"In war as in life, Joe, sacrifices have to be made."-Obergruppenfhrer John Smith
Perang Dunia ke-2 merupakan salah satu perang besar yang pernah terjadi dalam sejarah dunia dan memakan banyak korban. Perang ini melibatkan banyak negara yang terbagi menjadi dua koalisi, yaitu Blok Sekutu dan Blok Poros. Blok Sekutu beranggotakan Britania Raya; Uni Soviet; Amerika Serikat; dan sekutunya, sedangkan Blok Poros beranggotakan Jerman Nazi; Italia; Jepang; dan sekutunya. Kita semua tahu bahwa yang memenangkan Perang Dunia ke-2 adalah Blok Sekutu. Namun, di dalam serial ini yang diceritakan justru sebaliknya.
The Man in the High Castle adalah serial yang diadaptasi dari novel tahun 1962 yang berjudul sama karya Philip K. Dick. Serial ini terbagi menjadi empat musim.  Secara keseluruhan, serial ini memiliki cerita yang berlatarbelakang pada sejarah alternatif dunia dimana Blok Poros berhasil memenangkan Perang Dunia ke-2. Dunia telah terbagi menjadi tiga wilayah yang berbeda. Wilayah pertama adalah Negara Pasifik Jepang (Japanese Pacific State). Wilayah kedua adalah Nazi Raya (Greater Nazi Reich). Terakhir, ada Zona Netral (neutral Zone) yang berfungsi sebagai wilayah pembatas di antara kedua negara tersebut. Serial ini dibintangi oleh Alexa Davalos (Juliana Crain), Rufus Sewell (Obergruppenfhrer/Reichsfhrer John Smith), Rupert Evans (Frank Fink), dan Luke Kleintank (Joe Blake). Mereka bersama dengan banyak orang lainnya, terjebak dalam serangkaian peristiwa yang dipicu oleh pergulatan politik antara dua negara adidaya, serta misteri seputar serangkaian film yang menggambarkan kenyataan alternatif dimana Blok Sekutu memenangkan perang. Â
Secara keseluruhan, serial The Man in the High Castle adalah sebuah karya yang menarik dan memukau. Anda akan mendapatkan pengalaman menonton yang tak terlupakan ketika menontonnya. Saya sangat merekomendasikan serial ini bagi mereka penggemar sejarah alternatif, fiksi spekulatif, serta menyukai kombinasi antara intrik politik.
Penulis: Salwa Althaffia