Kali ini penulis akan membagikan kisah perjalanan salah seorang pebisnis makanan yang menjadi tempat makan favorit penulis di Solo. Dari namanya saja sudah terbilang unik, ini dia “Bakso Kelurahan” yang dimiliki oleh Bapak Purnomo. Nyatanya bisnis yang dimiliki beliau ini sudah memiliki banyak cabang di Tangerang dan akhirnya membuka cabang di Kota Solo, lebih tepatnya di dekat lampu merah Pasar Kleco.
Ternyata Bapak Purnomo telah lama berkecimpung dan menggeluti dunia bisnis. Sebelum berjualan bakso, beliau dan istri sempat berjualan sayur mayur. Namun sangat disayangkan, karena adanya permasalahan internal bisnis itupun gagal dan meninggalkan hutang yang cukup besar berkisar lima ratus juta. Namun, beliau tidak menyerah dan beruntungnya saudara beliau berjualan bakso dan memperbolehkan beliau untuk belajar cara pembuatan hingga penyajian. Selama empat hari beliau tekun belajar untuk membuat bakso dan mulai berjualan. Akhirnya pada tahun 2018 bisnis beliau mulai membaik dan sampai saat itu beliau berhasil menciptakan tiga puluh varian bakso dan dua puluh varian mie ayam.
Akan tetapi cobaan tidak berhenti di sana, pada tahun 2019 virus Covid mulai melanda di Indonesia. Banyak pengusaha makro dan mikro mengalami penurunan hingga akhirnya gulung tikar tak terkecuali “Bakso Kelurahan”. Omset yang sudah stabil di beberapa cabang mengalami penurunan dan akhirnya mau tidak mau beliau menutup cabang yang lain. Cabang yang ada di Tangerang dipercayakan kepada orang kepercayaannya dan beliau memboyong istri dan anaknya untuk fokus berjualan di Solo. Sampai saat ini (2024) beliau sudah berpindah-pindah tempat lebih dari lima kali dan akhirnya menetap di daerah Pasar Kleco karena dirasa omset pembelian membaik.
Menurut pernyataan beliau, hal penting yang membuat “Bakso Kelurahan” masih eksis hingga saat ini adalah ketekunan beliau untuk tetap menjaga mutu, kuantitas dan kualitas dari makanan yang beliau produksi. Di tengah menjamurnya penjual bakso, penulis melihat varian bakso yang dimiliki "Bakso Kelurahan" sangat variatif. Ada bakso mozzarella, bakso iga, bakso cumi, bakso lava, bakso mercon, bakso beranak, dan masih banyak lagi varian lainnya.
"Bakso Kelurahan" buka setiap hari mulai pukul 17.00 sampai tutup. Beliau juga berjualan melalui jasa aplikasi online seperti gofood, grabfood dan juga shopeefood. Penjualan paling banyak datang dari pembeli yang langsung ke warung. Karena beliau mematok harga yang cukup terjangkau terutama untuk kaum mahasiswa seperti penulis. Dealer Nasmoco adalah salah satu pelanggan tetap beliau yang sering memesan untuk acara-acara penting tertentu.
Selain menjaga mutu, beliau juga adalah pribadi yang ramah, jujur dan mengayomi. Beliau memiliki prinsip bahwa orang yang bekerja dengan beliau bukanlah seorang karyawan tapi seperti anak beliau dan apabila sudah bekerja lama dan dirasa mampu untuk bekerja sendiri, beliau memberikan modal untuk membuka cabang bakso sendiri. Sehingga cabang yang dimiliki beliau cukup banyak. Ketika bertemu penulis pun, beliau beberapa kali memberikan wejangan dan banyak memberikan bonus, tidak hanya kepada penulis, terhadap pembeli lain pun juga sehingga beliau memiliki banyak pelanggan. Kepercayaan pelanggan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan, tuturnya.
Beliau berpesan untuk anak muda yang ingin mulai membangun bisnis, hal yang paling utama harus memiliki modal yang cukup dan jangan berharap untung ketika memulai. Karena bisnis itu naik turun, bisa banyak untung dan bisa merugi. Lakukan bisnis yang sesuai dengan kesukaan atau hobi kalian, agar penjual tetap senang dan akan ulet untuk mencari cara agar bisnis bertahan dan jangan sampai bisnis itu ikut-ikutan saja. Beliau juga berkata apabila sudah beberapa kali mengalami kegagalan (bangkrut) lebih baik melakukan evaluasi dan intropeksi dahulu sebelum melangkah untuk membangun bisnis baru lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H