Berbicara mengenai kecantikan wanita tidak akan ada habisnya. Cantik itu relatif tidak terlepas dari definisi kecantikan itu sendiri sangat fleksibel. Tidak jarang seorang wanita mencitrakan kecantikannya berdasarkan standar wanita-wanita luar negeri. Semisal wanita dari negara bagian timur 'Oriental' berkulit kuning langsat atau wanita di belahan bumi bagian barat dengan tubuh tinggi semampai dan berhidung mancung. Berusaha mencapai standar kecantikan adalah hal yang cukup melelahkan dan dapat berdampak pada kesehatan mental. Pernah kah kita berpikir bahwa standar kecantikan yang diletakkan pada tubuh proporsional hanyalah sebuah paradigma?Â
Islam adalah agama yang menyeru pada keindahan dan keteraturan. Meskipun demikian, cantik menurut Islam berasal dari unsur jasmani dan rohani. Tidak hanya cantik fisik tapi juga cantik pikiran dan akhlaknya yang biasa disebut 'inner beauty'. Agar dapat tampil cantik secara jasmani, muslimah perlu memperhatikan kebersihan tubuh, menutup aurat, dan berpakaian yang sopan. Sedangkan cantik secara rohani yaitu menjaga hubungannya dengan Allah Ta'ala melalui ketaatannya.
Anggapan bahwa wanita berhijab terkesan mencitrakan dirinya sebagai sosok yang sholeha adalah hal yang keliru. Namun untuk menjadi sholeha, tentu syarat menutup aurat tidak boleh terlewatkan.
Sejak kapan muslimah diperintahkan memakai hijab ? Dan Apa alasan kita diperintahkan memakai hijab?
Menilik pertanyaan diatas, tentu tidak terlepas dari perintah menutup aurat dengan sempurna diantaranya terkandung di dalam QS. An-Nuur : 30-31, Al-Ahzab : 59. Di kesempatan kali ini, penulis dan pembaca akan menekankan topik pembahasan pada asbabun nuzul dari QS. Al-Ahzab 59 berikut.
"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59)
Asy Syaukani rahimahullah menerangkan, "Ayat (yang artinya), " Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal", bukanlah yang dimaksud supaya salah satu di antara mereka dikenal, yaitu siapa wanita itu. Namun yang dimaksudkan adalah supaya mereka dikenal, manakah yang sudah merdeka, manakah yang masih budak. Karena jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka mengenakan pakaian orang merdeka.
Jadi muslimah yang berhijab adalah ciri-ciri wanita merdeka? Mengapa demikian?
 As Sudi rahimahullah mengatakan, "Dahulu orang-orang fasik di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka katakan, "Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya." Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan, "Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya."
Saudariku seiman yang senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala, memakai hijab bukanlah sekedar ikut trend. Ternyata ada alasan di balik semua itu, yakni sebagai bentuk besarnya kasih sayang Allah Azza wa Jalla kepada makhluknya yang bernama wanita. Agar mereka lebih mudah dikenal sebagai wanita yang 'afifaat (menjaga diri dan kehormatannya) dan bukan budak yang dipandang rendah sehingga tidak diganggu oleh orang-orang yang fasik.
Semoga bermanfaat.