Akan tetapi, ternyata pengacara Pak Dodo malah berkhianat dan menyerang mental Pak Dodo---dibentak dan dipukuli---pada saat mereka diminta untuk berdiskusi. Tak hanya sang pengacara, Willy Wibisono---ayah Melati Wibisono---juga menyerang Pak Dodo tepat sebelum sidang banding dimulai. Ia mengancam akan mengincar dan membunuh Kartika apabila Pak Dodo melawan di persidangan. Ia memberikan dua pilihan yaitu, Pak Dodo yang berkorban atau Kartika yang akan mati.
Willy Wibisono yang merupakan petinggi partai, tentu saja menggunakan jabatannya untuk memanipulasi dan 'menyetir' jalannya proses hukum. Ia hanya ingin membalaskan dendam kepada Pak Dodo atas kematian gadis kecil semata wayangnya, dengan menutup mata oleh apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya. Tentu hal itu sangat mudah baginya, memaksa Pak Dodo melakukan apa yang sebenarnya tidak ia perbuat.
Pada saat persidangan, tentu saja seorang Dodo Rozak yang hatinya bersih, tidak akan tega membiarkan anaknya berada dalam ancaman. Ia pun terpaksa mengakui perbuatan yang sama sekali tidak dilakukannya terhadap Melati, yaitu membunuh dan melecehkan gadis kecil itu. Pak Hendro, sang istri, dan Kartika yang menghadiri persidangan tersebut tentu merasa sangat terkejut dengan pengakuan dari Pak Dodo. Akan tetapi, mereka juga tidak bisa melakukan apa pun, melontarkan protes pun terasa sia-sia. Pak Dodo tetap dijatuhi hukuman mati.
Berpisah dengan sosok ayah dengan cara yang sangat kejam, dengan segala ketidakadilan yang didapatkannya, membuat Kartika sangat bertekad dan tumbuh menjadi sosok yang kuat. Saat dewasa, akhirnya ia menjadi seorang pengacara. Ia mengingkari pesan dari mendiang ibu dan bapaknya untuk menjadi seorang dokter, demi kembali ke ruang pengadilan, untuk berjuang membersihkan nama baik sang ayah.
Film ini tentunya memiliki iringan-iringan backsound yang sangat mendukung untuk membangun emosi di sepanjang film. Apalagi aransemen lagu "Andaikan Kau Datang" versi Andmesh Kamaleng berhasil membawakan emosi penonton untuk turut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh sepasang bapak dan anak ini.
Dibalik kesuksesan film ini, tentunya masih ada beberapa hal yang 'luput'. Beberapa adegan terasa terlalu didramatisasi, terdapat beberapa plot hole dibanding versi aslinya.Â
Selain itu tone warna di beberapa adegan yang 'kekuningan', mungkin cukup mengganggu bagi beberapa penonton. Akan tetapi, secara keseluruhan, bagi saya hal-hal tersebut tidak terlalu mengganggu alur dan emosi dari film tersebut. Terbukti dengan banyaknya penonton yang menikmati dan bahkan menangis saat menonton film tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H