Mahasiswa, sebagai individu yang mengejar ilmu di perguruan tinggi tidak terlepas dari stres dalam aktivitas mereka. Menurut Kumar (2011), stres adalah faktor yang memengaruhi proses pendidikan dan kesejahteraan mahasiswa. Kumar (2011) juga menyatakan bahwa mahasiswa yang mengalami stres dapat menunjukkan gejala seperti mudah marah, kurang konsentrasi, penurunan prestasi akademik, masalah dalam hubungan sosial, kesulitan tidur, dan sering absen dalam kegiatan pendidikan. Menurut American Psychological Association (APA, 2021), kecemasan adalah perasaan ketegangan dan kekhawatiran yang dapat berdampak pada fisik, seperti peningkatan tekanan darah, berkeringat, gemetar, pusing, dan peningkatan detak jantung. Sementara academic anxiety adalah jenis kecemasan yang muncul selama proses pembelajaran dan dapat timbul ketika mahasiswa merasa tidak nyaman atau tertekan dalam lingkungan belajar mereka (Shakir, 2014).
Pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kecemasan akademik masih merupakan isu serius yang berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional siswa (Reddy, Menon, & Thattil, 2018). Stres akademik dapat timbul dalam berbagai situasi atau kejadian. Menurut Desmita (2010), stres akademik merujuk pada stress yang disebabkan oleh faktor-faktor akademik, seperti tekanan untuk meraih prestasi, manajemen waktu, perilaku menyontek, hasil ujian buruk, atau tuntutan dalam menyelesaikan tugas sekolah. Respon terhadap stres setiap mahasiswa dapat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres, cara mengatasi, jenis kelamin, usia, tingkat stres, dan kemampuan mengelola emosi (Potter & Perry, 2012). Dengan menyadari variasi respon terhadap stres akademik, menjadi terlihat bahwa intervensi bagi mahasiswa dalam mengatasi academic anxiety sangat diperlukan;
Terapi musik ; membantu mengatasi kecemasan akademik pada mahasiswa dengan dampak positifnya terhadap stres, peningkatan fokus, dan peningkatan kapasitas belajar (Labb et al., 2007; Anyanwu et al., 2016). Kombinasi relaksasi otot progresif dengan terapi musik menunjukkan hasil positif, memungkinkan manajemen kecemasan yang lebih efektif. Ada dua jenis terapi musik: pasif, di mana konseli merasakan ketenangan dari musik, dan aktif, di mana konseli terlibat langsung, memberikan fleksibilitas sesuai kebutuhan konseli (Wigram et al., 2002; Gladding, 2016).
- Selanjutnya, ada juga intervensi mindfulness ; seperti Mindfulness Based Stress Reduction (MBSR), sebuah keterampilan untuk mengatur emosi yang dapat dipelajari. Mindfulness, atau perhatian penuh, dapat meningkatkan rasa welas asih terhadap diri sendiri dengan fokus pada pengalaman saat ini secara sengaja dan terbuka (Kabat-Zinn, 2003; Neff, 2003). Sebuah studi oleh Duarte et al., (2021) ingin mengetahui perbedaan efek pelatihan mindfulness melalui aplikasi dengan program mindfulness tatap muka dapat menurunkan tingkat kecemasan, meningkatkan welas asih terhadap diri sendiri, dan meningkatkan kesadaran dibandingkan dengan kelompok kontrol.
- Konseling dengan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) ; fokus pada pemahaman dan perubahan pikiran negatif serta keyakinan maladaptif individu (Corey, 2013). CBT bertujuan untuk mengubah cara berpikir yang maladaptif dengan membantu konseli menyadari pikiran otomatis dan distorsi kognitif yang berasal dari keyakinan inti yang telah tertanam. Dalam mengatasi academic anxiety, pendekatan CBT akan membantu individu restruktur pikiran negatif menuju pemikiran yang lebih adaptif. Konsep "Hot Cross Bun" (HCB) dalam CBT untuk academic anxiety mencakup pikiran otomatis, reaksi tubuh, perasaan, dan perilaku.
- Aromaterapi ; sebagai terapi komplementer non-farmakologi, menggunakan minyak esensial lavender untuk mengurangi kecemasan akademik. Lavender terkenal dengan sifat menenangkan, merangsang tidur, dan efek anxiolytic. Aromaterapi lavender memiliki manfaat pada kesehatan fisik dan mental, meredakan rasa sakit, dan memberikan ketenangan pada pikiran dengan mengurangi ketegangan dan kecemasan (Frayusi, 2012). Dari segi psikologis, aromaterapi lavender dapat meningkatkan gelombang alfa dalam otak, menciptakan perasaan rileks, keseimbangan, kenyamanan, dan membuka peluang untuk meningkatkan kepercayaan diri (Wahyuningsih, 2014). Intervensi ini dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam mengatasi academic anxiety.
Pasal 68 ayat 2 menyatakan bahwa psikoedukasi, konseling, dan terapi bisa menjadi metode intervensi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa solusi integral untuk mengatasi academic anxiety terletak pada intervensi yang menggabungkan pendekatan psikologis, fisik, dan sensorik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H