Utsam bin Affan merupakan salah satu tokoh berpengaruh dalam Islam dan salah satu khulafaurasyidin. Utsman membawa banyak dampak dan kemajuan bagi umat Islam, terutama dalam perumusan kebijakan politik luar negeri.Â
Disamping itu Utsam juga menghadapi berbagai propaganda dari pihak yang sangat ingin menjatuhkannya, hingga Utsam mengakhiri kekhalifahannya dengan syahid.
Biografi
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abil 'Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luwa'i bin Ghalib bin Fihr. Salah satu sahabat Rosul ini memiliki akhlaq terpuji karena kedermawannya, zuhud, dan dihormati kaum muslim.Â
Utsman bin Affan memiliki kedudukan tersendiri di hati para sahabat setelah kedudukan Abu Bakr dan Umar bin Khaththab. Ibnu Umar berkisah, "Pada zaman Rasulullah n, kami tidak menyamakan Abu Bakr dengan sahabat yang lain. Kemudian Umar. Dan kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain." (Sadikin, 2016)
Utsman terpilih menjadi khalifah melalui hasil musyawarah Majelis Syura. Sebelum berakhirnya masa Pemerintahan Umar bin Khattab, umat sempat merasa ketakutan dan khawatir bagaimana nasib kaum muslimin, jika Umar sudah tidak lagi memmpin. Mulanya Umar menolak utuk memilih khalifah yang akan melanjutkan kepemimpinannya.Â
Namun karena setiap kabilah arab mengaku berhak memilih bahkan mencalonkan khalifah, dan hal ini jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan. Maka Umar membentuk Majelis Syura, terdiri dari 6 orang yang bertugas memilih seorang khilafah penerus Umar. (Haikal, 2002).
 Prioritas Utsman Terhadap Orang Terdekat
Utsman mempertahankan kebijakan politik pendahulunya, tanpa perubahan. (Murad, 2012). Dari sekian pejabat yang diangkat Umar, mereka pernah diberi jabatan oleh Umar dan Abu Bakar. Beliau juga memilih orang yang kompeten dalam bidang militer dan politik. Utsman mengangkat pejabat karena potensi dan kecakapannya, dan memberhentikan pejabat jika meresahkan masyarakat.Â
Banyak kontra dan tuduhan yang Utsman dapat mengenai tindakannya mengangkat kerabat dan saudara sebagai pejabat. Serta tindakannya yang tegas dan berani mencopot pejabat yang melakukan kesalahan, dianggap kasar.
Bagi Utsman alat ukur kebenaran adalah Allah dan Rosulullah. Beliau berani memberhentikan pejabat, selama itu tindakan amal ma'ruf nahi munkar. Utsman mengangkat pejabat karena kemampuan yang diinginkan masyarakat, bukan karena hubungan darah ataupun kekerabatan. Inilah bukti bahwa Utsman adalah sosok pemimpin yang terbuka dan menyayangi rakyatnya.