Mohon tunggu...
salsabilla dhita kirana
salsabilla dhita kirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa semester 4 dan mempunyai hobi naik gunung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Sekolah Masih Efektif di Era Serba Digital?

16 Juli 2024   08:30 Diperbarui: 16 Juli 2024   08:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Revolusi dan pembaharuan yang semakin canggih dan membuat segala sesuatu yang bersifat kuno dan lawas dapat tergantikan dengan mudah, hal ini dapat kita lihat dari perkembangan zaman, teknologi, ekonomi yang berkembang hingga budaya yang terakulturasi. Fenomena ini menimbulkan dampak dan persepsi yang berbeda-beda bagi setiap insan, baik dari sisi positif ataupun negatifnya. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, relevansi pendidikan konvensional kini dipertanyakan. Mampukah lembaga pendidikan formal menyediakan bekal pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan tuntutan dunia yang semakin digital?. 

Kita semua tahu peran sekolah bagi siswa nya adalah memberikan informasi mendasar mengenai pengetahuan-pengetahuan yang ada di dunia, serta menciptakan karakter-karakter yang berbeda di setiap siswanya. Namun di zaman digital seperti saat ini apakah sekolah mampu mempertahankan perannya? 

Apakah para guru mampu menyeimbangi kemajuan digital dalam memberikan informasi?. Pembaharuan dan inovasi yang terus dikembangkan membuat mayoritas manusia lebih cepat dan mudah dalam menjangkau informasi dan kebutuhan yang dibutuhkan. Tidak hanya berdampak bagi kalangan manusia umum tetapi anak-anak sekolah pun terkena imbasnya. Seperti judul diatas, mampukah para guru memberikan pendidikan yang bersifat formal melalui sekolah. Atau mampukah mereka mengimbangi revolusi digital di kalangan anak-anak didiknya. 

Begitu banyak Tantangan dan pertanyaan yang muncul mengenai efektivitas sekolah di era digital ini, tetapi bagi beberapa sekolah tantangan yang mereka hadapi adalah kurangnya keterampilan digital yang dimiliki oleh bapak ibu guru. 

Hal ini dikarenakan para siswa sudah mampu dan bisa mengimbangi perkembangan digital dan menggunakannya untuk kepentingan tugas sekolah. Imbasnya banyak siswa yang ketika mereka tidak mengetahui akan suatu hal, mereka cenderung menggunakan internet untuk mencari jawaban akan hal tersebut. Kejadian seperti ini berlangsung di kalangan seluruh siswa baik SD, SMP maupun SMA.

Salah satu bentuk pembaharuan yang telah diciptakan oleh manusia adalah menciptakan Kecerdasan Buatan atau  Artificial Intelligence (AI). Manfaat yang diberikan oleh AI untuk manusia adalah kemampuan AI dalam menganalisi dan mengektrasi data dalam jumlah yang besar dengan akurat dan lebih cepat dari manusia pada umumnya. 

Situasi inilah yang menyebabkan manusia dan tentunya para siswa beralih menggunakan AI untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan ataupun yang muncul dalam benak. Positifnya dari fenomena ini adalah kita mampu mengetahui segala hal dengan cepat, mudah, kapanpun dan dimanapun. Dampak negatif yang dihasilkan yaitu menyebabkan manusia cenderung lebih percaya dengan AI daripada mencari dan membaca sendiri informasi yang mereka butuhkan.

Tetapi bagi saya pribadi sekolah masih dan akan terus relavan di zaman apapun dan sampai kapanpun. Karena sekolah adalah tempat anak-anak membentuk karakter mereka setelah di rumah. Anak-anak bermain, belajar dan mendapatkan pengetahuan mendasar mengenai apapun yang ada didunia ini. Anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya ataupun guru yang kemudian dari sinilah terbentuk moral dan sopan santun pada setiap anak didik.

Lalu apa saja yang harus diperbaiki?. Dimulai dari pemberian bekal dan keterampilan bagi seluruh tenaga kependidikan mengenai TIK agar mereka mampu menyeimbangi dunia digital aka tidak gaptek. Yang kurikulum di Indonesia , yaitu dengan memberikan pendidikan yang seimbang antara di sekolah dan di internet. Sekolah harus bisa meyakinkan bahwa segala sesuatu tidak ditemukan di dalam internet, kelak hal ini dikhawatirkan akan menciptakan karakter anak yang individualisme dan tidak mempunyai teman. 

Tidak hanya peran sekolah namun peran dan dukungan orang tua merupakan hal yang utama. Orang tua seharusnya mendukung dengan seimbang, antara pendidikan sekoilah dan pendidikan yang didapatkan di Internet, ketika anak bertanya tidak langsung diarahkan untuk mencari jawabannya di internet namun cobalah untuk mencari jawaban tersebut secara bersama-sama dengan membaca buku terlebih dahulu. Situasi ini akan memberikan kesan didiri mereka bahwa dengan membaca kita akan mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada. Sebagai penutup dari tulisan ini, ada satu kutipan bagus yang bisa saya berikan dari seorang aktivis HAM

“Satu anak, Satu guru, Satu buku dan satu pena dapat mengubah dunia” -Malala Yousafzai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun