Mohon tunggu...
Salsabila Sifa
Salsabila Sifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontribusi ASEAN terhadap Perdamaian dan Stabilitas di Semenanjung Korea melalui Soft Diplomacy

10 September 2024   21:28 Diperbarui: 10 September 2024   21:32 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semenanjung Korea telah menjadi titik fokus ketegangan internasional sejak akhir Perang Dunia II, dengan program senjata nuklir Korea Utara yang muncul sebagai isu utama. Ancaman yang terus berlanjut karena program senjata nuklir ini menimbulkan tantangan yang signifikan terhadap stabilitas regional dan keamanan internasional, termasuk Kawasan Asia Tenggara, sebuah kawasan yang berkomitmen terhadap prinsip-prinsip non-proliferasi dan perlucutan senjata sebagaimana diuraikan dalam Southeast Asian Nuclear-Weapon-Free Zone Treaty (SEANWFZ) (Badruzaman & Irsadanar, 2020).

Di antara kekuatan global seperti Amerika Serikat, Cina, dan Rusia yang menjadi fokus utama dalam upaya diplomasi di kawasan ini, ASEAN hadir sebagai pemain yang tidak kalah penting namun tidak terlalu diperhatikan dalam proses pembangunan perdamaian. ASEAN dicirikan oleh pendekatan diplomatik yang unik yang dikanal sebagai "ASEAN Way", yang menekankan pada dialog, prinsip non-intervensi, dan pembangunan konsensus (Treaty of Amity and Cooperation, 1976). ASEAN Way berbeda dengan strategi koersif negara-negara besar karena melibatkan kedua negara di Semenanjung Korea melalui soft diplomacy dan mendorong lingkungan yang kondusif untuk dialog dan mengurangi ketegangan di kawasan tersebut.

Salah satu kontribusi penting ASEAN terhadap perdamaian di Semenanjung korea adalah memfasilitasi Pertemuan Tingkat Tinggi DPRK-Amerika Serikat pada tahun 2018 di Singapura, di mana Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membahas upaya denuklirisasi (Annual Security Outlook, 2018). ASEAN dalam dialog ini menggarisbawahi perannya sebagai pembangun jembatan, menyediakan tempat netral bagi pihak-pihak yang bersitegang untuk terlibat dalam diskusi yang konstruktif

ASEAN Regional Forum (ARF) dan Korea Utara

Dalam konteks partisipasi Korea Utara di forum internasional, ASEAN Regional Forum (ARF) menjadi satu-satunya kerangka multilateral yang konsisten diikuti oleh Korea Utara. ARF merupakan forum multilateral yang bertujuan untuk mendorong dialog dan konsultasi mengenai isu-isu politik dan keamanan di kawasan Asia Pasifik (ASEAN Regional Forum, 2024).

Korea utara mulai berpartisipasi pada tahun 2000, dan merupakan satu-satunya keterlibatan konsisten dalam kerangka kerja keamanan multilateral. Keikutsertaan Korea Utara dalam ARF memberikan sebuah platform untuk berdialog dan berinteraksi dengan negara-negara lain, serta mengurangi isolasi internasional (Ballbach, 2017).

Soft diplomacy ASEAN, yang ditandai dengan sikap ramah dan keterlibatan konstruktifnya, telah membuat Korea Utara tetap berada di meja perundingan. Pendekatan ini sangat kontras dengan strategi negara-negara besar, yang sering kali mengandalkan sanksi dan tekanan militer, yang menyebabkan Korea Utara semakin mengukuhkan ambisi nuklirnya. Kemampuan ASEAN dalam ARF untuk mendorong dialog sangat penting dalam mencegah putusnya komunikasi di Semenanjung Korea.

ASEAN's Impartiality

Keberhasilan  ASEAN dapat dikaitkan dengan sikap tidak memihak dan "persahabatan tradisional" dengan Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara memandang ASEAN sebagai aktor netral yang menghormati kedaulatannya dan tidak selaras dengan tindakan aktor internasional lainnya. Selain itu, ASEAN semakin diperkuat oleh ikatan budaya dan sejarah dengan Korea Utara, terutama dengan negara-negara anggota ASEAN yang memiliki sejarah kebijakan sosialis atau non-blok, seperti Vietnam dan Kamboja (Badruzaman & Irsadanar, 2020).

Ketidakberpihakan ASEAN juga meluas ke hubungannya dengan Korea Selatan, yang semakin memandang ASEAN sebagai mitra strategis. Di bawah New Southern Policy (NSP) Korea Selatan, ASEAN diakui sebagai pemain penting dalam kerja sama keamanan dan ekonomi regional (MOFA, 2022). Pergeseran kebijakan ini telah memfasilitasi keterlibatan yang lebih dalam antara ASEAN dan Korea Selatan, meningkatkan peran ASEAN sebagai mediator dan pembangun perdamaian di Semenanjung Korea.

Future Prospects

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun