Mohon tunggu...
Naima
Naima Mohon Tunggu... -

pesona alam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kerinduan yang Tak Terlepaskan

12 Juli 2016   09:48 Diperbarui: 12 Juli 2016   09:57 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun-tahun ku melihat semua ini. Adakah rasa sayangmu yang tumbuh  kepada kedua orang tuamu yang telah kau anggap telah menghancurkan hidupmu, membiarkan dia dalam kesepian kesendirian yang teramat sakit dia rasakan, disaat  semua orang berkumpul dengan anak-anaknya merasakan indahnya bersama-sama, dia hanya bisa menatapnya dari jauh dan berharap suatu saat itu akan terjadi padanya.

Dari kecil dia telah menjaga dan melindungimu, walaupun yang dia lakukan tak berupa perbuatan yang langsung dia lakukan bersamamu karena terus bekerjakeras mencari nafkah untuk membesarkanmu. Sebenarnya dia hanya ingin melakukan sesuatu yang terbaik untukmu dan hanya saja mungkin caranya yang salah. Bertemu saja kalian tak mau apalagi berbagi-bagi pendapat dengan nya padahal dia hanya tinggal sendiri tak ada yang peduli samanya. Padahal kalian telah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup kalian yaitu Ibu kalian. 

Tapi mengapa kalian tidak menyadari bahwa Ayah kalian juga sangat berarti bagi kalian. Kalian tega pergi kerumah orang lain bersilaturrahmi sama orang lain sedangkan ayahmu sendiri tak peduli dan tidak kalian anggap bahwa dia itu ada. Aku tak mengerti isi hati kalian apa yang ada di benak kalian Tapi bagiku hanya satu apapun yang terjadi seburuk apapun dia tetap ayahku.

Walaupun tidak selembut kasih seorang ibu
kasih seorang ayah sangat mendalam didalam hatinya

berbeda dengan ibu yang memparhatikan
dan menasehatimu
ketahuilah bahwa sesungguhnya saat itu
ayah benar-benar mengkhawatirkanmu.....

Mungkin penyesalan yang ada pada diri kalian nantiny............

tapi aku berharapagar kalian tak terlambat menyesalinya."""""'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun