Mohon tunggu...
Salwa
Salwa Mohon Tunggu... -

Alumni IKIP Negri Malang (angkatan 1994),dan sekarang sedang menempuh Master of TESOL di Flinders University, Adelaide. South Australia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kiat Sukses Wawancara Beasiswa Luar Negeri

22 September 2011   04:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang bijak berkata, "Gantungkan cita-citamu setinggi langit, setidaknya jika kau jatuh, akan jatuh diantara bintang-bintang". Cita-cita, bagi sebagian orang adalah impian kosong belaka. Ada yang menganggap cita-cita sebuah gambar abstrak kehidupan, bahkan ada yang memposisikan cita-cita sebagai angan-angan panjang yang tak jelas dan hanya bualan saja. Namun bagi saya, cita-cita ibarat bintang di langit, itu akan saya jadikan penunjuk bagi arah perjalanan hidup ini.

Nama saya cukup singkat, Salwa. Orang-orang memanggilku Wawa. Saya alumni Universitas Negri Malang (d/h IKIP Negeri Malang), jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Kini Bekerja sebagai tenaga pengajar di Universitas Islam Negri Malang. Sebelum menjadi dosen,saya pernah bekerja sebagai tentor di salah satu lembaga bimbingan belajar.

Pada awalnya saya ragu untuk mendaftar sebagai calon penerima beasiswa, apalagi beasiswa Luar Negeri, apalagi status saya masih tenaga pengajar honorer ( belum PNS),  sedangkan umur telah menginjak usia tiga puluhan dan baru pertama kali mendaftar, apalagi akan banyak pendaftar yang tentu lebih hebat. Pikiran-pikiran itu terus ada di kepala. Teringat apa yang dikatakan suami saya waktu itu, "Jangan sampai cita-citamu dicuri , banyak orang memiliki cita-cita yang baik, namun padam karena dicuri orang, bahkan banyak pula yang membuang sendiri cita-citanya". Kalimat itu membuatku sadar akan pentingnya sebuah harapan. Saya juga terinspirasi melihat kegigihan beberapa teman yang akhirnya bisa mendapatkan beasiswa di luar negeri. Akhirnya, dengan dukungan orang-orang terdekat terutama keluarga, membuat saya berani mendaftarkan diri.

Setelah melewati beberapa tahapan. Alhamdulillah,saya bisa masuk shortlisted. Ibarat menaiki tangga, saya sudah berada di tengah. Saya tahu ini tidak mudah. " Jika kamu keras pada hidupmu, maka hidup akan lunak kepadamu, jika kamu lunak pada hidupmu, maka hidup akan keras kepadamu". Kata-kata motivasi dari Andre Wongso itu melecut semangatku untuk terus berusaha.

Kini saatnya mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai test. Tentu, yang pertama adalah tes IELTS dan interview. Yang harus dilakukan sebelum tes IELTS dan interview adalah sering latihan mengerjakan soal-soal IELTS. Beruntung, karena di kampus diadakan kursus persiapan IELTS untuk para dosen yang mendapat shortlisted. Ini Memberi kesempatan untuk lebih mengerti materi yang harus dipelajari.

Membaca buku-buku tentang Australia, menonton film, mengikuti berita dunia. Browsing apapun yang berhubungan dengan Australia. Seperti, kampus, kota, dan jurusan untuk study yang saya pilih, adalah persiapan dalam menghadapi intervew.

Saya juga memasang peta Australia di tembok kamar. Itu  saya sebut sebagai peta mimpi, kutulis di peta itu, "Kuliah S2 di Australia". Itu saya lakukan untuk  menvisualisasikan mimpi-mimpi. Sehingga semakin merasa dekat dan terus memberi autosugesti yang kuat dalam diri saya.

Namun perlu diingat, mental kita juga perlu dipersiapkan. Kesiapan sukses juga harus diimbangi dengan kesiapan untuk "menang" dalam kegagalan. Yah .. bukankah "kesuksesan" dalam menghadapi kegagalan juga merupakan kesuksesan juga? Seseorang yang "sukses" dalam menjalani kegagalannya, pasti mereka yang tak pernah lelah untuk mencoba dan mencoba lagi. Seseorang yang "sukses" dalam kegagalannya, pastilah mereka yang bisa bersabar. Tinggal diri kita yang bisa mengukur manakah yang lebih besar? Optimisme dalam meraih kesuksesan atau pesimis dan tak melakukan apa-apa. Apapun yang telah kita lakukan untuk sebuah cita-cita adalah sebuah keberhasilan. Siapkan mental ... Karena mendapat beasiswa ke Luar Negeri bukan keinginan biasa, kita harus siap dengan "harga" yang harus dibayar untuk meraihnya. Kerja keras, kerja cerdas dan tentu doa yang melandasi semua itu. Juga janganlah pesimis, lakukan apa yang bisa membuat diri bergerak maju. Maju selangkah ataupun sebagai lompatan besar dalam hidup, jadikan itu sebagai hal terpenting, tetaplah fokus pada tujuan. Hargai apa yang kita dapatkan, syukuri, betapapun kecilnya, jadikan itu sebuah batu lompatan untuk melangkah dan melangkah lagi.

Lalu tibalah saat pengumuman. Alhamdulillah, mimpi ini menjadi nyata. Saya benar-benar merasa bersyukur karena mendapat beasiswa Australian Development scholarship (ADS) ke Australia, dengan hanya sekali daftar. Saya merasa ini adalah rezeki sekaligus ujian buat saya, karena bukankah nikmat juga bentuk 'ujian' dari ALLah SWT untuk menguji kesetiaan hamba-hamba-Nya.

Disini saya akan berbagi kepada teman-teman tentang pengalaman  saat interview, karena memang penentu keberhasilan di terima atau tidaknya beasiswa (khususnya ADS) salah satunya adalah interview. Memang saat interview, perasaan nervous itu ada. Yang saya lakukan saat tes wawancara waktu itu, sepuluh menit sebelum dipanggil, saya sempatkan menelpon Ibu dan ibu mertua untuk memohon doa. Saya sangat yakin, kekuatan doa seorang ibu sangatlah luar biasa. Karena sepuluh menit sebelum dipanggil bukan saatnya membuka buku tentang tes atau apapun perihal interview. Detik-detik itu terasa betul ujian keimanan, tentang takdir yang telah Allah tentukan pada kita. Pasrahkanlah semua keputusan pada-Nya, diterima ataupun tidak adalah hal terbaik yang Allah berikan.  Yah ... kekuatan ikhlas, itu akan membuat diri kita tenang dan mengalir. Ambisi yang meledak-ledak melampaui keikhlasan justru akan menampakkan diri sebagai orang yang sombong, namun keikhlasan yang begitu lembut melampaui ambisi, akan memancarkan sinar positif sebagai orang yang elegan menjawab semua pertanyaan.

Tetap santai dan sopan, tunjukkan bahwa kita percaya diri saat menjawab pertanyaan. Karena pewawancara akan merasakan "energi" motivasi yang positif, jika kita menjawab pertanyaan dengan antusias. Dalam menjawab pertanyaan, usahakan memberi jawaban yang tepat dan tidak mengada-ada. Misalnya ada pertanyaan yang tidak kita ketahui jawabannya, lebih baik katakan dengan jujur, bahwa kita kurang mengerti. Mereka akan lebih menghargai kejujuran daripada jawaban asal-asalan. Bisa dipastikan, kita akan semakin terjebak jika asal menjawab. Hal ini akan menurunkan kredit poin dalam penilaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun