Mohon tunggu...
salsabilla
salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unikom

writing everything

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penipuan Berkedok Lowongan Freelance: Hati-Hati Dengan Janji Manis di Media Sosial

4 November 2024   23:30 Diperbarui: 4 November 2024   23:38 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi sarana utama bagi banyak orang untuk mencari peluang pekerjaan dan penghasilan tambahan. Di TikTok, platform yang semakin populer di kalangan generasi muda, banyak video yang menawarkan berbagai cara mudah untuk menghasilkan uang, seperti "menjadi freelancer dengan hanya like video dan scroll." Tawaran ini tentu saja sangat menggoda, terutama bagi mereka yang ingin mendapatkan penghasilan tanpa harus menjalani pekerjaan konvensional yang melelahkan. Namun, di balik iming-iming yang manis ini, ada potensi bahaya besar yang perlu diwaspadai.

Fenomena penipuan berkedok freelance ini semakin marak terjadi. Pelaku penipuan sering kali membuat akun-akun palsu yang tampak profesional dan meyakinkan, lengkap dengan testimoni pengguna yang fiktif. Mereka menarik perhatian dengan menjanjikan cara cepat dan mudah untuk mendapatkan uang. Dari hanya melakukan tugas sederhana seperti menyukai video hingga menggulir konten, korban yang terpikat akan diajak bergabung dalam program dengan janji imbalan yang menggiurkan. Awalnya, mereka mungkin benar-benar mendapatkan sejumlah uang kecil yang membuat mereka percaya bahwa tawaran tersebut adalah nyata.

Namun, seiring berjalannya waktu, skema ini mulai menunjukkan wajah aslinya. Setelah korban merasa nyaman dan mulai percaya, pelaku akan meminta mereka untuk melakukan "top-up" atau pengisian ulang dana untuk meningkatkan potensi penghasilan mereka. Pelaku akan mengklaim bahwa investasi yang lebih besar akan menghasilkan keuntungan yang jauh lebih banyak. Taktik ini semakin membuat korban terjebak, karena mereka mulai tergiur dengan janji-janji keuntungan yang terus meningkat, dan merasa bahwa mereka harus mengeluarkan lebih banyak uang agar tidak kehilangan kesempatan emas ini.

Korban yang sudah terlanjur percaya seringkali mengabaikan peringatan dan terus menambah jumlah uang yang mereka top-up, berharap bahwa mereka akan segera mendapatkan return yang jauh lebih besar. Sayangnya, saat jumlah uang yang diinvestasikan sudah cukup besar, para pelaku pun menghilang, membawa pergi semua uang yang telah ditanamkan oleh korban. Situasi ini meninggalkan korban dalam keadaan bingung dan frustasi, seringkali dengan hutang yang membengkak dan kehilangan finansial yang signifikan.

Seperti hal nya yang di alami oleh seorang mahasiswi berisial N. N bergabung dengan sebuah grup di media sosial tanpa mengetahui siapa yang mengundang, yang menawarkan peluang untuk mendapatkan uang dengan cara yang mirip freelance. Karena N membutuhkan uang untuk keperluan semester dan sehari-hari, N memutuskan untuk mencoba tawaran ini yang meminta N untuk like video di TikTok dan scroll. Setelah menyelesaikan beberapa tugas, N menerima pembayaran pertama sebesar Rp50.000, dan kemudian mendapatkan lagi Rp50.000 setelah menyelesaikan tugas lainnya. Namun, mereka meminta N untuk melakukan top-up sebesar Rp150.000. N berpikir bahwa jika ini penipuan, N hanya akan kehilangan Rp50.000 yang telah N investasikan sebelumnya, sehingga N pun melakukan top-up dan saldo N menjadi Rp455.000 setelah menerima pembayaran tersebut.

Setelah itu, N diminta untuk like video lagi dan berhasil mendapatkan Rp150.000. Namun, mereka kembali meminta top-up, kali ini sebesar Rp500.000. Meskipun merasa ragu, N memutuskan untuk melakukannya. Setelah melakukan top-up tersebut, mereka meminta N untuk melakukan top-up lagi sebesar Rp1.500.000 agar bisa melanjutkan misi. Merasa terdesak, N melakukan top-up tersebut. Tiba-tiba, akun N diblokir karena ada kesalahan dari salah satu anggota grup. Mereka memberi tahu N bahwa untuk mengembalikan akses akun, N harus mentransfer Rp500.000. N mentransfer jumlah tersebut, lalu diminta lagi untuk mentransfer Rp600.000 untuk misi tambahan.

Setelah mentransfer Rp600.000, akun N kembali dipermasalahkan, dan N diinformasikan bahwa untuk mengembalikannya, N harus membayar Rp3.000.000. Pada saat itu, N sudah merasa yakin bahwa ini adalah penipuan. N pun memutuskan untuk tidak mengirimkan uang lagi dan menyadari bahwa N telah terjebak dalam penipuan ini, meskipun sebelumnya N sudah merasa curiga. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi N untuk lebih berhati-hati dan waspada terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

dokemen asli korban
dokemen asli korban

dokumen asli korban
dokumen asli korban

Dari pengalaman tersebut, terdapat beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil. Pertama-tama, penting untuk menyadari bahwa tawaran yang terlihat terlalu bagus sering kali mengandung risiko tinggi. Selalu skeptis terhadap peluang yang menjanjikan penghasilan besar dengan usaha minimal adalah langkah yang bijak. Melakukan penelitian sebelum bergabung dengan program atau grup yang menawarkan imbalan finansial juga sangat penting. Dengan mencari tahu latar belakang dan reputasi dari tawaran tersebut, kita dapat terhindar dari penipuan yang mungkin mengancam. Selanjutnya, kita harus waspada terhadap setiap permintaan pembayaran, terutama jika suatu program meminta biaya di muka sebagai syarat untuk mendapatkan keuntungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun