Mohon tunggu...
Salsa Nabila Oktaviani
Salsa Nabila Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I will write something yang menarik perhatianku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika Saya menjadi Seorang Guru Filsafat

13 Agustus 2024   22:52 Diperbarui: 13 Agustus 2024   22:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri diolah di canva

Pembelajaran adalah interaksi antara guru dan mahasiswa untuk melakukan kegiatan perkembangan ilmu pengetahuan dari ketidaktahuan menjadi pengetahuan. Pembelajaran bukan hanya sekedar penyampaian materi kepada siswa/siswi, tetapi juga mengasah guru untuk mengatur keterampilan mengajarnya, dan guru harus bisa melakukan pendekatan individu atau berkelompok dalam kegiatan pembelajaran.

            Memasuki usia 6 tahun merupakan tahap awal rata-rata anak Indonesia memasuki sekolah dasar (SD). Sekolah Dasar dimulai saat usia 6 tahun dan selesai sekitar umur 12 tahun, pada masa ini anak-anak cenderung lebih suka mempertanyakan hal-hal abstrak yang membuatnya penasaran, senang bermain, lebih senang belajar dengan mendapatkan pengalaman baru daripada hanya sebuah teori, dan juga suka mengerjakan tugas berkelompok. 

Sekolah Dasar disebut sebagai tahapan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak, dalam hal ini anak-anak tidak hanya diajarkan pengetahuan akademik, tetapi juga dibekali dengan nilai-nilai moral serta keterampilan hidup yang akan berguna bagi masa depannya. Dari penjelasan singkat tadi saya memiliki ketertarikan untuk menjadi seorang guru dengan mengajar mata pelajaran Aqidah dan Filsafat, baiklah saya  akan menjelaskan rencana pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran jika saya menjadi seorang guru .

            Pendekatan pembelajaran yang akan saya lakukan adalah pendekatan dengan cara menjelaskan informasi kepada siswa dan siswi (pendekatan Expository). Pada pendekatan ini guru bertugas sebagai sumber utama pemberian informasi atau pengetahuan, dan siswa-siswi berperan sebagai penerimanya. Pendekatan ini memiliki ciri-ciri yaitu, sumber belajar yang lebih mendominasi saat pembelajaran, bahan ajaran berisi materi baru atau konsep-konsep awal, materi lebih bersifat infomasi, dan masih memiliki keterbatasan pembelajaran. Adapun langkah-langkah penerapan pendekatan Expository sebagai berikut:

  • Mempersiapkan materi semenarik mungkin dengan menyeimbangkan pemahaman siswa .
  • Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan selalu menghubungkan meteri baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
  • Selalu memastikan bahwa siswa memahami konsep atau definisi dari materi yang akan dijelaskan.
  • Memberikan contoh materi yang dijelaskan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
  • Membuat suasana kelas tidak tegang agar siswa merasa tidak takut dan bebas untuk bertanya.
  • Memberikan siswa tugas setidaknya 1 kali setelah dua kali pertemuan.

            Alasan mengapa saya memilih pendekatan ini adalah karena saya mengajar anak-anak yang masih berusia 6-12 tahun, pada masa-masa tersebut mereka belum menguasai banyak pengetahuan, dan lebih cenderung ingin tahu lalu memilih menanyakan kepada orang yang lebih tua dari mereka. Siswa Sekolah Dasar pada saat itu juga mengalami pertumbuhan intelektual juga emosional , jadi menurut saya lebih baik tidak memberikan mereka terlalu banyak tekanan.

            Setelah selesai menentukan pendekatan apa yang akan diambil, maka sekarang saya akan menjelaskan strategi yang akan diterapkan, strategi yang akan diterapkan yaitu Exposition-Discovery Learning atau strategi penyampaian. Strategi penyampaian adalah strategi dengan penyampaian materi kepada siswa secara langsung, mereka mendengarkan guru yang sedang menjelaskan, dan ketika selesai baru kemudian dipersilahkan untuk bertanya jika ada yang belum dipahami. 

Setiap strategi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari strategi ini adalah guru dapat menjelaskan hingga selesai sampai dengan target yang sudah ditetapkan, strategi ini lebih melatih mahasiswa untuk mengerti bagaimana penjelasan guru, kemudian bisa menjelaskan kembali materi tersebut. 

Kekurangan dari strategi ini adalah kurang mengembangkan keterampilan berpikir kritis, karen tidak adanya umpan balik dari siswa. Alasan saya mengambil strategi ini karena saya mengajar anak-anak yang masih berusia 6-12 tahun, pada masa-masa tersebut mereka belum menguasai banyak pengetahuan, dan lebih cenderung ingin tahu lalu kemudian memilih menanyakan kepada orang yang lebih tua dari mereka. Siswa Sekolah Dasar pada saat itu juga mengalami pertumbuhan intelektual juga emosional , jadi menurut saya lebih baik tidak memberikan mereka terlalu banyak tekanan.

Beberapa metode pembelajaran yang akan saya terapkan;

  • Metode demonstrasi: metode yang mengharuskan guru untuk memberikan contoh sebuah kejadian  menghubungannya dengan teori yang sudah dipelajari. Alasan saya mengambil metode ini, karena saya akan mengajar mata pelajaran Aqidah dan Filsafat yang banyak membahas tentang asal-usul dunia, kehidupan, dan banyak berkaitan dengan logika jadi lebih baik menghubungkannnya dengan kejadian-kejadian sehari-hari agar lebih mudah dimengerti.
  • Metode diskusi: metode ini membuat anak melakukan interaksi dengan temannya dan bisa mengungkapkan pendapat apakah ia setuju atau tidak, metode ini juga membuat anak lebih memahami dengan mendalam ide yang telah mereka sampaikan. Alasan saya mengambil metode ini, karena pelajaran aqidah dan filsafat yang saya pelajari selama kuliah sering disarankan untuk berdiskusi, dan juga mata pelajaran ini lebih banyak membahas tentang sejarah. Agar siswa lebih bisa memahami materi, tidak bosan, tidak berhenti hanya di penjelasan guru saja, maka saya menyarankan untuk menerapkan metode ini. Saya mengajar di sekolah dasar yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, jadi misalnya menerapkan metode ini anak juga bisa mengetahui, dan membuat anak lebih menghargai agama yang dianut orang lain.

Adapun teknik pembelajaran yang akan saya terapkan membentuk kelompok kecil yang membantu anak untuk saling berbagi pendapat, mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana dan membiarkan siswa untuk menjawab dengan berdiskusi terlebih dahulu bersama teman sekolompoknya. Selalu menggunakan bahasa dan contoh sederhana agar lebih dimengerti oleh siswa. Sesekali saya akan menampilkan video edukasi mungkin 2x sebulan agar siswa tidak jenuh dan bosan.

Dengan pendekatan yang tepat, pembelajaran akan jauh lebih menyenangkan. Pembelajaran Aqidah dan Filsafat pada usia dini merupakan salah satu investasi jangka panjang. Pelajaran ini membantu anak lebih memahami nilai-nilai agama, juga melatih anak untuk mempunyai pemikiran kritis. Saya pernah mendengar bahwa anak-anak bisa disebut filsafat, karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mempercayai jawaban yang diberikan kepada mereka, dan bisa jadi jawaban-jawaban itu akan mereka ingat sampai mereka mendapatkan pengetahuan yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun