Mohon tunggu...
Salwa RullaDarmawan
Salwa RullaDarmawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia penyuka sastra

Mahasiswi jurusan sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Lama Kebudayaan Uyeg dari Sukabumi

13 Oktober 2021   12:02 Diperbarui: 13 Oktober 2021   12:07 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebudayaan sastra lama Indonesia menjadi salah satu warisan negara yang harus dikenang hingga masa kini. 

Sastra lama sendiri memiliki arti suatu karya sastra yang berbentuk lisan maupun tulisan yang lahir dalam masyarakat lama dimana masyarakat tersebut masih memegang erat adat istiadat. Salah satu kebudayaan sastra lama yang mulai hilang dipandangan masyarakat saat ini, yaitu kebudayaan Uyeg yang berasal dari Sukabumi.

Uyeg disini dimaksudkan pada salah satu kesenian tradisional yang berbentuk theater atau pertunjukan. Kata 'uyeg' berasal dari bahasa sunda yaitu 'oyag' yang berarti bergoyang. 

Bergoyang disini dimaksudkan pada gerakan gerong atau gerakan eplok cendol dengan maksud dari gerak pinggang dan pinggul yang dilakukan bergoyang memutar atau geol sehingga memperlihatkan kesan erotis.

Kebudayaan sastra lama Uyeg termasuk kesenian yang berasal dari Sukabumi. Kesenian ini memiliki kesan yang cukup menonjol dari seni theater lainnya karena disetiap pertunjukkan pasti hadir salah satu tokoh sakral sanghyang 'raja uyeg' sebagai penguasa jagat uyeg disetiap pertunjukannya. Bagi kebudayaan sunda, sanghyang itu memiliki tahta yang sama seperti seorang dewa dalam ajaran Hindunisme.

Zaman leluhur bangsawan Bogor menjadi titik awal kelahiran Uyeg. Salah satu tokoh pajajaran Bogor memberi tahu jika Uyeg selalu tampil saat upacara Seren Tahun Tutug Galur di Pakuan Pajajaran. 

Sebuah upacara yang dilaksanakan untuk mengagungkan Hyang Guru Bumi (Dewa kesuburan tanah) dan Sri Rumbiyang Jati (Demi kesuburan padi). Upacara ini selalu dilaksanakan pada malam purnama selama kurun waktu delapan hari berturut-turut. 

Namun Uyeg ini selalu dipertunjukkan pada pukul 8 malam, yang dimulai dari pembakaran kemenyan, dilanjuti dengan pembacaan suatu mantra lalu dimulailah pertunjukkan dengan latar 3 dunia yang akan muncul tokoh Sanghyang Raja Uyeg, ronggeng kembang, dan ronggeng panyeta, Sarda dan Ibong (tokoh antagonis yang sadar ditatar oleh Siluman), Siluman, Nyi Widah, dan penari ronggeng uyeg.

Kebudayaan tari uyeg ini diirngi oleh gamelan yang menggunakan laras salendro. Riasannya pun sedikit kuat untuk memberi kesan tegas garis-garis wajah sehingga memperlihatkan kesan cantik dan menarik. Busana yang dipakaiterdiri atas kebaya brookat, apok, sinjang dilamban, sampur serta rambut sanggul yang diberi hiasan tusuk sanggul dan bunga.

Mengenai kebudayaan sastra lama seni theater uyeg sendiri, tarian ini sempat mengalami kepunahan. Sastra lama yang berasal dari daerah pantai selatan Sukabumi, tepatnya di kampung Cilepus Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi ini mulai mengalami kepunahan pada tahun-1950. Namun seorang tokoh budayawan dari Sukabumi Anis Djatisunda. 

Tokoh budayawan itu berusaha memutar otak supaya uyeg tidak punah begitu saja. Kemudian beliau memulai menyandingkan uyeg dengan seni theater rakyat yang mengikuti kemajuan theater modern. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun