Untuk mengatasi tantangan dakwah dalam era disrupsi, para dai dan mitra dakwah perlu memiliki literasi digital dakwah yang baik. Literasi digital dakwah mencakup kemampuan menggunakan dan memanfaatkan media digital untuk menyebarkan dakwah, seperti menggunakan internet atau media sosial.
Â
Selain itu, kelompok dakwah juga harus dioptimalkan untuk menyebarkan pesan dakwah utama, seperti akidah, syariah, dan akhlak. Para dai juga harus terus berinovasi dan berkontribusi dalam dunia digital karena dakwah di era disrupsi tidak boleh stagnan mengingat hambatan dan tantangannya yang datang begitu cepat.
Â
Penting untuk merawat hubungan yang baik dengan mad'u online dan memberikan perhatian penuh terhadap mereka. Upaya harus dilakukan agar tidak ada yang keluar dari grup dakwah karena kemungkinan mereka terpapar konten yang tidak sesuai dengan tujuan dakwah.
Â
Secara pribadi, seorang dai harus mampu bertahan dan terus berdakwah di era disrupsi dengan tetap mengikuti perkembangan isu-isu terkini dalam dunia digital. Solusi yang ditemukan juga harus canggih dan sesuai dengan zaman.
Â
Dengan demikian, untuk berdakwah di era disrupsi, seorang dai harus memiliki kecerdasan emosional (EQ), memahami dunia digital dan isu-isu yang ada di dalamnya, serta mengadopsi kecerdasan buatan (AI) dalam kegiatan dakwah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI