Kekuasaan dalam konteks politik sering kali dikaitkan dengan pemerintah dan institusi resmi yang mengendalikan kebijakan dan tindakan di dalam suatu negara. Namun, kekuasaan juga hadir dalam bentuk yang lebih halus dan kompleks dalam hubungan sosial sehari-hari. Ada dua dimensi utama untuk bisa memahami kekuasaan: kekuasaan yang termanifesti secara terbuka dan kekuasaan yang termanifesti secara tersembunyi. Yang pertama kita akan bahas kekuasaan yang termanifesti secara terbuka yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh pemerintah atau lembaga resmi yang memiliki otoritas hukum.
Dalam hal ini dapat berupa penegakan hukum, pembuat kebijakan, dan pengambilan keputusan politik. Sedangkan kekuasaan tersembunyi adalah kekuasaan yang muncul dari sebuah hubungan antar individual atau suatu kelompok. Hal ini dapat mencakup kekuasaan sosial, ekonomi, atau budaya yang sering kali tidak terlihat. Contohnya adalah ketidaksetaraan dalam hal kekyaan, pengaruh media massa dalam membentuk opini, atau budaya patriarki yang mempengaruhi peran gender dalam kelompok masyarakat.
Kekuasaan adalah elemen sentral dalam politik masyarakatan dan kekuasaan mengacu pada kemampuan individu, kelompok, atau institusi untuk mengontrol atau mempengaruhi Tindakan, kebijakan, dan perilaku orang lain. Perlu dicatat, bahwa kekuasaan sering kali bersifat tidak tetap atau statis; kekuasaan dapat berpindah tangan, berkembang, atau bahkan bergeser.Â
Kekuasaan juga sering kali dikaitkan dengan tanggung jawab dan akunbilitas atau penyalahgunaan kekuasaan dapat menyebabkan ketidaksetaraan, konflik, atau bahkan ketidakstabilan dalam masyarakat.
Di dunia yang semakin terhubung dengan teknologi dan komunikasi global, pemahaman tentang kekuasaan menjadi semakin penting. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri siapa yang berhak memiliki kekuasaan, bagaimana seharusnya kekuasaan itu digunakan, dan siapa saja yang berhak dan terpengaruh oleh kekuasaan tersebut. Hanya dengan pemahaman yang mendalam tentang kekuasaat tersebut, kita dapat berjuang untuk terbentuknya masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan seimbang.
Media massa merupakan sebuah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan sebuah informasi, berita, hiburan, dan pandangan tentang berbagai topik kepada masyarakat luas. Media massa melibatkan berbagai platform, termasuk surat kabar, laporan, artikel, dan siaran. Media massa menginformasikan kepada publik tentang peristiwa terkini di tingkat local, nasional, dan internasional. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam untuk tetap terhubung dengan dunia di sekitar mereka.
Media massa memiliki kemampuan untuk mengatur agenda isu-isu yang akan menjadi perhatian public. Mereka memilih isu-isu yang akan diberitakan secara lebih intens, sehingga dapat mempengaruhi perasaan dan fokus publik, dan para pemimpin politik. Cara mereka melaporkan dan mengomentari isu-isu politik dan sosial dapat mempengaruhi cara pandang masyarakat.
Media massa juga berfungsi sebagai pengawas pemerintah dan lembaga-lembaga keuasaan. Mereka memeriksa kinerja dan tindakan pemerintah, mengungkap skandal, dan memastikan akuntabilitas pemerintah. Hubungan antara kekuasaan dengan media massa memiliki dampak yang signifikan dalm membentuk sebuah pandangan masyarakat dan opini publik. Media massa adalah sebuah pemberi informasi utama yang dapat menjadi sarana yang kuat untuk menggambarkan dan membentuk citra kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial. Di sisi lain, kekuasaan politik dan ekonomi juga dapat mempengaruhi media massa.
Kontrol terhadap kepemilikan media, regulasi, atau hubungan antara pemilik media dan pemimpin politik dapat mempengaruhi indenpendensi dan objektivitas media. Sehingga, dalam konteks hubungan ini perlu adanya kritisitas dalam mengonsumsi informasi media untuk memahami dinamika kekuasaan yang mendasarinya.
Namun, adanya potensi bias dan kontrol politik dalam media juga bisa mengarah pada manipulasi informasi atau naratif yang sesuai dengan kepentingan politik tertentu. Ketergantungan politikus pada media untuk membangun citra dapat menghasilkan  hubungan saling ketergantungan yang kompleks untuk kedua entitas tersebut.
Politik kontemporer mencerminkan dinamika kompleks di tingkat global dan nasional. Isu-isu seperti perubahan iklim, migrasi, ketidaksetaraan, dan digitalisasi memainkan peran penpenting dalam pembentukan kebijakan. Selain itu, polarisasi politik dan ketengangan internasional sering kali mencirikan pemandangan politik saat ini. Perkembangan teknologi dan dinamika geopolitik dan memberi tantangan baru bagi para pemimpin politik dalam menjaga stabilitas dan mempromosikan keadilan.
Dalam politik  kontemporer, kekuasaan tidak hanya tercermin dalam struktur pemerintahan formal, tetapi juga melibatkan dinamika kekuasaan yang kompleks di luar institusi resmi. Pengaruh korporasi, kelompok kepentingan, dan media massa memainkan peran signifikan dalam membentuk kebijakan dan mempengaruhi keputusan politik.Â
Dalam konteks ini, hubungan antara politik kontemporer dengan kekuasaan sering kali mencerminkan dinamika yang melibatkan aktor-aktror non pemerintah dan mekanisme pengaruh yang lebih luas.
Pentingnya inklusivitas, keadilan, dan keberlanjutan semakin menonjol, menciptakan tuntutan bagi para pemimpin politik untuk mengatasi tantangan kompleks dalam rangka mencapai kemajuan yang berkelanjutan.
Dengan kekuatan media massa dalam membentuk naratif politik dan mempengaruhi pandangan publik menyoroti pentingnya kritisisme dan literasi media di tengah-tengah masyarakat kontemporer. Dalam politik yang semakin terhubung, memahami pengaruh media massa menjadi sebuah kunci untuk partisipasi yang sadar dan efektif dalam proses politik kontemporer. Dan demikian juga peran media massa terhadap politik kontemporer dapat mendorong perubahan dan adaptasi untuk memenuhi tuntutan zaman. Â