Mohon tunggu...
Salsa Maurin
Salsa Maurin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

instagram : @salsaryn

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kampanye Pilpres di Media Sosial

13 Februari 2024   18:18 Diperbarui: 13 Februari 2024   18:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampanye politik telah menjalani transformasi signifikan dengan melibatkan media sosial sebagai salah satu saluran utama. Fenomena kampanye pilpres di media sosial memberikan wajah baru pada proses demokrasi, memengaruhi opini publik, dan menciptakan tantangan serta peluang baru. Dalam era di mana informasi tersebar dengan cepat, literasi media digital menjadi kunci dalam memahami dan menghadapi dinamika kampanye ini.

Salah satu platform media sosial yang dominan dalam kampanye pilpres adalah Instagram. Dengan visual yang mendominasi, Instagram menjadi wadah kreativitas bagi kandidat dan tim kampanye. Gambar, video, dan cerita singkat menjadi alat utama untuk menyampaikan pesan kampanye. Melalui fitur-fitur seperti IGTV dan Instagram Live, kandidat dapat berkomunikasi secara langsung dengan pemilih potensial.

Kelebihan kampanye pilpres melalui media sosial melibatkan keterlibatan yang tinggi dari pemilih muda, aksesibilitas informasi yang cepat, dan kemampuan untuk mencapai audiens yang luas. Namun, kekurangan juga jelas terlihat. Misinformasi dan hoaks dapat dengan mudah menyebar, menciptakan polarisasi di kalangan masyarakat. Selain itu, fokus pada citra dan kepopuleran sering kali mengaburkan substansi dari isu-isu krusial.

Literasi media digital memainkan peran krusial dalam menjaga masyarakat agar lebih kritis terhadap informasi yang ditemui di media sosial. Pemahaman tentang bagaimana algoritma bekerja, kemampuan memeriksa keaslian informasi, dan kepekaan terhadap upaya manipulasi menjadi kunci untuk menyeleksi informasi yang diterima. Pendidikan media digital perlu menjadi bagian integral dari sistem pendidikan untuk membangun masyarakat yang cerdas dan kritis.

Tantangan etika muncul dalam kampanye digital, terutama terkait dengan privasi dan penyebaran informasi palsu. Literasi media digital dapat membantu masyarakat memahami batasan privasi online dan memilah informasi yang dapat dipercaya. Adopsi etika dalam kampanye digital harus diawasi dengan ketat dan dilibatkan oleh pihak berwenang untuk mencegah penyelewengan informasi yang dapat merugikan proses demokrasi.

Kampanye pilpres di media sosial membuka lembaran baru dalam sejarah politik modern. Sementara memberikan peluang untuk keterlibatan lebih aktif dari pemilih, fenomena ini juga menuntut kesadaran akan dampaknya yang kompleks. Dengan literasi media digital yang kokoh, masyarakat dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam menjaga integritas kampanye politik, memastikan bahwa demokrasi tetap sehat dan berkelanjutan.

Salsa Maurin - Mahasiswa Prodi Komunikasi PJJ Universitas Siber Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun