui dan memandang hal tersebut sebagai perilaku yang wajar dilakukan oleh anak SD ini tergolong dalam penyimpangan perilaku, mulai dari mengejek teman-temannya, memukul mereka,
mencubit, meraih, dan menjegal teman-temannya saat mereka berjalan.  Seringkali, bullying menyebabkan korban bully merasa terlalu cemas terhadap pelaku atau korban bully, bahkan bisa berujung pada depresi. Selain itu, korban bullying mengalami rasa percaya diri yang rendah dan enggan pergi ke sekolah, karena anak-anak kebanyakan mengalami bullying di lingkungan sekolah. Akibat yang paling mematikan adalah akibat dari depresi, yaitu dorongan untuk bunuh diri.

Guru tidak menganggap serius bullying di sekolah, menurutnya bullying di sekolah merupakan proses pembinaan siswa dan belum ada tindakan lebih lanjut dari guru untuk mengatasi masalah bullying yang terjadi di sekolah yang menyebabkan lebih banyak intimidasi di sekolah terulang kembali karena guru tidak tanggap terhadap school bullying yang terjadi di kelas dan lingkungan sekolah.

Dalam hal pemecahan masalah bullying di sekolah harus melibatkan Kerjasama antara siswa, guru, orang tua, dan juga staf sekolah seperti :

  • Kesadaran dan Pendidikan; Penting untuk meningkatkan kesadaran akan efek negatif bullying dan menanamkan toleransi, rasa hormat dan empati pada siswa. Sekolah dapat menyelenggarakan program pelatihan anti-bullying dan mengajarkan keterampilan sosial kepada siswa untuk mengurangi bullying. 
  • Kebijakan Anti-Bullying; Sekolah harus memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan tegas. Kebijakan ini harus mencakup definisi bully, prosedur pelaporan, konsekuensi bagi pelaku dan dukungan bagi korban. Selain itu, penting untuk melibatkan orang tua dan siswa dalam pengembangan kebijakan. 
  • Melibatkan Orang Tua; Orang tua harus berperan aktif dalam mengatasi bullying di sekolah. Sekolah dapat mengadakan pertemuan khusus dengan orang tua untuk membahas masalah ini, memberikan informasi tentang tanda-tanda bullying dan menyarankan bagaimana orang tua dapat mendukung anak-anak mereka. 
  • Peran Siswa, Guru dan Staf Sekolah; Mendorong siswa untuk menjadi bagian dari solusi dan berperan aktif dalam mendukung teman sekelas yang menjadi korban perundungan. Dukungan siswa-ke-siswa bisa sangat efektif dalam mencegah dan mengatasi masalah intimidasi. Guru dan staf sekolah harus menjadi panutan yang baik untuk mengatasi bullying. Mereka harus menjaga hubungan positif dengan siswa, mengamati perubahan perilaku yang mencurigakan, dan menanggapi laporan intimidasi dengan bijak. 
  • Menindaklanjuti laporan, Evaluasi, dan Pemantauan; Setiap laporan tentang intimidasi harus diinvestigasi secara serius dan segera, dan sekolah harus memberikan konsekuensi yang sesuai bagi pelakunya. Lakukan evaluasi rutin terhadap efektivitas program pencegahan bullying dan pemantauan berkelanjutan untuk mengidentifikasi potensi masalah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun