Istilah self healing menjadi akrab terutama dikalangan remaja. Tetapi pemaknaan self healing yang selama ini diterapkan ternyata salah. Penulis telah melakukan kuesioner sederhana di sosial media yang diperuntukkan bagi semua kalangan usia. Ternyata, tidak sedikit dari masyarakat yang mayoritasnya adalah remaja beranggapan bahwa self healing berarti ke tempat-tepat seperti mall, bepergian ke wisata rekreasi, atau bahkan sekadar jalan-jalan yang menguras uang. Tanggapan dari mereka menyatakan bahwa hal tersebut membuat perasaan senang dan meringankan beban. Namun, lebih banyak yang mengatakan jika kesenangan itu hanya bersifat sementara, karena setelah mereka melakukan self healing dengan caranya masing-masing, rasa sedih, kesepian, dan segala hal yang tidak mengenakkan itu kembali lagi.
Faktanya telah menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat disembuhkan dengan cara tersebut. Istilah self healing yang populer selama ini ternyata memungkinkan risiko semakin stress dan membuat beban bertambah. Dalam kasus ini, cara self healing seperti itu yang telah marak dikalangan masyarakat bisa jadi karena tingkat awareness mengenai isu kesehatan mental, namun disisi lain dapat mengakibatkan bahaya karena dapat mendiagnosis diri sendiri dengan menilai bahwa dirinya mengalami gangguan psikologis seperti burnout, fatigue, trauma, depresi, anxiety, dan lain-lain, sehingga memerlukan penanganan psikologis yang disebut healing tetapi dalam bentuk yang tidak tepat.
Konflik pada individu yang menghasilkan stress, depresi, sampai pada mengarah psikosomatis dan gangguan mental harusnya dapat diselesaikan baik oleh seorang psikolog, psikiater, maupun dengan dirinya sendiri. Masalah kesehatan mental di Indonesia dianggap cukup serius karena adanya kondisi alam yang berubah, kompetisi antar manusia cukup ketat, hingga lingkungan sosial yang kurang mendukung. Gangguan kesehatan mental di Indonesia sendiri setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari sebelumnya. Kenaikan jumlah tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya pemahaman menjaga kesehatan mental dan kejiwaan. Pada dasarnya dalam ilmu psikologi, seseorang yang memerlukan self healing adalah orang yang mengalami kondisi menantang secara emosional, fisik maupun mental. Self healing dengan cara yang tepat dapat dilakukan dalam kondisi sakit maupun sehat, sebagai kekuatan untuk membuat perubahan positif pada kesejahteraan individu dengan mengubah pola pikir dan melakukan sesuatu agar terlahirnya sebuah upaya menyembuhkan diri sehingga pulih dari kesulitan yang dialaminya.Â
Apa itu self healing menurut ilmu psikologi?
Konsep self healing menurut para ahli adalah suatu perilaku atau proses penyembuhan untuk gangguan psikis traumatis dalam diri individu yang bersangkutan. Healing merupakan psikoterapi dengan tujuan untuk terwujudnya kesehatan mental seseorang. Terapi ini diterapkan untuk mengatasi trauma pada korban bencana alam, meredakan nyeri pada pasien yang mengalami sakit fisik, sebagai manajemen emosi, serta menurunkan kecemasan (Bachtiar & Falatehan, 2021). Berdasarkan sudut pandang keilmuan, self healing cenderung mengarah ke proses terapi penyembuhan yang mendapat dorongan dari dalam diri klien atau pasien itu sendiri, dengan cara mengatur instingnya (Vignesh dkk, 2019). Akan tetapi, self healing secara mandiri juga memiliki konsistensi pengulangan sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal untuk mencapai kesehatan fisik dan mental (Rahmasari, 2020).
Metode ini merupakan pendekatan resmi yang diperkenalkan oleh Loyd & Johnson berupa keterampilan menolong diri sendiri serta membuat ketenangan bagi diri sendiri. Memulihkan energi, mengurangi rasa stress dan meningkatkan rasa nyaman. Munculnya self healing berasal dari dua gagasan. Pertama, setiap manusia diberikan kekuatan mampu berpikir, maka kekuatan pikirannya dapat mengontrol dirinya sendiri agar lebih bijak. Kedua, meskipun ada teknologi medis, ternyata suatu penyakit fisik dalam individu tetap bisa semakin parah (Latifi dkk, 2020).
Self healing yang tepat ternyata memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah, efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan dalam diri pasien yang sedang dirawat dirumah sakit, ampuh dalam mengobati memori seluler yang dapat merusak penilaian diri, meningkatkan kepercayaan diri, dan membentuk kode cinta serta kebahagiaan. Hasilnya, pasien menjadi lebih toleran terhadap masalah dan tahan terhadap perhatian penampilan. Self healing juga efektif dalam menurunkan stress pada penderita autoimmune disease (Rosyida dkk, 2021).
Lantas apa perbedaanya dengan refreshing?
Healing dalam bahasa Inggris artinya  'penyembuhan' dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata  'penyembuhan' definisinya adalah 'proses, cara, perbuatan untuk menyembuhkan, pemulihan'. Sementara itu kata refreshing diartikan sebagai 'penyegaran'. Ditinjau secara gramatikal, keduanya sudah jelas memiliki definisi yang berbeda. Aktivitas dapat disebut healing jika seseorang menghadapi suatu masalah yang melibatkan perasaan tidak enak serta menumpuk di pikiran kemudian berusaha sembuh dari segala kepenatan batin dan pikiran. Berbeda halnya dengan refreshing, yaitu melepas kepenatan dengan melakukan aktivitas yang dapat membuat seseorang menjadi lebih segar atau fresh. Kegiatan self healing yang populer di kalangan muda-mudi salah satunya adalah staycation yaitu berpergian ke tempat wisata, padahal itu merupakan salah satu bentuk refreshing dan dapat dikatakan healing jika individu dapat merasa sembuh apabila dalam proses itu ia mengolah apa yang dipikirkan dan dirasakan dapat dipahami langkah-langkah penyelesaiannya. Sehingga seseorang yang membutuhkan healing akan beranggapan bahwa healing mengeluarkan banyak biaya. Maka hal ini membuat makna healing menjadi tidak tepat.
Cara-cara Melakukan Self Healing yang Tepat
1. Mindfulness
Mindfulness didefinisikan sebagai pengalaman yang terjadi pada setiap individu didasari dengan adanya kesadaran (Savitri & Listiyandini, 2017). Mindfulness termasuk kategori terapi psikologis yang fokus terhadap kesadaran dan perhatian individu tanpa terhubung dengan masa lalu atau masa depan. Cara ini bertujuan untuk meminimalisir rasa sakit, penderitaan serta penyesalan dalam individu yang menghadapi masalah anxiety, stress, depresi, emosi berlebihan, kecanduan zat-zat berbahaya, inisiatif bunuh diri, halusinasi, serta trauma berat lainnya.
2. Relaksasi
Relaksasi adalah terapi psikologis yang memberikan instruksi kepada individu dengan menutup mata, menenangkan pikiran dan berkonsentrasi pada pernapasan agar membuat suasana menjadi nyaman dan tenang. Kemudian menstimulasi gerakan kepala hingga kaki secara bertahap (Suyono dkk, 2016). Relaksasi bertujuan untuk membuat rasa rileks melalui fokus pada semua anggota tubuh secara penuh. Dengan adanya relaksasi, maka akan menciptakan kondisi yang tenang, pola pikir dan perilaku positif, serta menurunkan stress dan beban di kepala.Â
3. Menulis
Menulis merupakan salah satu bentuk perilaku untuk meringankan pikiran dan menghilangkan emosi negatif. Adanya terapi menulis yang menekankan pada aspek emosional tanpa memperhatikan kaidah penulisan dapat menjadi salah satu psikoterapi kognitif seseorang. Menulis merupakan suatu intervensi yang bertujuan untuk menurunkan rasa stress, cemas, depresi, serta dapat merefleksikan pemikiran-pemikiran dalam otak dan perasaan dari segala peristiwa.Â
4. Positive Self Talk
Adapun teknik dalam melakukan positive self talk secara mandiri yaitu, memfokuskan munculnya penyebab pikiran yang irasional dengan tujuan menolong individu agar menyadari kebutuhan dirinya untuk berubah, kemudian memberi tantangan dan mengeksplorasi yang irasional ke pikiran, ide, tujuan, yang rasional serta mendukung perkembangan pikiran yang rasional dengan kalimat-kalimat motivasi yang positif. Berhasil atau tidaknya teknik ini bergantung pada kemampuan serta kesadaran individu dalam mengidentifikasi pikiran yang awalnya irasional menjadi rasional (Rahmasari, 2020).Â
5. Forgiveness
Forgiveness merupakan suatu proses individu dalam melepaskan amarah, dendam dan rasa sakit hati karena orang lain. Namun forgiveness juga proses untuk memaafkan diri sendiri atas segala kesalahan yang telah dilakukan baik di masa lalu maupun masa sekarang. Proses ini melepaskan emosi negatif yang telah bersarang, dengan tujuan menyelesaikan konflik batin di dalam diri sendiri.
6. Gratitude
Dalam bahasa Inggris gratitude artinya 'bersyukur'. Menurut istilah psikologi, kebersyukuran adalah sesuatu yang diawali dengan niat baik dan perilaku positif serta tindakan yang bermoral (Hambali dkk, 2015). Gratitude mencerminkan seseorang agar mampu mempunyai sikap yang baik dalam kehidupan karena pentingnya menumbuhkan diri seseorang agar dapat berpikir positif. Cara ini dapat dilakukan mandiri oleh semua kalangan dengan mengembangkan sikap positif. Adapun manfaatnya yaitu, dapat membantu seseorang untuk memahami tahap kehidupan yang lebih baik, mengurangi rasa tidak puas pada diri sendiri maupun orang lain dan memperbaiki pemikiran yang negatif menjadi positif.
Nah dari seluruh penjelasan diatas, telah dipahami bahwa kegiatan healing dalam ilmu psikologi berbeda dengan kegiatan refreshing, yaitu segala aktivitas yang merujuk pada staycation, jalan-jalan, shopping, dan aktivitas lainnya yang mengeluarkan biaya mahal untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan sesaat saja itu bukan cara self healing yang tepat. Healing dalam ilmu psikologi merupakan metode terapi yang diterapkan oleh para psikolog klinis maupun psikiater dengan tujuan menyembuhkan serta menerima luka batin atau mental yang berdampak pada kondisi psikologis hingga mengalami gangguan. Self healing yang tepat dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya, yaitu dengan cara seperti mindfulness, relaksasi, menulis, positive self talk, forgiveness, dan gratitude. Adanya penjelasan mengenai cara self healing yang tepat menurut ilmu psikologi ini, seluruh kalangan masyarakat diharapkan mampu memahami dan menerima keadaan diri sendiri, serta membentuk pikiran-pikiran positif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
Referensi:
Bachtiar, M. A., & Faletehan, A. F. (2021). Self-Healing sebagai Metode Pengendalian Emosi. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 6(1), 41-54.
Hambali, A. Meiza, A. & Fahmi, I. (2015). Faktor-faktor yang berperan dalam kebersyukuran (gratitude) pada orangtua anak berkebutuhan khusus perspektif psikologi islam. Psympatic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(1), 94-101.
Latifi, Z., Soltani, M., & Mousavi, S. (2020). Evaluation of the effectiveness of self-healing training on self-compassion, body image concern, and recovery process in patients with skin cancer. Complementary Therapies in Clinical Practice.
Rahmasari, D. (2020). Self healing is knowing your own self. Surabaya: Unesa University Press.
Rosyida., Nisa, C., Azzahra, N., & Ruzain, R. B. (2021). Efektivitas self-healing technique sebagai strategi penurunan stres pada penderita autoimmune disease. Al-hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan, 18Â (2): 144-156.
Savitri, W. C. & Listiyandini, R. A. (2017). Mindfulness dan kesejahteraan psikologis pada remaja. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(1), 43-59.
Suyono, Triyono, & Handarini, D. M. (2016) Keefektifan teknik relaksasi untuk menurunkan stress akademik siswa sma. Jurnal Pendidikan Humaniora, 4(2), 115-120.
Vignesh, M., Priya, A. J., & Devi, R. G. (2019). Scientific and therapeutic effects of self-healing. Drug Invention Today, 11(10), 3.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H