Mohon tunggu...
Salsa Sabila25
Salsa Sabila25 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Riau, yang sedang menempuh Pendidikan S1 Psikologi Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KESEHATAN JIWA

14 Januari 2024   02:30 Diperbarui: 14 Januari 2024   04:20 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KESEHATAN JIWA

Aricha Putriani, Salsa Sabila, Yuni Andriani, Hamzah Rizal

Fakultas Studi Islam, Prodi Psikologi Islam, Universitas Muhammadiyah Riau

             Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi di mana seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut dapat menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan dapat memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Pasien dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalani fungsi orang sebagai manusia, mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Sehat jiwa merupakan suatu kestabilan emosional yang diperoleh dari kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu berpikir positif dalam menghadapi stressor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik, psikologis baik secara internal maupun eksternal Nasir & Abdul (2011).

              Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi seseorang yang berkembang baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit (Health is a state of complate physical, mental, sosial and not merely the absence of disease or infirmity). Individu tidak akan dikatakan sehat jika hanya fisik saja yang sehat atau malah sebaliknya.

Contoh: Ketika seorang individu merasa keadaan mentalnya lagi tidak baik-baik saja ia merasa pusing, mual, dan merasakan nyeri di ulu hati serta berdampak sulit untuk tidur.

              Kesehatan Jiwa merupakan salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan. Di zaman yang semakin modern ini banyak hal dari berbagai faktor yang menuntut untuk dipenuhi seiring dengan perkembangan zaman. Hal itu pula yang akan berdampak pada kesehatan jiwa seseorang. Ketika kesehatan jiwa sudah terganggu, maka tidak menutup kemungkinan kesehatan fisik pun dapat mengalami gangguan serta bentuk aktivitas tubuh menjadi terhambat. Proses berpikir secara sehat dengan jiwa yang sehat.

             Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, namun merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang. Definisi Kesehatan jiwa menurut WHO adalah perasaan sehat dan bahagia, serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Jadi, kesehatan jiwa meliputi:

a. Bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya. Perasaan nyaman terhadap diri sendiri dapat dilihat dari kemampuan seseorang terhadap dirinya. 

b. Bagaimana perasaan seseorang terhadap orang lain. Perasaan nyaman terhadap orang lain dapat dilihat dari kemampuan seseorang.

c. Bagaimana cara seseorang mengatasi stres yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya.

              Tujuan dari kesehatan mental yaitu, dapat mewujudkan manusia yang beradab, mampu menghadapi hambatan dan rintangan dalam kehidupan. Berdasarkan Federasi Kesehatan Mental Dunia, kesehatan mental tidak cukup jika dipandang secara individu saja namun perlu dilihat secara berkelompok atau dalam hal ini yaitu masyarakat agar dapat mencapai tujuan kesehatan mental secara optimal (Rozali,2021).

              Karakteristik individu yang memiliki mental sehat yaitu mampu menampilkan tingkah laku yang adekuat, sikap hidup sesuai norma dan pola masyarakat sehingga hubungan interpersonal dan intersosial dapat memuaskan. Selain itu, menurut Lowenthal kesehatan mental pada individu digambarkan sebagai suatu sifat yang positif yakni sejahtera secara psikologis (psychological well-being), memiliki karakter yang kuat, dan memiliki sifat yang bijak. Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental individu terbagi menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, kebermaknaan hidup, keseimbangan dalam berpikir serta sikap dalam menghadapi masalah kehidupan. Sedangkan faktor eksternal seperti ekonomi, keadaan sosial, adat kebiasaan, dan lingkungan (Athiyyah & Santoso, 2021).

               Salah satu masalah kesehatan utama adalah gangguan jiwa (Sutrini, 2017). Gangguan jiwa diartikan sebagai adanya perilaku individu yang menyimpang seperti distress, disfungsi, dan menurunnya kualitas hidup yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan (Stuart. G.W, 2016). Seseorang jika ditemukan adanya ciri-ciri gangguan pada fungsi mental seperti emosi, pikiran, perilaku, perasaan, kemauan, keinginan, daya tilik diri, dan persepsi sehingga mengganggu dalam proses hidup baik di masyarakat maupun individu maka seseorang tersebut dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa (Nasir & Muhith, 2011).

               Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan jiwa berat yang dapat mengganggu fungsi jiwa yaitu terganggunya kognitif, afektif dan hambatan fungsi sosialnya sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Budi Anna Keliat, Helena, & Nurhaeni, 2011). Gejala gangguan jiwa yang mengancam keluarga dan lingkungan sekitar, mengakibatkan beban secara materi dan moril bagi keluarga dan akan bertambah berat dengan adanya stigma dan penolakan dari lingkungan sehingga keluarga tidak mampu memenuhi hak klien gangguan jiwa (Stuart, 2014). Selain beban pada keluarga klien dengan gangguan jiwa dapat menimbulkan beban bagi pemerintah dan masyarakat karena produktivitas menurun sehingga berdampak pada biaya pengobatan (Townsend & Morgan, 2017).


A. Penyakit Jiwa dalam Kajian Ilmuwan Barat.

               Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya. Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial dan ekonomi. Menurut Notosoedirjo, gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa guan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat. 

              Penyebab gangguan jiwa itu bermacam- macam ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbalas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain itu, dikemukakan Djamaludin, bahwa ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan gangguan pada otak. Jiwa atau mental yang sehat tidak hanya berarti bebas dari gangguan. Seseorang bisa dikatakan jiwanya sehat jika ia bisa dan mampu untuk menikmati hidup, punya keseimbangan antara aktivitas kehidupannya, mampu menangani masalah secara sehat, serta berperilaku normal dan wajar, sesuai dengan tempat atau budaya di mana dia berada. Orang yang jiwanya sehat juga mampu mengekpresikan emosinya secara baik dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, sesuai dengan kebutuhan.


B. Penyakit Jiwa Dalam Perspektif Islam. 

             Dalam perspektif Islam, penyakit jiwa sering diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti sifat tamak, dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya. Dalam menanggulangi penyakit jiwa, metode yang ditempuh oleh "psikologi Islam" berbeda dengan yang ditempuh oleh psikologi modern. Islam memandang bahwa sumber utama dari penyakit was-was adalah setan. Oleh sebab itu jalan keluarnya adalah terapi berzikir kepada Allah. Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan mental dengan cara mengikuti Al-Qur'an, berjihad dan berfikir logis, serta meningkatkan hubungan baik dengan pencipta. 

            Pandangan Islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran Islam yaitu “Kesehatan jiwa menurut Islam merupakan  ibadah yang sangat luas atau pengembangan dimensi dan potensi yang dimiliki manusia dalam dirinya dalam rangka pengabdian kepada Allah yang diikuti dengan perasaan amanah, tanggung jawab serta kepatuhan dan ketaatan kepada Allah dan ajaran agama-Nya, sehingga dengan demikian terwujud nafsu muthmainnah atau jiwa sakinah.” Dengan demikian kesehatan jiwa itu juga identik dengan keimanan dan ketakwaan dalam arti tazkiyat al nafs.


Kesehatan Jiwa dalam perspektif islam

1.Mengendalikan Nafsu, Surah Yusuf ayat 53: 

“Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang”

2.Membina serta menanamkan jiwa dan pendidikan akhlak berdasarkan Al Qur’an dan hadist 

3.  Memahami dan Mengamalkan isi Al Qur’an 

4. Menghindari tingkah laku / perilaku tercela.

5. Meningkatkan hubungan baik dengan pencipta


Gangguan kejiwaan dalam Al Qur'an.

Allah SWT berfirman:"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah". QS. An-Nisa'[4]:28

           Ayat tersebut mengingatkan, bahwa sesungguhnya kita manusia mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan, Sehingga mudah merasa stress, cemas, depresi serta gangguan jiwa lainnya, untuk mengatasinya selain berobat ke Ahlinya, sebagai umat muslim  juga dengan berdo’a dan mendekatkan diri ke pencipta. 


Metode Terapi Penyakit Jiwa

           1. Shalat Khusyu’ Sebagai pencegah  perbuatan keji dan munkar,  Allah SWT berfirman: 

"Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin, "(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, QS. Al-Mu'minun[23]:1-2

2. Bergaul dengan Orang Shalih Sebagai Pemandu Jiwa. 

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah 9: 119)

3. Puasa sebagai penahan hawa nafsu.  

a. Mengendalikan diri dari nafsu yang tercela. Puasa membantu individu menjauhi berbagai perilaku buruk dan meningkatkan ketakwaan. Seperti Menjauhkan diri dari sifat tercela , tidak iri hati dan dengki .

b. Menahan Rasa Amarah. Puasa membantu umat Islam menghadapi rasa amarah dengan akhlak atau sifat tercela yang mungkin mereka alami. Dengan menahan diri dari hawa nafsu, seseorang dapat lebih dekat dengan Allah dan menjauhi berbagai perilaku buruk.


 Penulis: Salsa Sabila, Aricha Putriani, Yuni Andriani, Hamzah Rizal
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Riau, program studi Psikologi Islam, semester 3.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas Tafsir Ayat dan Hadits Psikologi.

Di bawah bimbingan bapak  Fauzi Rahman, S.Psi., M.Psi

Referensi

Alejos, H. (2017). No Titleالابتزاز الإلكتروني.. جرائم تتغذى على طفرة «التواصل ال. Universitas Nusantara PGRI Kediri, 01, 1–7. http://www.albayan.ae

Febrianto, T., PH, L., & Indrayati, N. (2019). Peningkatan Pengetahuan Kader tentang Deteksi Dini Kesehatan Jiwa melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 33–40. https://doi.org/10.37287/jppp.v1i1.17

Kesehatan, U., & Masyarakat, J. (2023). Abdimas Galuh Mental Health Post As A Form Of Synergity Of Government ,. 5, 295–302.

Kurniawan, K., Yosep, I., Khoirunnisa, K., Nur’aeni, Y., & Nugraha, P. (2023). Upaya Peningkatan Kesehatan Mental Masyarakat Melalui Pelatihan Duta Kader Kesehatan Jiwa. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 7(3), 2306. https://doi.org/10.31764/jmm.v7i3.14320

Nuryani, R., Lindasari, S. W., & Sopiah, P. (2020). Upaya Peningkatan Kesehatan Jiwa Masyarakat Melalui Pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ). Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(4), 185. https://doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i4.1082

M, N. I. (n.d.). Cara membangun kesehatan mental dala perpesktif islam.

Syarif, A. (2002). Bandung, IKAPI. Psikologi Qurani.

Thouless, R. (2000). Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. Pengantar Psikologi Agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun