Mohon tunggu...
Salsa Wilda Mahdiyah
Salsa Wilda Mahdiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Still trying to be an independent woman.

Pecinta film semua genre kecuali horor. Baru pernah menonton film atau series berbahasa Indonesia, Inggris, Korea, Thailand, Jepang, Spanyol, dan Prancis. Semoga bisa berkunjung ke negaranya juga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Citra Suatu Kota Terbentuk?

14 April 2022   19:05 Diperbarui: 14 April 2022   19:09 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika mendengar nama suatu daerah, apa yang pertama kali terlintas di pikiran kita mengenai daerah tersebut? Citra sebenarnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, impresi, yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Hal-hal yang kita ketahui tanpa mengunjungi daerah tersebut sebelumnya melalui pemerhati publik, pembuat opini, dan kalangan intelektual dapat memberikan citra daerah tersebut pada diri kita. Namun, hal tersebut bukan berarti kita tidak memiliki citra berdasarkan pemikiran kita sendiri mengenai daerah tersebut. 

Citra suatu kota yang terbentuk melalui tulisan-tulisan yang telah dipublikasikan bisa saja akan berbeda di mata seseorang setelah benar-benar berkunjung ke kota tersebut, tergantung dengan bagaimana pengalaman yang dialaminya selama waktu singgah yang dihabiskan.

Citra suatu daerah dapat dikomunikasikan dan dibentuk setidaknya melalui tiga strategi, yakni slogan dan tema, simbol visual, dan event dan sponsorship. 

Suatu event yang diadakan di suatu kota dapat menjadi sarana image communication yang efektif untuk memengaruhi publikasi mengenai kota tersebut sehingga akan membangun citra kota. 

Semakin sering suatu kota melakukan upaya dalam bentuk membangun city branding, disertai dengan dukungan masyarakat setempat yang sangat berpengaruh, maka semakin berhasil citra suatu kota itu disebarluaskan secara tepat.

Kajian tentang citra (image) mendapatkan perhatian besar karena merupakan prasyarat dasar untuk membangun hubungan komersil dengan berbagai macam kelompok target. Akar konsep citra berasal dari dunia marketing; awalnya dari level produk kemudian diperluas pada level korporat. 

Citra terbangun melalui sejumlah kesan yang dialami oleh indivisu, baik melalui interaksi langsung maupun tidak langsung terhadap objek tersebut. Dalam hal ini, citra kota dapat dengan mudah diketahui oleh masyarakat melalui opini publik yang dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja.

Menurut Budiharjo (1991), terdapat enam tolok ukur yang sepantasnya digunakan dalam penggalian, pelestarian, dan pengembangan citra kota. Keenam tolok ukur tersebut meliputi nilai kesejarahan; baik dalam arti sejarah perjuangan (gedung proklamasi, tugu pahlawan) mupun sjarah perkembangan kota (Kota Lama di Semarang, kawasan Malioboro di Yogyakarta), nilai arsitektur lokal/tradisional (terdapat keraton, rumah pangeran), nilai arkeologis (candi-candi, benteng), nilai religiusitas masjig besar, tempat ibadah lain), nilai kekhasan dan keunikan setempat; baik dalam kegiatan sosial , ekonomi, maupun sosial budaya, serta nilai keselarasan antara lingkungan buatan dengan potensi alam yang dimiliki.

Pernyataan tersebut berbeda dengan pendapat Lynch (dalam Purwanto, 2001) yang menyatakan bahwa citra kota ditentukan oleh pola dan struktur lingkungan fisik yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor: sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan adat istiadat, serta politik yang pada akhirnya akan berpengaruh besar dalam penampilan (performance) fisiknya.

Sumber: Rahmanto, Andre. 2020. City Branding: Strategi Komunikasi dalam Memasarkan Potensi Daerah. Malang: Intrans Publishing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun