Mohon tunggu...
Salsa Billa
Salsa Billa Mohon Tunggu... Mahasiswa - HAI
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

______ hai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Multiple Inteligences, Apakah Itu?

10 Desember 2022   15:20 Diperbarui: 10 Desember 2022   15:27 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk anak-anak atau pun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

Pendidikan di Indonesia belum mencerdaskan, terlalu bertitik berat pada pendayagunaan kecerdasan linguistik, dan kecerdasan logika matematik. Pelaksanaa umumnya dilakukan dengan cara yang tidak sesuai. Akibatnya, insan dan bangsa Indonesia tidak mampu menjalani kehidupan dengan kecerdasan yang menyeluruh. Perilaku insan dan bangsa Indonesia yang tidak didukung pengembangan kecerdasan yang menyeluruh berakibat ketidakadilan, ketidakjujuran, ketertutupan, dan kekerasan.

Kecerdasan merupakan ungkapan diri menjadikan modalitas belajar kita ber-manfaat dalam masyarakat. Kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan  akademik seperti logika (matematika) dan bahasa. Padahali seharusnya kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta di dalam kecerdasan yang lainnya (non akademik) seperti arsitek, musikus, ahli alam, desainer, penari, terapis, pengusaha, dan lain-lain.

Banyak anak-anak memiliki talenta yang tidak mendapatkan reinforcement di sekolah. Banyak siswa yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak  learning disabled, attention deficit disorder, atau underachiever. Pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah.

Tidak sedikit orang tua yang frustasi ketika melihat nilai-nilai buruk pada rapor anaknya. Rasa frustasi itu muncul umumnya karena mindset bahwa nilai akademis adalah satu-satunya tolak ukur kecerdasan anak. Anak yang memiliki nilai akademis buruk dianggap sebagai anak yang tidak cerdas. Benarkah demikian?

Howard Gardner, seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika, menulis sebuah buku berjudul, "Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences." Pemikiran Gardner dalam buku ini telah sukses mendobrak mindset kaku dunia pendidikan pada waktu itu.

Melalui buku itu Gardner memberikan pandangan bahwa tidak ada anak yang tidak cerdas. Setiap anak memiliki kelebihannya sendiri-sendiri dan kecerdasan logika bukanlah satu-satunya kecerdasan yang dimiliki oleh manusia. Implikasi pandangan Gardner bagi dunia pendidikan adalah munculnya sebuah pandangan baru bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Guru dan tenaga kependidikan harus melihat berbagai variasi dalam belajar, di mana setiap variasi memberikan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasi dari pendidik.

Menurut Gardner, setiap manusia memiliki delapan kecerdasan berbeda yang mencerminkan berbagai caranya berinteraksi dengan dunia. Delapan kecerdasan inilah yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Berikut delapan kecerdasan majemuk yang digagas Gardner.

Pertama, Kecerdasan Verbal-Linguistik. Anak yang memiliki kecerdasan ini kuat dalam bidang bahasa, mudah mengingat informasi lisan dan tertulis, suka menulis dan membaca, jago debat dan berpidato, suka melontarkan humor, dan bisa menjelaskan sesuatu dengan baik.

Kedua, Kecerdasan Logis-Matematis. Kecerdasan dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun