Mohon tunggu...
Tarsisius pampuare
Tarsisius pampuare Mohon Tunggu... Supir - Data diri

Oke bang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesta Demokrasi: Momentum Refleksi Esensi Kebangsaan

26 Mei 2019   14:10 Diperbarui: 26 Mei 2019   14:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa kita? Indonesia... siapa kita? Indonesia... merupakan komentar yang sering diucapkan Valentino Jebret. Komentar Valentono Jebret tersebut sering diungkapkan saat tim nasional berhasil membobol gawang lawan. Namun pertanyaan dan jawaban dari Valentino merupakan pertanyan esensial bagi kita sebagai Negara Kesatuan. Ia hendak mengajak kita bersatu untuk mendukung tim nasional yang sedang berlaga.

Pertanyaan tersebut menyasar pada kesadaran kita sebagai bangsa. Siapa kita merupakan pertanyaan yang krusia bagi bangsa ini. krusial karena siapa kita? hendak mengungkapkan essensi kita sebagai sebuah bangsa. Profesor Armada Riyanto menulis dalam bukunya "Aku dan Liyan" bahwa kesadaran tersebut merupakan kesadaran akan esse keakuan bangsa ini. Kesadara tersebut menyangkut keseluruhan eksistensi kita sebagai sebuah bangsa. 

Para bapa bangsa telah merefleksikan pertanyaan tersebut pada awal pembentukan bangsa ini. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, menjadi landasan bagi pembangunan bangsa ini.  Mereka meletakkan bangsa ini atas dasar tersebut karena pertama-tama menyadari bahwa bangsa ini bukanlah bangsa dengan satu suku, agama, dan ras. Keberagaman merupakan realiltas diri bangsa ini. sehingga pada konteks tersebut kesatuan Republik Indonesia, menjadi roh dari bangsa ini. Dalam kesatuan pembangunan bangsa ini telah dilakukan bangsa ini. Sasaran pambangunan tersebut adalah kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. 

Namun dalam pesta demokrasi yang kita jalankan tahun ini, pertanyaan tersebut menjadi sangat penting. Sebenarnya pertanyaan tersebut sangat penting dalam setiap saat bagi bangsa ini. Tetapi fenomena-fenomena yang terjadi dalam perayaan tersebut mengajak kita untuk kembali merefleksikan pertanyaan siapa kita? 

Pesta demokrasi yang dijalankan tahun ini, membagi masyarakat dalam dua pilihan calon presiden-wakil presiden. Pada momen tersebut masyarakat harus memilih siapakah yang pantas memimpin bangsa yang majemuk ini. Terpilihnya salah satu dari kedua calon tersebut ditentukan oleh perolehan suara terbanyak dari masyarakat. Hasil tersebut telah diperoleh pada peralihan hari dari selasa ke rabu. KPU telah menetapkan bahwa pasangan no urut satu berhasil mengantongi suara rakyat terbanyak. 

Namun menarik melihat gejolak yang timbul dalam konteks pemilu tersebut. Wacana penolakkan terhadap hasil pemilihan umum sering kita dengar dalam berbagai media sosial. Penolakan tersebut didasarkan pada kecurigaan akan adanya kecuranga. Kecurangan yang disangkakan bukanlah kecurangan yang biasa. Masif-terstruktur-sistematis menjadi sifat dari kecurangan tersebut. Namun benar tidaknya kecurigaan tersebut tidak hendak dibahas di sini. Narasi yang penuh kecurigaan tersebut telah menimbulkan gerakkan massa.

Wacana yang dikemukakan oleh beberapa elit politik tersebut memanaskan hati massa yang mendukung pihak yang kalah. Merekapun berkumpul didepan kantor bawaslu untuk menuntut agar hasil pemilihan umum dibatalkan. Jika harus dinilai tindakkan ini terlalu cepat tanpa usaha untuk menemukan kebenaran. 

Gerakkan masa tersebut muncul akibat narasi-narasi yang diciptakan oleh pemimpin. Dalam narasinya para elit politik tersebut mengemukakan bukan hanya kecurangan, tetapi juga mengungkit kembali luka lama. Wacana-wacana yang terkait dengan PKI, dan peristiwa '98, kembali terdengar. Cara ini digunakan  agar mereka dapat menggerakan massa. Apa tujuan yang hendak dicapai adalah kekuasaan yang gagal diperoleh melalui pemilihan umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun