Anak adalah generasi penerus bangsa yang luar biasa, dan semua anak berhak atas perkembangan daari segala aspek secara optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai masa depan negara yang baik, diperlukan anak-anak yang mempunyai kualitas yang baik. Perkembangan pada anak menjadi hal yang harus diperhatikan sejak anak dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh dewasa. Adapun aspek perkembangan kepada tujuh bagian, yakni fisik, kognitif, sosial, bahasa, emosi, kepribadian/seni (personality), dan genetik/lingkungan.
Menurut UU No 20 tahun 2003 mengenai sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 14 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk pendidikan lebih lanjut (Sukatin et al. 2019). Sesuai dengan asumsi teori behavioristic, menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja rangsangan, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang diberikan tersebut .
Anak usia dini merupakan masa dimana anak  mengalami proses perkembangan yang sangat pesat, termasuk perkembangan kecerdasan (keterampilan), aspek perkembangan  anak dialami secara berbeda-beda tergantung karakteristiknya. Salah satunya  adalah pengembangan keterampilan emosional dalam perilaku empati. Empati merupakan kualitas yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Karena semakin terbuka seorang anak terhadap emosinya sendiri, maka ia akan semakin mahir memahami emosi orang lain(CH Nona Irma, Harmawati, and Fitrianti 2022). Dengan demikian, kemampuan empati anak dapat terwujud. Melalui berbagai sikap, seperti menyenangkan hati orang lain, menolong orang lain, tidak egois, dan mampu membaca pesan-pesan dalam diri orang lain, baik yang diungkapkan secara verbal maupun nonverbal.
Dapat dikatakan pada usia ini anak tidak lagi hanya bermain dengan sang ibu atau pengasuh, karena pada kenyataannya saat ini anak usia tersebut sudah mulai mengenal teman sebayanya, minat serta rasa ingin untuk memiliki teman yang sesuai dengan keinginannya dalam arti mampu memilih siapa teman dekatnya, kemampuan empati anak terus meningkat dalam taraf yang sederhana. Saat ada seorang temannya yang tidak memiliki makanan maka anak dengan rasa empatinya akan menawarkan makanan miliknya. Dengan melatih anak berempati, anak akan  memahami emosi orang lain, menerima sudut pandang orang lain, dan memahami berbagai perbedaan dalam  memahami perasaan orang lain terhadap suatu  permasalahan.
Referensi :
CH Nona Irma, Maria, Diah Harmawati, and Hariani Fitrianti. 2022. "Analisis Kemampuan Empati Anak Usia 4-5 Tahun." Seulanga: Jurnal Pendidikan Anak 3(2): 100--108.
Sukatin et al. 2019. "EMOSIONAL ANAK USIA DINI Berdasrkan Undang-Undang Nomor." Analisis Psikologi Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini VI(2): 156--71. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/view/7311.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H